BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 15
Calix mengendarai mobilnya dengan kecepatan rendah, pria itu tak henti-hentinya mentertawakan aksi Berryl tadi.
"Tak bisakah kau diam? Kita sudah melewati tiga tanjakan dan kau sampai sekarang masih terus tertawa?!" tanya Berryl sengit.
"Berryl, Ha ha ha! Bagaimana bisa kau mengangkat wanita tadi seperti itu. Kau ... benar-benar konyol!" Calix sesekali memegang perutnya yang sudah keram.
Berryl mendengus kesal. "Jadi, kemana tujuan kita sekarang?"
"Aku akan membawamu ke klinik kecantikan terkenal milik temanku. Kau harus melakukan perawatan wajah mulai dari sekarang, tentunya juga di bantu dengan skincare yang kita beli tadi," jawab Calix dengan senyum cerah.
Berryl melirik ponselnya yang sejak tadi bergetar. Sebuah pesan masuk dari Alby, Ibnu dan juga Kanaya. Berryl lebih dulu membuka chat dari adiknya.
Alby : Gue udah bekerja di perusahaan tempat lo kerja kemarin, Kak. Sesuai dengan rencana yang lo mau. Sekarang, bisa beri tau gue dimana lo sekarang? Gue cemas!
Ibnu : Mau sampai kapan kamu sembunyi terus seperti ini, Ryl? Apa salah ku? Kamu memang gak pernah becus mengurus suami. Egois!
Ibnu : Pulang lah, kepalaku pusing melihat rumah seperti kapal pecah!
Ibnu : Jika memang gak mau pulang, gak masalah. Tapi tolong kirimkan BPKB dan STNK mobil, aku ingin melaporkan kehilangan.
Ibnu : Ryl, kamu punya uang simpanan? Bisa belikan mas mobil dulu? Nanti mas ganti uangnya, mas capek tiap hari naik taksi online.
Kanaya : Sahabatku sayang! Where are you? Pulang lah, aku merindukanmu.
Berryl kembali menyimpan ponsel nya. Moodnya tiba-tiba rusak akibat membaca pesan dari Ibnu dan Kanaya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kulit dasarnya sudah bagus karena dia belum pernah memakai produk-produk ber merkuri. Cukup perawatan facial dan sedikit chemical peeling dengan dosis rendah untuk mengatasi kulit kusam nya," saran Dr. Hendra yang merupakan sahabat Calix.
"Apa itu aman untuk pemula sepertinya?" tanya Calix khawatir.
"Tentu saja aman, serahkan saja padaku. By the way ... apa dia kekasihmu?" tanya Hendra hati-hati.
"Dia?!" Calix mengintip Berryl dari balik pintu kaca yang sedang melakukan treatments.
Hendra menganggukan kepalanya dan menunggu jawaban Calix.
"Kau tau kan tipe ideal ku seperti Camila Cabello ....!" sangkal Calix.
"Hey ... aku mengenalmu, Bro! jika ada kerbau dan wanita cantik tercebur di laut yang membutuhkan pertolongan mu, kau akan memilih kerbau! Tak pernah ada yang bisa merubah sifat dinginmu terhadap wanita. Tapi lihat ini? Dirimu repot-repot kemari hanya untuk menemaninya treatments. Kau menyukainya hmm?" goda Hendra.
"Singkirkan pikiran kotor mu," jawab Calix datar.
"Hati-hati Calix. Jangan sampai apa yang terjadi pada ayahmu juga terjadi padamu. Jika wanita itu mengincar hartamu, tinggalkan saja," nasihat Hendra.
"Mengincar harta apanya? Bahkan jika aku bekerja selama seratus tahun pun, hartaku tidak akan bisa menyaingi harta wanita kerbau itu." sinis Calix.
"Hey, ha ha ha! Apa dia terlihat seperti kerbau bagi mu? Pantas saja kau menyukai nya," goda Hendra yang membuat Calix mendelik kesal.
"Tapi, kenapa aku ngerasa familiar sama wajahnya ya?" Hendra mengerutkan keningnya.
