Di dunia kultivasi yang dilanda konflik antara Ras Manusia dan Ras Iblis, Dewa Bin Jue dari Sekte Pedang Langit menjadi harapan terakhir umat manusia. Setelah bersembunyi di Gua Abadi, Dewa Bin Jue meninggal dan menciptakan warisan Pedang Langit sebelum Dewa Iblis Yu Zheng menyerang.
Di Benua Huang Zhou, pemuda jenius Luo Xinfen kehilangan kemampuan kultivasi akibat pengkhianatan tunangannya, Wei Ling. Dalam pencariannya untuk memulihkan kekuatannya, Luo Xinfen menemukan gua misterius yang menyimpan rahasia kuno. Di sana, ia bertemu dengan suara Dewa Bin Jue yang memberinya Pedang Langit.
Dengan warisan legendaris ini, Luo Xinfen bersiap untuk menghadapi tantangan, mengungkap kebenaran di balik pengkhianatan, dan menyelamatkan dunia manusia dari ancaman Ras Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LevzaaOP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 26 I Penyembuhan di Tepi Hutan
Luo Xinfen kemudian mengulurkan tangannya dan menyalurkan energi jiwa ke tubuh Ming Yue. Teknik penyembuhan Luo Xinfen bekerja dengan lembut, menyembuhkan luka internal yang tidak bisa dijangkau oleh pil saja. Perlahan, energi jiwa itu membersihkan dan menyeimbangkan aliran energi dalam tubuh Ming Yue, memperbaiki setiap cedera yang dia alami selama pertempuran.
“Sunggu luar biasa, Xinfen….. aku tidak pernah merasakan energi yang menenangkan seperti ini,” kata Ming Yue dengan mata setengah terpejam, menikmati perasaan tenang yang menyelimuti tubuhnya.
Luo Xinfen tersenyum tipis, “Teknik ini memang ada untuk penyembuhan mendalam. Beristirahatlah sebentar, kau akan segera merasa lebih baik.”
Sementara itu, Jiang Ren berjaga di sekitar mereka, memastikan tidak ada bahaya yang mengintai. Dia mengamati bagaimana tuannya, Luo Xinfen, merawat Ming Yue dengan hati-hati. Diam-diam, dia merasa bangga melihat perkembangan kekuatan dan kedewasaan tuannya yang luar biasa.
Setelah beberapa saat, Ming Yue merasa seluruh tubuhnya lebih ringan, dan rasa sakit yang dia rasakan sebelumnya hilang sepenuhnya. Dia membuka matanya, menatap Xinfen dengan pandangan penuh terima kasih. “Aku sangat berhutang budi padamu, Xinfen. Jika bukan karena bantuanmu, aku mungkin sudah….”
“Kau tidak perlu berterima kasih Ming Yue. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.” Ucap Luo Xinfen dengan lembut.
Ming Yue tersenyum, lalu dengan suara rendah berkata, “Aku sungguh beruntung bisa bertemu denganmu, Xinfen.”
Luo Xinfen membalas senyumannya. Namun pandangannya segera berubah serius, “Kultivator Klan lain dan Klan Feng semakin berani. Jika mereka berani menyerangmu di tempat terbuka seperti ini, berarti mereka benar-benar serius mengincarmu. Kita harus lebih berhati-hati ke depannya.”
Ming Yue megangguk, memahami bahaya yang mengintai mereka. “Aku juga menyadari itu, sepertinya mereka mencari sesuatu yang berharga yang baru-baru ini kudapatkan.”
“Apa itu?” tanya Luo Xinfen, tertarik.
Ming Yue ragu sejenak, lalu menjawab, “Sebuah artefak kuno dari Kota Qiyun, yang konon artefak ini menyimpan kekuatan tersembunyi. Aku tidak tahu pasti apa kemampuannya, tetapi artefak ini disebutkan dalam legenda sebagai kunci menuju kekuatan besar.”
Luo Xinfen termenung mendengar penjelasannya. Artefak kuno yang memiliki kekuatan besar tentu menarik perhatian banyak orang, terutama klan-klan kuat yang menginginkan kekuasaan.
“Kita harus menjaga artefak itu tetap aman. Kita juga harus berlatih lebih keras agar menghadapi siapa pun yang menginginkannya,” Ucap Luo Xinfen dengan tegas.
