Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flashback Marvin
Marvin sedari kecil telah mahir berenang, dulu dia mengikuti les renang setiap pulang sekolah, makanya di mansion ada kolam renang yang lumayan besar, dulu Tuan Rama sengaja membangun kolam renang itu untuk Marvin. Dulu keluarga mereka begitu bahagia, jauh sebelum Tuan Rama tergoda oleh Sonya.
Malam itu Marvin nekad menenggelamkan dirinya di dalam air sungai, dia mencoba menahan nafas sekuat tenaga, dia belum bisa meluncur ke permukaan air selama Markus ada di atas tebing itu, karena dia melihat ada cahaya senter yang dipancarkan oleh Markus ke air sungai.
Setelah memastikan aman, Marvin segera meluncur ke permukaan air, nafasnya sangat terasa sesak sampai dia terbatuk-batuk, lalu menghirup banyak oksigen, dengan sisa tenaga yang dia punya, Marvin berenang ke daratan.
Setelah sampai daratan, dia terbatuk-batuk mengeluarkan banyak air dari mulutnya sambil memukul-mukul dadanya, "Ohok... ohok!"
Marvin teringat kembali dengan mamanya, dia harus segera bangkit. Marvin berjalan dengan sempoyongan memasuki hutan di sekitar sungai sana. Dia ingin mencari bantuan kepada warga agar mamanya dapat terselamatkan.
Namun kondisi tubuhnya sangat lemah, bahkan nafasnya sudah tak beraturan, penglihatannya mulai terasa kabur, dia telah kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya ambruk ke tanah, tak sadarkan diri.
Paginya...
Cahaya matahari menyilaukan mata Marvin, membuat Marvin terbangun, dia celinguk celinguk memperhatikan area sekitar, ternyata dia masih berada di dalam hutan.
Marvin menangis, dia pikir kejadian semalam hanya mimpi buruk belaka, namun ternyata semua yang dia alami semalam itu nyata adanya.
"Mama!" Marvin tidak bisa berhenti menangis, dia merasa telah gagal menjadi seorang anak, karena tidak bisa melindungi mamanya.
Namun Marvin tidak boleh diam, dia harus melihat bagaimana keadaan mamanya sekarang, dia segera bangkit walaupun tubuhnya terasa lemah.
Butuh waktu dua jam untuk Marvin bisa kembali ke rumah, dengan menempuh perjalanan yang berliku, namun dia tidak akan menyerah sebelum memastikan sendiri bagaimana kondisi mamanya, berharap mamanya masih hidup.
Dari kejauhan, Marvin terkejut saat melihat keadaan rumahnya yang tak berbentuk lagi, dia melihat banyak warga berkerumun disana, ternyata semalam rumahnya telah habis terbakar. Dia yakin pria berwajah seram itu yang membakar rumahnya.
Marvin menangis terisak-isak, betapa hancurnya dia membayangkan bagaimana kondisi mamanya saat ini. "Arrrggghhh... Mama!"
"Mama!"
"Jangan tinggalkan Marvin mama!"
Marvin ingin berlari kesana, namun langkahnya terhenti begitu menyadari diantara kerumunan warga, ada beberapa pria berbaju hitam menatap ke arahnya. Apakah mungkin mereka komplotan dari penjahat semalam?
Marvin terkejut melihat para pria berbaju hitam itu berjalan ke arahnya, Marvin segera berlari untuk menyelamatkan dirinya. Namun sayangnya karena kondisinya badannya yang lemah, membuat dia terjatuh.
Marvin sangat ketakutan begitu melihat ada sepasang sepatu dihadapannya, dia menyadari ternyata terjatuh tepat di hadapan seorang pria, pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Marvin berdiri.
Marvin menengadah ke atas, dia ingin tau siapa pria yang mengulurkan tangan padanya, ternyata pria itu Om Theo. Marvin pernah melihatnya satu kali saat beberapa hari yang lalu Om Theo berkunjung ke rumahnya untuk mengajak Bu Rena dan Marvin tinggal bersamanya.
