Gadis Desa Yang Takut Dosa

Gadis Desa Yang Takut Dosa

bab 1

Di dalam rumah yang cukup besar, terdengar keributan antara kakak beradik

Mereka saling adu mulut

" Aku sudah bingung gimana caranya agar kamu berubah!

Setiap hari ada aja ulah yang kamu perbuat

Kamu itu masih muda!

Kalau seperti ini terus, kamu jadi apa nantinya?

Kamu itu adik satu-satunya kakak!"

Yang di ajak bicara hanya diam mendengarkan ucapan dari sang kakak.

Kak aku butuh perhatian, aku butuh teman, aku bosan dengan keseharian yang hanya di habiskan di sekolah dan di rumah.

Aku sudah besar.

Vika nama gadis itu, perempuan yang baru sekolah kelas 1 SMA

Sering kali membuat sang kakak naik darah karena tingkah polahnya.

Seperti siang ini, sang kakak kembali menerima laporan dari pihak sekolah bahwa Vika tidak masuk sekolah

Sang kakak juga menerima laporan dari pegawainya yang melihat Vika sedang merokok, bersama sekumpulan muda mudi

"Harus dengan cara apa kakak mendidikmu?

Apa kakak masukan kamu ke pesantren yah biar di didik di sana?"

"Ngga mau, aku ngga mau masuk pesantren!"

Sang kakak menunduk bingung dan juga sedih tentunya, melihat adik satu-satunya yang sudah besar, bertindak sesuka hati

"Vik tolong kakak, sampai kapan kamu kaya gini?"

Dengan langkah gontai sang kakak pergi meninggalkannya.

Setiap kali sang kaka marah Vika hanya diam, menunduk, dia seolah mengakui kesalahannya.

Tapi dengan cara apa lagi agar aku dapat perhatian darimu kak?

Kakak selalu sibuk dengan pekerjaan, jarang pulang ke rumah, bahkan sering keluar kota, dan aku di tinggal di rumah Segede ini hanya dengan pembantu.

Kak di lubuk hatiku yang paling dalam, aku ngga kepengin seperti ini...!!!

"Vika"

Panggil sang kakak

Perempuan yang masih sibuk dengan lamunannya itu tidak mendengar jika di panggil

"Vika... Vik...!"

Sang kakak kembali memanggil

Karena belum ada respon ia menepuk bahu Vika

"Masuk lah ke kamar, jangan menambah kekesalan ku hari ini!".

Aldi kurniawan nama sang kakak

Laki-laki berusia 29 tahun, tampan, kaya, berpawakan atlentis, dengan tinggi badan proposional cukup untuk membuat permpuan kelepek- kelepek di hadapannya.

Namun sayang karena sifat yang arogan dan tidak mau tau, atau di bilang mungkin kurang peka lah yah, belum pernah sekalipun terlihat ia menggandeng permpuan, waktunya hanya di habiskan untuk kerja dan kerja

Bener-bener laki-laki penggila kerja.

"Tuti....!!!"

Wanita paruh baya itu tergopo-gopo memenuhi panggilan sang majikan

"I-ia tuan, ada yang bisa saya bantu?"

" Ia, lusa saya mau keluar kota, cukup lama,

Carikan permpuan di kampung, yang baik buat menemani Vika di rumah

Untuk kali ini coba cari permpuan yang

berbeda

Yang mempunyai pendidikan agama yang bagus, syukur- syukur ia juga bisa menangani kenakalan remaja saat ini

Kamu tahu Vika seperti apa sekarang kan?"

"I-ia tuan"

"Saya pengin Vika berubah, untuk urusan gaji ngga usah khawatir saya berani bayar mahal 5 juta perbulan!"

Setelah di anggap cukup pembicaraannya Aldi pun pergi.

"Duh selalu aja begini, kalau keluar kota"

Keluh Tuti yang bingung dengan sikap sang majikan.

Kenapa ngga cari istri aja tuan, biar non Vika ada yang menemani, saat tuan pergi bekerja!