Setelah memastikan kondisi Ming Yue sudah stabil, mereka melanjutkan perjalanan menuju Kota Fuyu. Dalam perjalanan, Luo Xinfen berjanji dalam hati untuk melindungi Ming Yue dan artefak tersebut dari segala bahaya yang mengintai. Di balik itu, ia juga merasa penasaran akan rahasia yang mungkin tersimpan dalam artefak kuno tersebut.
Setelah beberapa hari perjalanan yang penuh kehati-hatian, Luo Xinfen, Ming Yue, dan Jiang Ren akhirnya tiba di Kota Fuyu. Kota ini lebih tenang dan jauh dari konflik seperti yang terjadi di Qiyun. Mereka mencari penginapan sederhana di pinggir kota untuk beristirahat.
Setelah mendapatkan kamar, Luo Xinfen memastikan keamanan ruangan sebelum duduk bersama Ming Yue dan Jiang Ren. Ketiganya tampak lelah setelah perjalanan panjang, tetapi Ming Yue tetap ingin menunjukkan artefak yang telah dia simpan dengan hati-hati.
"Mungkin sudah saatnya aku menunjukkan artefak ini padamu, Xinfen," kata Ming Yue dengan suara pelan, sambil mengeluarkan benda yang dibungkus dengan kain sutra tebal.
Mata Luo Xinfen dan Jiang Ren tertuju pada artefak itu. Saat kain sutra dibuka, terlihat sebuah kristal berbentuk bulat dengan warna kebiruan yang memancarkan cahaya lembut. Ada aura misterius yang menyelimuti kristal itu, membuat suasana ruangan terasa lebih hening dan sakral.
Dewa Bin Jue, yang selalu berada dalam bentuk roh pendamping, tiba-tiba berbicara. Tatapannya tertuju pada kristal tersebut dengan penuh kekaguman.
“Xinfen, kau tahu benda ini?” tanya Ming Yue.
Seketika Dewa Bin Jue memberitahu Xinfen. “ini…… adalah Kristal Surga Biru, salah satu artefak kuno yang dipercaya menyimpan energi langit yang sangat kuat. Legenda mengatakan bahwa siapa pun yang mampu menguasai kekuatan dalam kristal ini bisa mencapai tingkat kultivasi yang luar biasa, bahkan mungkin setara dengan dewa."
Kata-kata itu membuat Luo Xinfen terdiam sejenak. Dia baru menyadari bahwa artefak ini lebih dari sekadar benda antik, benda ini memiliki potensi untuk mengubah takdir siapa pun yang memilikinya.
Dewa Bin Jue melanjutkan, "Namun, kekuatan yang tersembunyi dalam Kristal Surga Biru ini tidak bisa dikuasai sembarang orang. Dibutuhkan ketenangan, kemurnian hati, dan pemahaman mendalam tentang energi jiwa. Benda ini juga dapat menjadi pedang bermata dua, karena jika energi di dalamnya tidak dikendalikan dengan benar, itu bisa membahayakan pemiliknya.”
Luo Xinfen termenung mendengar peringatan gurunya dan memberitahu kepada Ming Yue, “Ming Yue ini merupakan Kristal Surga Biru yang menyimpan energi langit yang sangat kuat. Oleh karena itu kau harus berhati-hati. Artefak ini memang bisa menjadi kekuatan besar, tetapi kau harus tahu bagaimana mengendalikannya dengan benar.”
Ming Yue mengangguk, wajahnya penuh tekad. "Aku mempercayakan benda ini padamu, Xinfen, aku yakin kau bisa melindunginya dari mereka yang berniat jahat."
“Tidak Ming Yue…. Ini merupakan artefak yang kamu dapatkan dengan susah payah, aku tidak mungkin menerimanya..” Ucap Luo Xinfen.
“Aku menyerahkan artefak ini, karena aku tidak sanggup untuk memegangnya, mungkin kamu adalah orang yang cocok untuk memiliki artefak ini. Ini merupakan ungkapan terima kasih ku karena kau telah menolongku.” Ucap Ming Yue.
“Apa kamu yakin Ming Yue?” Ucap Xinfen
“Aku sudah yakin Xinfen, semoga artefak ini bisa membantumu mencapai tujuanmu…” Ucap Ming Yue.