"Wajar saja. Apa kau lupa? Dia teman Kanaya!" sinis Calix.
"What?! Berryl? Berryl yang dulu itu? Apa yang terjadi pada tubuhnya?" Hendra begitu terkejut.
"Ulah Kanaya!" jawab Calix dengan rahang yang mengeras.
"Astaga! Oke aku paham sekarang kenapa kau bersamanya!" Hendra menepuk-nepuk pelan bahu sahabatnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
POV BERRYL
Ternyata seperti ini rasanya perawatan wajah. Efek pijatan ringan di wajah benar-benar membuat sakit kepalaku berkurang. Bahkan sepertinya mood ku juga membaik. Benar-benar menyegarkan. Tau begini sih, sejak dulu aja deh aku perawatan!
"Sudah selesai, Bu Berryl," ucap ramah therapist yang melakukan treatments padaku.
"Terimakasih ya." Aku tersenyum sembari menyelipkan delapan lembar uang merah di tangan wanita cantik itu.
"Bu, ini banyak banget." wanita itu begitu kaget.
"Rezeki." Aku mengulas senyum tipis.
Wanita dengan seragam pink fanta itu menitikkan air matanya. "Padahal dari tadi saya tidak fokus dalam mengerjakan tugas saya. Maaf ya, Bu. Dari tadi saya sedang kepikiran mau cari dimana lagi uang untuk membeli buku pelajaran anak saya. Mau pinjam sama bos, tapi saya baru kerja tiga hari di sini. Jadinya segan. Alhamdulillah! Allah menolong saya lewat Bu Berryl."
Therapist itu berkali-kali mengucapkan terimakasih padaku dan kembali melanjutkan cerita tentang perjalanannya dalam merawat anaknya seorang diri.
Anak? Andaikan saja aku memiliki anak, apa sikap Mas Ibnu akan berubah?
Sejak awal pernikahan, aku dan Mas Ibnu sudah berniat ingin segera punya momongan. Namun, setiap bulan hati kami selalu patah ketika lagi dan lagi aku mendapatkan menstruasi.
Tiga bulan pernikahan, Mas Ibnu masih berusaha bersabar untuk perihal keturunan. Namun, memasuki bulan ke empat ... segala tuduhan dilemparkan sepenuhnya kepadaku. Mas Ibnu, adiknya beserta ibu mertua tak pernah bosan mengatakan aku mandul.
"Kita gak usah sering-sering melakukan hubungan intim ya, Ryl. Toh kamu juga gak bisa kasih aku keturunan. Jadi gak usah buang-buang stamina aku, bikin capek doang." itu lah kalimat Mas Ibnu yang masih membekas di hatiku sampai sekarang.
Kalimat kasar tak hanya ku dapatkan di rumah saja, para tetangga pun seringkali menyindir ku. Itu karena keluarga Mas Ibnu seringkali bergosip tentang kemandulan ku dengan para tetangga. Di suguhkan bahan untuk bergosip, tentu saja membuat para tetangga bersemangat. Aku lah yang menjadi sasaran empuk dari nyinyirnya mulut mereka semua.
"Kasihan banget deh si Ibnu, ganteng-ganteng dapat bini jelek kayak begitu. Mana pakai mandul pula!" sindir bu Kokom ketika aku melewatinya saat hendak berangkat ke kantor.
"Iya, loh! Kok mau sih?" Bu Rahma menjeling sinis padaku.
"Kayaknya bener deh kata Nela. Di pelet!" jawab Bu Kokom yang di sambut gelak tawa oleh ibu-ibu lainnya.
Aku mengabaikan sindiran mereka dengan senyum tipis meskipun hati di liputi kepedihan yang mendera.
Selama enam bulan aku menikmati setiap sindiran kejam yang menguras emosi. Namun, sebuah kebenaran terkuak ketika aku menuruti saran dari Renata untuk memeriksa kesuburan Mas Ibnu tanpa sepengetahuannya.