\*\*\*

Di sebarang sana terlihat sosok ibu dan anak sedang bersantai ria, duduk di teras rumah menikmati waktu sorenya,

Di temani sepiring singkong goreng dan teh hangat, membuat keduanya betah berlama- lama di sana

" Nak, sampai kapan kamu urusi terus anak orang?

Apa kamu ngga memikirkan masa depan mu?

Kamu udah cukup umur untuk membina rumah tangga loh?"

Pertanyaan bertubi-tubi di lontarkan oleh permpuan paruh baya, yang sudah pasti itu adalah ibunya gadis yang duduk di

sampingnya,

Dengan lembut sang ibu mengelus-elus kepala yang terbalut kerudung

Nina Mahesa nama permpuan itu usia yang sudah mendekati 25 tahun, belum ada tanda-tanda dekat dengan laki-laki

Maklum kalau di kampung usia 25 tahun belum menikah orang tua itu udah merasa khawatir, takut-takut kalau di sangka ngga laku, atau di katain sebagai perawan tua.

Tapi kalau Nina mana mungkin dekat dengan laki-laki, dalam kamusnya ia tidak mau dekat dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya,mungkin ia akan benar-benar dekat dengan laki-laki saat seseorang itu sudah menjadi suaminya

Benar-benar permpuan langka

Senernya kalau di katakan sebagai permpuan taat dalam agama, ya hampir,ia sedang mencoba menjalaninya, menutup auratnya dengan pakaian syar'i, menjauhi

Segala hal yang yang berbau zina, pacaran salah satunya dll

Ya begitulah kira-kira dia...

Tapi satu hal yang pasti jika ada laki-laki yang tahu sifat aslinya dijamin akan jatuh cinta kenapa?

Sifat lembut dan tulusnya ditambah dengan simpatiknya mampu membuat siapa pun yang dekat dengannya akan merasa nyaman.

Contoh kecilnya ia sangat di kagumi oleh anak-anak remaja permpuan di kampungnya.

Karena selalu bisa membuat mereka nyaman saat sedang bersamanya, bahkan untuk teman curhat pun enak.

Saat ini kegiatan gadis itu, selain membantu ibunya berdagan, ia juga membimbing anak-anak remaja untuk selalu dekat dan taat pada landasan agama.

" Bu nanti jika tiba waktunya, aku pasti menikah, ibu tenang aja!"

Terangnya dengan menatap ibunya dalam-dalam

"Tapi sampai kapan?"

Nina hanya menanggapi pertanyaan sang ibu dengan senyuman

Sebenarnya dalam hati ia sangat merindukan seorang laki-laki datang ke rumah untuk melamar dan menikahinya

Laki-laki pemberani, bukan pengecut pada umumnya, ya sering kali gadis ini dapat perhatian dari lawan jenis yang ingin mendekatinya, namun untuk meminta di jadikan pacar terlebih dahulu jelas perempuan itu menolak.

"Jangan terlalu memikirkan hal itu Bu, bantu Nina dengan doa aja, agar kelak saat tiba waktunya Nina menikah dengan laki-laki terbaik pilihan Allah.

Yang Soleh, yang benar-benar bisa menjadi imam yang baik buat Nina.

"Assalmu'alaykum..."

Seseorang permpuan berjilbab panjang datang menghampiri Nina dan ibunya

"Wa'alayikumussalam warohmatullah"

Jawab kedua wanita itu dengan kompak

" Eh, mba Ningsih tumben?" Tanya Nina dengan menyelidik

"Ada perlu lah, sama kamu!"

"Kalau begitu ibu tinggal dulu yah?

Silahkan mb Ningsih duduk"

"Ia terimakasih Bu..."

Setelah Bu Maryam pergi Ningsih langsung pasang wajah seriusnya

" Ada apa sih?"

Nina begitu penasaran dengan kedatangan teman karibnya

"Mmm...di mulai dari mana yah ngomongnya?"

"Ada apaan?" Nina bertanya dengan rasa penasarannya

"Cerewet banget sih!"

Ningsih sampe kesel di buatnya

" Lah, habis mukanya tegang gitu!"

"Aku mau minta tolong bisa ngga?"

Nina mengerutkan keningnya

" Minta tolong apa?"