Luo Xinfen menerima Artefak itu dan memasukkannya ke kotak lalu menyimpannya ke cincin penyimpanannya. Setelah itu, mereka memutuskan untuk beristirahat dan Bersiap untuk sesi Latihan mendalam. Ming Yue memasuki kamarnya untuk berkultivasi, sedangkan Xinfen dan Jiang Ren menjaga di ruang tamu.
Malam itu, Luo Xinfen menatap langit Kota Fuyu dari jendela kamar, merasakan kedamaian yang langka. Dalam hatinya, dia berjanji untuk melindungi Ming Yue dan menjaga Kristal Surga Biru agar tidak jatuh ke tangan yang salah. Tantangan di depan mungkin berat, tetapi dengan kekuatan barunya, serta bimbingan Dewa Bin Jue, ia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang.
Setelah malam yang tenang di Kota Fuyu, Luo Xinfen, Ming Yue, dan Jiang Ren melanjutkan perjalanan menuju Ibu Kota Huangzhou. Mereka menyadari betapa berharganya Kristal Surga Biru yang kini berada di tangan Luo Xinfen, dan tekad untuk melindunginya semakin kuat. Artefak legendaris itu sekarang tersimpan dengan aman di cincin penyimpanan Luo Xinfen, dikelilingi oleh energi pelindung yang ia jaga dengan penuh perhatian.
Selama perjalanan, mereka melewati hutan lebat, lembah yang diselimuti kabut, dan desa-desa kecil. Setiap malam, mereka berhenti di tempat yang aman untuk beristirahat dan memperkuat pertahanan mereka. Luo Xinfen menggunakan waktu tersebut untuk berlatih lebih keras, mencoba memahami dan merasakan energi murni yang terpancar dari Kristal Surga Biru. Terkadang, Dewa Bin Jue membimbingnya dengan teknik khusus untuk meningkatkan kemampuan pengendalian energi jiwa, agar ia dapat berinteraksi lebih aman dengan energi kristal.
“Ming Yue, Ketika kita sampai di Ibu Kota apakah kamu akan kembali ke sekte mu?” tanya Luo Xinfen.
Ming Yue mengangguk, “Benar, aku akan kembali ke Sekte ku, aku dengar kamu berjanji kepada salah satu tetua kembali dalam jangka satu tahun ke Sekte Pedang Kilat Xinfen.”
“Apa yang kamu dengar benar Ming Yue.” Ucap Xinfen.
“Oooohh.. Jadi sekarang kau akan kembali ke Kediaman Luo lalu pergi ke Sekte Pedang Kilat.” Ucap Ming Yue.
“Benar Ming Yue” Ucap Xinfen.
Dalam keheningan malam, percakapan mereka mengalir dengan hangat, menandakan persahabatan yang semakin erat. Meski perjalanan ke ibu kota masih panjang, rencana ke depan kini semakin jelas bagi mereka. Luo Xinfen akan kembali ke Kediaman Luo untuk memastikan keadaan keluarganya, lalu berangkat ke Sekte Pedang Kilat, menepati janjinya kepada salah satu tetua sekte itu.
Saat mereka melanjutkan perjalanan, suasana hutan yang tadinya tenang mulai terasa semakin asing dan gelap. Pohon-pohon besar menjulang dengan cabang-cabang yang membentang seperti tangan yang mencoba meraih langit, dan kabut mulai menggelayut lebih tebal. Luo Xinfen merasakan sedikit perubahan energi di udara, menyadari bahwa medan energi yang tak biasa ini bisa jadi pertanda adanya makhluk atau kultivator lain di sekitar mereka.
Jiang Ren, yang selalu waspada, segera memperingatkan, "Tuan Muda, ada energi yang tidak biasa di sini. Kita harus berhati-hati."
Ming Yue pun mengangguk setuju. "Aku merasakan ada yang mengintai. Sepertinya mereka mencoba membaca kekuatan kita."
Luo Xinfen mengangguk, lalu memberi isyarat agar mereka mempercepat langkah. “Kita tidak boleh menarik perhatian yang tidak perlu. Fokus dan jangan sampai terpisah.”
Namun, belum jauh mereka berjalan, sosok-sosok berkerudung muncul dari balik pepohonan. Wajah mereka tertutup rapat, hanya mata yang tampak bersinar dengan tatapan tajam penuh ancaman. Salah satu dari mereka maju, dan dari sorot matanya terlihat bahwa mereka bukan orang biasa.