NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5

“Hmm, lama sekali jawabnya .…” ucap Renzo sembari melipat kedua tangannya di dada.

“Sebentar, biarkan aku mengatur nafasku dulu.” jawab Luna sambil mengatur nafasnya yang berat.

Sesaat kemudian dia menarik nafasnya dalam-dalam dan menjawab. “Aku mau menjadi pasangan kamu, bawa aku ke dalam hidupmu. Bahkan, aku tidak berniat untuk keluar dari hidupmu apapun yang terjadi. Asal bukan karena perselingkuhan aku akan selalu menerima dan memaafkan,”

Renzo yang sedang menyeruput es kopi nya seketika terhenti, menatap Luna yang kini sorot matanya penuh harapan.

“Kamu bicara seolah dunia ini selalu baik-baik saja, semoga kamu tidak menyesal dengan pilihanmu.”

Luna menggeleng dan berkata. “Jadi, mulai sekarang aku akan menjadi bagian dari hidupmu?”

“Yes, that's your choice.”

Dalam hati Luna berteriak sangat kencang, dia senang bukan kepalang. Pria tampan idamannya sejak pandangan pertama kini menjadi kekasihnya.

.

“Terus apa yang akan kita lakukan di hari pertama sebagai sepasang kekasih?” tanya Luna dengan menopangkan dagunya di tangan.

“Pulang,” jawab Renzo singkat.

Luna mengerucutkan bibirnya, dia paham bahwa yang di hadapannya sekarang bukanlah pria romantis yang akan memberikannya bucket bunga atau menebarkan senyum hangat setiap kali menatap dirinya.

“Baiklah, antar aku pulang karena mobilku masih ada di basement kantor.”

Renzo berdiri dari kursinya, pria tampan itu terlihat mempesona walau hanya memakai kaos hitam dan celana panjang hitam. Dia mengulurkan tangannya untuk di genggam oleh Luna.

“Ayo, diam saja kayak patung!” pekik Renzo.

Luna terkekeh kecil.

“Ah, aku akan menikmati masa-masa indah ini .…” batin Luna.

Mereka berdua berjalan menuju ke halaman parkir, banyak mata memandang ketampanan Renzo.

Tak ada yang aneh sampai Luna kembali tercengang saat masuk ke dalam mobil Renzo. Sangat bersih dan wangi, itulah yang ada di pikiran Luna. Mobil hatchback mewah serba hitam sangat sesuai dengan kepribadian Renzo.

Selama di perjalanan Luna dan Renzo hanya berbincang terkait pekerjaan, seperti apotek dan lab orang tua mereka yang baru saja buka.

Sampai tiba-tiba….

“Ehh, ada pasar malam. Ke sana sebentar yuk!” Luna menunjuk ke arah kirinya.

Renzo hanya diam namun mobilnya menepi mengikuti kemauan Luna.

Pasar malam itu penuh dengan suara riuh pedagang, anak-anak tertawa dan aroma makanan yang menggoda. Luna tampak sangat antusias, berjalan di depan Renzo sambil menunjuk berbagai hal yang menarik perhatiannya.

“Aku yakin kamu pasti tidak tahu tempat seperti ini, huh. Aku juga anak orang kaya sama seperti kamu, tapi aku tahu tempat seperti ini,” cibir Luna.

Luna menggandeng lengan Renzo dengan senyum yang merekah lebar di wajahnya, perjalanan mereka di mulai dari spot makanan.

Luna membeli permen kapas besar berbentuk boneka. “Kamu suka ini? Pernah makan ini nggak?”

Renzo menggelengkan kepala. “Mulai sekarang aku akan menyukai apapun yang kamu suka.”

Luna mengangkat kedua alisnya sembari terus berjalan. Renzo mengikutinya dari belakang, menatap sang kekasih dengan rambut panjang yang terurai dan pakaian kantor yang masih ia kenakan dari pagi.

“Kalau aku suka kamu tersenyum, apa kamu mau memberikannya untukku?” ucap Luna sembari berbalik badan dan menghentikan langkahnya.

Hanya dalam beberapa detik permintaanya terkabulkan, Renzo menorehkan senyumnya pada Luna. Bahkan ia mengusap lembut rambut Luna.

“Bisa gila aku lama-lama kalau begini. Kenapa aku jadi cengar-cengir sendiri kayak kuda,” batin Luna.

.

.

Perjalanan pulang dari pasar malam terasa sunyi, tetapi tidak canggung. Renzo menyetir dengan tenang, sesekali melirik ke arah Luna yang duduk di sampingnya. Gadis itu tampak kelelahan setelah malam penuh tawa dan kegembiraan.