" Bu Tuti menyuruh ku, untuk mencari perempuan baik, buat di bawa ke tempat kerjanya!"

Nina menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal

"Terus apa hubungannya dengan ku?"

Ningsih langsung berinisiatif menceritakan semua dengan panjang kali lebar

Sementara yang mendengarkan hanya ber oh ria.

" Gimana, bisa menolong Bu Tuti kan?

Kasihan loh beliau, katanya untuk kali ini pekerjaan Bu Tuti lah yang jadi taruhannya, kalo sampe ngga dapet permpuan yang di inginkan oleh majikannya, Bu Tuti akan di pecat!"

Bu Tuti adalah salah satu tetangga dekat Nina, beliau permpuan hebat yang masa hidupnya hanya di gunakan dengan kerja dan kerja, beliau punya suami dan anak namun mereka hanya bermalas-malasan,

Kebutuhan hidup yang menderanya lah yang membuat Bu Tuti harus terus bekerja menjadi tulang punggung.

" Jadi gimana mau yah nin, bantu Bu Tuti?

Soalnya aku rasa kamulah yang cocok untuk pekerjaan ini?"

\*\*\*

"Jadi gimana, mau yah Nin bantu Bu Tuti?

Soalnya aku rasa kamulah yang cocok untuk pekerjaan ini!"

Nina mengeha nafas beratnya

" Aku sih udah ngomong ke ibu, beliau mengizinkan, asal hanya sebulan duabulan!"

" Benarkah?"

Mata Ningsih berbinar-binar, mendengar ucapan Nina

Akhirnya aku bisa bantu Bu Tuti, walau hanya sekedar mencarikan permpuan yang beliau inginkan.

" Kamu tenang saja, untuk urusan gaji

Katanya lumayan besar, 5 juta per bulan!"

Nina bengong mendengar gaji 5 juta per bulan

Orang kaya yah, 5 juta per bulan ngga ada artinya, beda dengan kami yang di sini, berapa pun nominalnya sangat berarti.

" Ya udah deh, besok pagi kamu harus udah siap yah, aku anter kamu ke tempat kerja Bu Tuti"

" Sebenarnya kalau bukan karena Bu Tuti, aku lebih memilih di rumah, nemenin ibu!"

" Anggap saja buat cari pengalaman, syukur-syukur kamu di sana juga ketemu sama jodoh yang kamu cari selama ini!"

"Ih, apaan...!"

"Ya kali aja!"

Ningsih senyum-senyum melihat rona muka Nina yang terlihat kesal karena ulahnya

" Yang namanya jodoh kan kita ngga tahu, kapan dan di mana ketemunya!"

Kali ini Ningsih benar-benar mau membuat Nina kesal

" Au... ah...

Kalau udah ngga ada yang perlu di bahas, mending pulang aja Sanah, kasian suami dan anak-anak mu menunggu terlalu lama!"

Maaf yah mb, bukan bermaksud mengusir, aku hanya ingin menghindar dulu membahas jodoh, terlalu pusing dan ruwet urusannya, terus ujung-ujungnya aku yang galau sendiri.

" Ngusir nih?"

Tapi bener juga sih aku udah dari sore, sampe mau magrib masih di sini.

" Ya udah aku pulang yah, besok pagi aku anter ke tempat kerja Bu Tuti!"

Ningsih berpamitan pada Nina, yang masih terlihat kesal dengan ulahnya

" Dasar gadis aneh!

Assalmu'alaykum..."

Ningsih setengah berlari setelah berhasil mengacak-acak kerudung Nina.

" Iiiihhhh .....nyebelin.....!!!"

Nina teriak melihat kepergian sahabatnya.

Ningsih adalah salah satu sahabat dekat Nina, orangnya rame, jahil tapi penyayang, ia juga begitu perhatian, jiwa sosialnya tinggi, pokoknya ngga nyesel kalau punya temen kaya dia

Setatus sudah menikah, dan di karunia 2 anak, satu laki-laki, dan ke dua permpuan.