Dokter menyatakan padaku bahwa Mas Ibnu divonis Azoospermia. Dimana kondisi Mas Ibnu tidak mempunyai sp*rma dalam air m*ni saat dia berej*kulasi. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kemandulan pada pria.
Mendengar penjelasan dokter membuat aku tertawa terbahak-bahak, karena aku merasakan lega di dadaku. Setidaknya aku normal, setidaknya bukan aku yang bermasalah selama ini. Meskipun sudah mengetahui faktanya, aku masih menjaga aib suamiku. Bahkan sampai kini pun Mas Ibnu tak pernah tau bahwa dirinya lah yang bermasalah.
Bagiku, tidak bisa mempunyai keturunan bukanlah sebuah kejahatan. Bukankah lebih jahat bagi orang yang di beri kesempatan menjadi orang tua oleh Tuhan, tetapi menelantarkan anaknya? Menggugurkan kandungan, membuang bayi ke tong sampah, memberikan kehidupan tak layak bagi buah hati, dan mengharapkan anak membalas jasa dari membesarkan mereka.
Hatiku kembali pilu ketika teringat kasus yang baru viral beberapa hari ini. Seorang balita meninggal akibat ditinggal berlibur sepuluh hari oleh ibunya. Mirisnya lagi, sangking laparnya, mulut balita itu penuh dengan kotorannya sendiri.
Ada ribuan pasangan yang tak beruntung karena tidak bisa mendapatkan keturunan. Namun, ada juga jutaan anak malang yang di lahirkan dari orang yang tak layak mendapatkan gelar sebagai orang tua.
Dunia memang begitu menyakitkan bukan?
Aku harap orang-orang yang tidak beruntung dalam perihal keturunan, tidak mengalami nasib sepertiku. Di intimidasi , di hakimi tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selesai perawatan, aku meminta Calix mengantarku ke sebuah salon. Tepatnya lokasi yang membuat tubuhku bengkak seperti ini.
Sesampainya di salon, Mbak Rani terlihat gugup saat aku mengunjunginya. Wanita itu berusaha menutupi kegelisahan nya.
Aku datang seperti biasa, dengan alasan jadwal injeksi. Yang bikin berbeda, kali ini aku tidak datang bersama Kanaya.
"Tapi kok bobot tubuhku jadi terus bertambah ya mbak, semenjak melakukan injeksi di sini? Apa Vit C nya mengandung bahan penggemuk tubuh? " sindirku hingga membuat jarum suntik terjatuh dari tangan Mbak Rani.
"Ha ... ha ... ada-ada aja deh, Mbak Berryl. Tenang saja mbak, gak ada yang begitu-begituan. Di sini aman. Mungkin Mbak Berryl kurang mengontrol makan, atau barangkali Mbak Berryl ada mengalami stress. Stress juga dapat memicu meningkatnya berat badan loh, " kilah Mbak Rani.
"Ngapain juga saya stress, Mbak. Uang belanja cukup, suami dan mertua menyayangi saya. Gak ada pemicu yang membuat saya stress," bohong ku.
Aku melihat ada senyum sinis yang tersungging di bibir Mbak Rani yang otomatis membuat dadaku memanas.
Aku mengepalkan tanganku. "Jadi, kau dibayar berapa sama Kanaya untuk membuat tubuhku menjadi seperti ini?"
Mbak Rani kembali menjatuhkan jarum suntik di tangannya. Ekspresi panik tak dapat di sembunyikan lagi dari wajahnya.
"Aku tanya sekali lagi, berapa Kanaya membayarmu, Sialan?!" Aku menatap Mbak Rani dengan sorot mata tajam dan senyum seringai yang semakin membuat tubuh wanita itu bergetar.
Sementara Calix sejak tadi tersenyum puas dengan kamera ponsel yang menyala.
*
*
*
jangan jangan yang kemaren di atap yg ngeliat dan ngerekam kanaya lagi acekiwir sama Ibnu itu juga Arga???
WAW 😲
soalnya mirna terlalu expose dia suka. sama si Ibnu jadi gak mungkin dia.
dia sangat mencurigakan.