Kepalanya perlahan bersandar ke jendela mobil dan tak lama kemudian Luna tertidur. Wajahnya yang damai dalam tidur membuat Renzo tersenyum tipis. Dia memperlambat laju mobil, ingin memastikan perjalanan tetap nyaman untuk Luna.

"Gadis aneh. Bagaimana bisa kamu membuat hariku berubah hanya dengan senyuman? Lagipula dia masih tidak menyerah ingin dekat denganku. Sunguh aneh," gumam Renzo.

Setibanya di depan rumah Luna, Renzo menghentikan mobilnya lalu menoleh ke arah gadis yang masih terlelap. Dia mencoba membangunkannya dengan menyentuh lengan Luna tapi gadis itu masih terlelap.

Renzo menatap Luna cukup lama.

Tanpa sadar, Renzo mulai mendekatkan wajahnya ke arah Luna. Jarak mereka hanya tinggal beberapa inci, aroma lembut parfumnya menyentuh indra penciuman Renzo. Namun, tepat saat bibirnya sudah menyentuh kening Luna, tiba-tiba kepalanya terasa seperti dihantam palu besar.

Renzo menjauh seketika, menekan pelipisnya dengan satu tangan. Napasnya memburu, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Tubuhnya gemetar, rasa sakit di kepalanya semakin tajam seperti tusukan jarum yang tak berkesudahan.

“Arrrhh, kenapa muncul sekarang?”

Ia menggenggam setir mobil erat-erat, berusaha menenangkan dirinya. Namun, rasa sakit itu tidak kunjung reda. Bayangan-bayangan samar mulai memenuhi pikirannya—bayangan gelap yang selalu ia coba lupakan.

Keringatnya semakin deras dan tubuhnya terasa melemah. Renzo mencoba menarik napas dalam-dalam, berjuang untuk tidak kehilangan kendali di depan Luna yang masih terlelap.

Karena tidak lagi bisa menahan, tangan Renzo meremas kuat tangan Luna hingga membuatnya terbangun. Luna menatap Renzo dengan mata yang masih setengah terbuka, namun ekspresi khawatir segera muncul di wajahnya ketika melihat kondisi Renzo.

“Hey, kamu kenapa? Kepalanya sakit?”

Renzo menggeleng pelan, mencoba tersenyum meskipun tubuhnya masih terasa lemah.

"Aku baik-baik saja... cuma kelelahan."

Namun, suaranya terdengar lemah dan sedikit bergetar. Luna tidak percaya begitu saja. Ia segera meraih lengan Renzo, merasakan betapa dinginnya kulit pria itu.

Luna juga mencoba mengusap keringat yang mengalir deras dari pelipis Renzo.

"Ini kamu lagi nggak baik-baik saja. Tunggu di sini ya, aku akan memanggil Papa buat bantu kamu."

"Tidak! Jangan..." ia masih meremas kuat tangan Luna. “Sebentar saja, Luna. Izinkan aku mengendalikan ini sebentar saja, maaf,” imbuhnya lagi.

Luna mengangguk, matanya sudah penuh dengan buliran air yang siap menetes saat melihat pria yang di depannya kesakitan.

.

Lama kelamaan nafas Renzo mulai terkendali, genggaman kuat tangannya pada tangan Luna semakin berkurang. Luna mengusap halus punggung Renzo dan tersenyum.

“Kamu hebat,”

Tatapan Renzo masih penuh tanya atas ucapan Luna.

“Maksudku kamu hebat, sedang sakit tapi masih bisa antar aku pulang. Seharusnya tadi aku pulang sendiri saja kalau tahu kamu sakit,” lanjut Luna lalu memberikan pelukan hangat pada Renzo.

Tok!

Tok!

Seseorang mengetuk kaca mobil Renzo, seseorang dengan badan besar dan memakai kemeja serba hitam.

Renzo membuka kaca mobilnya. “Ada apa?”

“Tuan yang menghubungi saya untuk mengantar pulang,” ucap pria itu.

Wajah Luna penuh tanya siapa pria kekar yang ada di luar mobil tersebut?

Belum sempat ia bertanya Renzo lebih dulu menjelaskan. “Itu supirku, tadi aku menghubunginya karena sudah merasa badanku lelah. Kamu segera masuk sana, tidak perlu khawatir ada Johan yang akan mengantarku pulang.”

Dengan berat hati, Luna akhirnya menuruti permintaan Renzo. Namun, saat ia melangkah masuk ke rumah, Luna terus menoleh ke belakang, memastikan Renzo benar-benar baik-baik saja.

.

“Bayangan siapa itu yang selalu berputar di kepalaku di saat rasa sakit mulai muncul? Gadis yang memakai kemeja putih?” batin Renzo di perjalanan pulang sembari menyenderkan kepalanya di kaca mobil.

1
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!