Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Dimas dan Lisa sudah dalam perjalanan pulang. Lisa begitu sangat senang akan kabar mengenai kenaikan jabatan suaminya. Penghasilan Dimas akan semakin bertambah.
Dimas melajukan mobilnya ke rumah Anna. Seperti biasa, dia akan makan malam di tempat Anna. Sudah seminggu ini, lidah Dimas tidak di manjakan oleh masakan Anna.
Dia sudah sangat merindukan masakan dari sang istri. Dimas memarkirkan mobilnya di depan perkarangan rumah Anna. Dia dan Lisa menekan bel pintu masuk.
Maya segera membukakan pintu rumah. "Selamat datang Tuan."
"May ... dimana Anna?" tanya Dimas.
"Nona ada di dalam," jawab Maya.
Dimas dan Lisa masuk ke dalam rumah. Saat di ruang tamu, Lisa dan Dimas melihat begitu banyak barang belanjaan Anna. Semua barang-barang mahal itu berjejer rapi di atas meja.
"Mas ... kamu itu kasih Anna uang berapa banyak sih?" Lisa sangat kesal melihat barang-barang itu. Dia saja tidak bisa membelinya.
"Aku sudah mengurangi jatahnya," jawab Dimas.
"Kamu lihat ini semua, belanjaan Anna sangat banyak," kesal Lisa.
"Kenapa kamu yang sewot sih?" Dimas seakan kesal kepada Lisa yang iri.
Anna menuruni anak tangga. Dia sangat malas melihat wajah suami serta madu nya itu. Anna menyuruh Maya untuk membawa semua belanjaan itu ke dalam kamarnya.
Anna memang belanja banyak. Tetapi dia mengunakan uangnya sendiri. Rey memang memberinya uang. Tetapi Anna enggan untuk mengunakannya. Cukup sekali saja dia mengunakan uang dari Reyhan.
"Enak banget hidup kamu. Bisa belanja barang-barang mewah. Kamu itu seharusnya membantu keuangan suami," ujar Lisa.
"Puff ... hahaha ...." Anna malah tertawa mendengarnya. "Membantu ... jatahku saja sudah di kurangi. Aku belanja dengan uangku sendiri. Terserah aku lah mau belanja barang mewah. Bilang saja kamu itu iri."
Lisa kesal mendengarnya. "Mas ... aku mau jatah Anna tetap sama dengan bulan-bulan yang lalu. Jatah aku harus lebih banyak dari Anna."
Lisa menunjuk wajah Anna. "Asal kamu tahu saja. Dimas itu sudah di angkat jadi manager."
Anna bertepuk tangan. "Selamat my husband. Tapi, aku harap kamu tidak hilang akal karna kenaikan jabatan."
"Ann ... kamu tidak senang akan kabar ini?" tanya Dimas.
"Menurutku sama saja. Kamu naik jabatan atau tidak, kamu akan bersikap tidak adil padaku." ucap Anna.
"Sudahlah Mas, lebih baik kita makan malam saja," ucap Lisa.
"Makan saja kalian. Dasar benalu, kerjaannya hanya menumpang makan," hardik Anna.
Dimas mendelik. "Ann ... kamu sadar akan perkataanmu itu. Dimana rasa hormatmu pada suami?"
Dimas berkilat marah pada ucapan Anna. Istrinya itu sudah sangat keterlaluan. Dimas sebagai seorang suami seperti tidak ada harganya di mata Anna.
Anna berdiri dari duduknya. Dia menatap sengit sepasang suami istri itu. "Suami? aku tidak punya suami. Aku ini janda pemilik rumah makan."
"Cukup Ann ... hentikan kegilaanmu itu!" bentak Dimas.
"Aku hanya mengatakan faktanya saja. Kamu datang hanya untuk makan, kan?" Anna menyungingkan sudut bibirnya.
"Itu sudah tugasmu sebagai istri. Bukannya istri itu harus melayani makan dan tidur suaminya," ujar Lisa.
Anna mengeleng mendengar ucapan Lisa. "Kamu itu punya cermin di rumah, kan? seharusnya kamu itu mengaca. Apa aku harus membeberkan apa itu tugas suami dan istri?"