Dulu hubungan Bu Rena dan Om Theo sangat renggang karena Bu Rena tidak menyukai pekerjaan adiknya itu, apalagi semenjak Bu Rena menikah dengan Tuan Rama, Bu Rena dilarang oleh Tuan Rama untuk berkomunikasi dengan keluarganya karena Tuan Rama masih sakit hati atas penolakan kedua orang tua Bu Rena, dulu orang tua Bu Rena tidak merestui pernikahan mereka.
Karena itu Marvin tidak mengenali betul siapa sosok Om Theo, pria yang sekarang ada dihadapannya ini. Hanya saja dia pernah mendengar cerita dari sang mama kalau Om Theo adalah anak angkat yang di adopsi oleh orang tua Bu Rena, namun mereka sudah menganggap Om Theo sebagai anak mereka sendiri.
Marvin segera meraih uluran tangan Om Theo. Dia berdiri di hadapan Omnya itu.
Om Theo memperlihatkan ponselnya kepada Marvin, Marvin terkejut saat melihat video disana yang memberitakan tentang dia dan ibunya yang telah mati hangus terbakar. Mungkin karena berita itulah Om Theo bergegas pergi ke Kampung Duku untuk memastikan kebenaran berita tersebut.
Tentu saja Om Theo sangat terpukul karena tidak bisa melindungi kakaknya dan Marvin, namun alangkah terkejutnya dia saat melihat dari kejauhan ada Marvin yang sedang memperhatikan kerumunan disana.
Lalu mengapa ada tulang belulang anak kecil di area kebakaran itu?
Apa mungkin sebenarnya kebakaran semalam telah direncanakan?
Apa itu artinya kakaknya meninggal karena dibunuh?
Karena itu Om Theo segera menyuruh anak buahnya untuk menangkap Marvin.
Marvin tidak menyangka dirinya telah dinyatakan meninggal bersama mamanya. Di layar ponsel Om Theo dia melihat papanya di wawancarai oleh banyak wartawan tentang peristiwa kebakaran semalam. Di berita itu papanya bilang, "Saya sangat sedih dan terpukul dengan apa yang menimpa mantan istri saya dan putra saya, membuat saya tidak bisa tidur nyenyak karena terus memikirkan mereka."
Marvin mengepalkan tangannya, bukannya terharu dengan apa yang dikatakan oleh papanya, dia malah semakin membenci pria itu. Dia yakin papanya hanya pura-pura sedih, hanya ingin citranya baik di mata masyarakat.
"Marvin Leonardo telah dinyatakan meninggal, karena itu kamu bukan Marvin lagi sekarang." Om Theo mengatakannya dengan nada datar.
Marvin menganga mendengarnya, kemudian dia menangis, mengapa dia harus mengalami nasib malang seperti ini? Bahkan dia tidak diberikan kesempatan untuk melihat dan memeluk jasad sang mama.
Om Theo mengusap pundak Marvin untuk menenangkannya. "Maafkan Om, Om gagal melindungi kalian. Kemarin markas Om diserang oleh sekelompok mafia pecundang, karena itu jika kamu bersedia, ayo ikut Om ke Australia. Om tidak bisa lama berada disini, sebelum para musuh mengetahui keberadaan kami."
"Lalu bagaimana dengan mama?"
"Kita semayamkan mamamu di tempat yang layak." Ternyata Om Theo telah membawa kerangka Bu Rena yang sudah tidak utuh itu untuk dimakamkan.
Marvin masih terisak, hatinya sangat hancur membayangkan bagaimana kesakitan mamanya di bunuh oleh Markus, bahkan pria itu tega membakar jasadnya.
Marvin menghapus air matanya, kemudian dia bersimpuh dihadapan Om Theo, "Tolong ajarkan aku menjadi lelaki yang kuat, aku ingin membalas perbuatan orang-orang yang telah menyakiti mama. Aku akan membunuh siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan mamaku, dengan tanganku sendiri." Marvin mengatakannya dengan suara yang parau.