\*\*\*

Seperti yang di rencanakan Aldi pagi ini, ia sudah bersiap untuk pergi, bahkan barang bawaan seperti koper dan keperluan lainnya

Sudah berada di depan pintu kamar tinggal memanggil asistennya untuk membawa dan menyimpannya di bagasi mobil.

Sebelum perg Aldi menemui Vika, yang sudah ada di meja makan, pagi ini Vika libur sekolahnya jadi nyantai.

Sambil mengolesi roti dengan selai coklat, Vika tampak murung, melihat kakanya yang sudah bersiap pergi

" Kenapa sih kerjanya ngga di sini aja?

Apa kakak ngga tahu kalau, aku di sini kesepian?"

Kali ini Vika meluapkan emosinya

" Kata kakak, aku itu adik satu-satunya, kalau aku hanya di tinggal- tinggal terus, tanpa di perhatikan, jangan harap aku jadi Ade yang baik!"

Ucap Vika dengan kesal

Saking kesalnya, roti yang sudah siap di santap, kini hanya ia biarkan di piring.

Aldi yang ingin berniat sarapan bareng dengan sang adik kini hanya diam

Nafsu makannya sudah hilang bersama kekesalan yang di buat Vika

" Dengarkan baik-baik Vika,kalau bukan karena ulah ayah dan ibu yang meninggalkan kita di sini, kita ngga akan mungkin seperti ini, dunia itu kejam, apa kamu pikir hidup mewah ini dan fasilitas yang ada di dalamnya begitu mudah di gapai, mudah di dapat?

kakak kerja tanpa mengenal lelah, itu untuk kelayakan hidup kita.

Kamu yang di sini hanya tinggal menikmati hasil, tapi masih ngga mau terima!!!

Masih protes ini itu, dan parahnya lagi masih menuntuk kakak untuk memperhatikanmu???"

Mendengar kemarahan sang kakak Vika hanya menangis, bahkan ia tak berani untuk sekedar melihat wajah sang kakak

Ia tidak menyaka hidangan sarapan paginya kali ini adalah kemarahan sang kakak yang begitu menusuk hatinya.

" Kakak itu cuman minta satu hal sama kamu, jadi anak yang baik!"

Kata-kata itu Aldi ucapkan sambil memandang Vika yang terus menangis

Sebenarnya ada rasa menyesal dan bersalah atas ucapannya pada sang adik, yang membuatnya begitu sedih, namun Aldi terlalu angkuh untuk mengakuinya, ia tidak berniat sama sekali untuk mengucapkan kata maaf.

"Satu lagi, siang ini ada permpuan istimewa yang akan datang ke rumah,

Dia adalah seorang yang akan menemani kamu saat kakak pergi, jika kamu ingin perhatian mintalah padanya, anggap saja ia sebagai kakakmu.

Kali ini Vika menatap tajam sang kakak, ia begitu sedih dan kecewa

"Kenapa setiap kali kakak pergi aku selalu di titipkan ke orang asing sih?"

Mendengar hal itu Aldi mendengus kesal

" Kamu masih protes?

Ini sudah menjadi keputusan kakak, keputusan ini tidak bisa di ganggu gugat kecuali...

Aldi menggantung ucapannya

" Kecuali apa kak?" Vika begitu penasaran dengan kalimat yang di gantung oleh sang kakak

"Kecuali kamu mau masuk pesantren!"

Setelah mendengar ucapan sang kakak, Vika kembali terdiam, ia tertunduk lesu

Ya entah kehidupan apa lah ini, yang jelas aku pengin punya adik yang baik, Solehah, walaupun aku sendiri jauh dari kata Soleh, shalat aja ngga pernah, apa lagi baca Qur'an, tapi paling tidak aku pengin Vika yang lebih baik lag, tidak liar seperti sekarang ini.

Setelah amarah mereda Aldi mendekati Vika ia berbisik

" Jika kakak pulang, kelakuanmu sudah lebih baik, kamu boleh minta apapun ke kakak!"

Setidaknya mencoba menghibur Vika, agar tidak terus manyun seperti itu.

Benar saja Vika langsung tersenyum

"Benarkah kak, apa pun itu?"

" Yups...

Apa pun itu...!"

\*\*\*\*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!