Dimas menarik tangan Anna menuju kamar tidur mereka yang berada di atas. Dia sudah merasa sangat marah akan kata-kata pedas yang keluar dari bibir Anna.
Dimas dan Anna masuk ke dalam kamar. Tidak lupa Dimas menutup dan mengunci pintu kamar. Dimas menatap tajam Anna. Dia hendak melayangkan tangannya di wajah Anna. Tetapi Anna menahan tangan itu.
"Kamu ingin memukul aku lagi?" Anna menatap sengit Dimas. "Waktu itu aku tidak melawan karna memandangmu sebagai suami. Tapi kali ini, aku tidak akan segan melawanmu."
Dimas melepas kasar cekalan tangan Anna. Dia menghentikan niatnya untuk memberi pelajaran pada Anna. "Kenapa hubungan kita seperti ini, Ann?"
"Kamu yang membuat hubungan kita menjadi asing," jawab Anna.
"Kamu tidak suka aku datang? baiklah ... aku tidak akan datang lagi," ucap Dimas.
"Seminggu yang lalu kamu juga tidak datang. Aku tidak berharap kamu mau datang atau tidak. Bagiku kamu sudah tidak ada artinya lagi," tutur Anna.
"Anna ... kamu itu-" Dimas tidak melanjutkan kata-katanya. Dia memutar kunci dan segera keluar dari kamar. Dimas memilih pergi dari pada harus bertengkar dengan Anna.
Dimas menuruni anak tangga dan mengajak Lisa untuk pulang. Anna keluar dari dalam kamar. Dia menatap sinis Dimas dan Lisa.
Craang ... !
Dimas dan Lisa terlonjak kaget akan suara pecahan kaca. Dimas mendelik saat melihat hiasan snowball pecah di kakinya. Hiasan itu hadiah dari Dimas untuk Anna saat ulang tahun pernikahan mereka yang ke tiga.
Di dalam snowball itu terdapat patung Anna dan Dimas. Saat itu, Dimas memesan secara khusus agar membuat patung kecil berbentuk wajah mereka.
Dimas mengambil patung itu di atas pecahan beling. Dia lalu menatap Anna dari atas. Alarm ponsel Dimas berdering. Dia lalu melihat ponselnya. Dimas semakin kaget jika hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka.
"Anna ... aku tidak bermaksud melupakan hari ini," ucap Dimas.
"Lupakan itu ... pulang sana. Ambil hadiah yang aku berikan itu," pekik Anna.
Anna langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia merasakan sesak di dada. Ibarat snowball tadi, pernikahan Anna juga sudah pecah dan tidak bisa di perbaiki.
Dimas hendak ke atas lagi. Tapi Lisa menghalanginya. Dimas mengumpulkan serpihan kaca itu. Dia membawa hadiah yang telah hancur itu. Dimas akan memperbaikinya kembali.
Saat sudah sampai di rumah Lisa, segera saja Dimas memperbaiki hadiah itu. Dia akan membuat semuanya kembali seperti semula. Tapi sayang, meski sudah di perbaiki namun hasilnya tidak sama seperti semula. Hasilnya akan kelihatan retak.
"Aku sungguh lupa jika hari ini adalah hari anniversary ke 6. Alarm juga, koq bunyinya baru tadi malam. Seharusnya bunyinya kemarin," kesal Dimas.
Lisa menghampiri suaminya itu. Dia melihat Dimas yang terlihat kesal. "Mas ... kamu itu kenapa?"
"Aku melupakan hari anniversary kami," ucap Dimas.
Lisa memutar mata malas. "Tidur saja yuk ... besok kamu jangan ke rumah Anna lagi. Kamu mau di katakan benalu lagi?"
"Sepertinya memang harus begitu. Anna pasti masih marah, biarkan saja dia sendirian dulu," ucap Dimas.
Dimas dan Lisa melangkah menuju kamar tidur. Dimas memang sudah kehilangan akal. Dia sudah memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengisi hati Anna. Dimas masih menganggap remeh semua perkataan istrinya.
Di sisi lain, Anna juga sudah tidak memperdulikan hari jadi pernikahannya. Dia tertidur pulas dengan selimut dan bantal guling.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.