Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Kapan Byan bertemu Mamanya?? Kenapa kamu nggak bilang sama saya??" Tanya Rendi pada pengasuh putrinya.
"Sa-saya juga nggak tau Pak. Waktu itu Tantenya Byan ngajak pergi ke rumahnya, dan dia bilang saya boleh libur kerja saat itu. Karena saya fikir Byan bersama Tantenya, jadi saya menurutinya Pak. Maaf kalau Bapak tidak suka, besok saya akan melarang siapa pun jika ingin membawa Byan Pak," ucap pengasuh itu dengan rasa bersalah.
"Tantenya? Siapa? Byan bahkan tak memiliki seorang Tante." Rendi membatin.
Tapi Rendi tak terlalu memperdulikan itu, sekarang yang perlu ia tau bagaimana caranya menghubungi Riana.
"Kamu ... Punya nomor Mamanya Byan Nggak??" tanya Rendi lagi.
Pengasuh itu diam.
"Cepat berikan!!"
"Tapi..."
"Kamu kerja sama dia atau sama saya!!" hardik Rendi.
Dengan terpaksa pengasuh itu pun memberikan nomor baru Riana. Ya, pengasuh Byan memang memiliki nomor baru Riana, karena beberapa hari ini Byan sering rewel bahkan menangis ingin bicara pada Mamanya.
Jadi, mau tak mau pengasuh itu meminta nomor Riana agar bisa berbicara dengan Byan, hanya saja Hana memberi syarat, jika ia tidak boleh memberikan momornya kepada siapa pun termasuk Rendi.
Setelah mengantar putrinya untuk tidur di kamarnya sendiri, Rendi pun kembali ke dalam kamarnya sembari menatap nomor Riana yang tertera di ponselnya.
Ketik hapus, ketik hapus. Beberapa kali Rendi mengetik pesan untuk Riana, tapi ia terus menghapusnya.
Dia jadi bingung, apa yang harus dikirim pada Riana.
(Riana, aku akan menikahi Jihan) Rendi pun tak sengaja menyentuh layar mengirim pada ponselnya dan sudah centang dua abu-abu. Rendi ingin menghapusnya tapi tidak bisa.
Tapi ya sudah lah, toh dia memang harus mengatakan semuanya pada Riana cepat atau lambat.
Riana yang sangat kelelahan bahkan tak lagi memeriksa ponselnya saat pagi, seperti biasa, ia pun langsung berangkat ke kantor pagi-pagi sekali untuk menyiapkan keperluan rapat.
"Selamat pagi Pak," sapa Riana saat Darren pun datang tak lama setelahnya.
"Hmmmm," jawab Darren dengan ekspresi datar.
"Hissss jawaban apa itu?? Seperti kerbau saja," gerutu Riana.
Tapi ya sudahlah, karakter Bosnya memang menyebalkan mungkin sejak lahir, dan Riana sudah mulai terbiasa.
Beruntungnya Darren tak memberinya hukuman saat ia berbohong waktu itu, dan Riana pun bisa bernafas dengan lega karena Darren tak pernah mengungkit akan hal itu.
Seharian ini pun Darren tak memberinya pekerjaan yang menguras tenaga, entah mengapa, Riana pun sempat heran, tapi ia bersyukur, karena mungkin saja Bosnya ini sudah mendapat hidayah semenjak perkenalannya dengan calon istrinya malam itu dan tak lagi semena-mena padanya, semoga saja.
Saat Riana bersiap-siap akan pulang, Riana pun mengecek ponselnya yang sejak semalam tak sempat ia lihat, memang tak banyak pesan karena nomornya baru, tapi takutnya ada pesan penting atau dari pengasuh Byan yang terkadang ingin menelfonnya saat Byan merindukannya.
Dan benar saja, siang tadi ada pesan dari pengasuh Byan yang tak sempat ia buka, dan Riana terpaku pada nomor baru yang juga mengiriminya pesan.
Riana pun membukanya dan tiba-tiba ia tak sengaja menjatuhkan ponselnya setelah membaca pesan itu. Tangannya pun gemetar dengan air mata yang ikut berjatuhan.
Riana yang tadinya sudah berdiri, kini jatuh lemas di atas kursinya, dan itu menyita perhatian Darren.
"Apa terjadi sesuatu??" tanya Darren.
Riana hanya menggelengkan kepalanya, lalu buru-buru mengambil tasnya dan segera keluar dari ruangan Darren. Riana beberapa kali menghapus air mata yang terus meleleh di pipinya.
"Dasar brengsek, aku akan memberikannya pelajaran hari ini juga."
Darren menarik lengan Riana saat ia baru beberapa langkah keluar dari ruangan itu.
"Mau kemana??" Darren membuat Riana berbalik padanya.
"Aku mau memberikan pelajaran kepada suamiku. Bisa-bisanya dia bilang mau menikah dengan selingkuhannya. Dia bahkan sudah sepakat kalau akan menungguku, satu bulan lagi bahkan ia tidak bisa menunggu."
"Setelah memberikannya pelajaran, apa yang kamu harapkan? ?"
"Tentu saja aku akan membuatnya sadar. Kami masih resmi suami istri, dan dia tidak bisa seenaknya menikahi wanita lain."
"Apa sebegitu cintanya kamu sama pria tidak tahu diri itu?? Buka mata kamu lebar-lebar. Tuhan sudah menunjukkan, betapa brengseknya suami seperti itu, tapi kau masih ingin mempertahankannya. Setidaknya meskipun jelek, kamu harus punya harga diri."
Riana mendongak melotot menatap Darren.
"Kenapa melotot? tidak terima? Kau itu memang jelek, dan jika sekarang kau datang pada suamimu untuk menyadarkannya, dia tidak akan sadar, dia justru akan semakin mengolokmu."
Riana pun duduk berjongkok menyembunyikan wajahnya sembari menangis.
"Aku memang jelek, aku juga gendut, aku tau. Tapi apa karena gendut, aku tidak berhak atas kebahagiaanku sendiri?" isak Riana.
"Astaga... kenapa juga aku harus berurusan dengan wanita ini??"
***
"Butuh waktu berapa tahun agar dia bisa mengecilkan tubuhnya??" tanya Darren saat ia sampai di klinik kecantikan cukup terkenal dikota itu.
Riana menunduk malu, sedangkan pemilik klinik itu pun tersenyum di buatnya, lalu memeriksa tubuh Riana.
"Kalau dia bisa menjaga pola makan dan olah raga rutin, dalam satu bulan dia bisa tampil seksi lagi," jawab pemilik klinik tersebut.
"Hidupnya sangat mengenaskan. Suaminya berselingkuh dan akan menikahi selingkuhannya karena dia jelek dan gendut."
Astaga... Mulut Darren memang lebih pedas dari cabe setan yang ada di pasar, tapi apa yang di katakannya memang benar.
"Lakukan segala cara agar dia bisa tampil cantik di acara pernikahan suaminya.'
"Tenang saja Pak, saya akan membuatnya berubah dan membuat suaminya menyesal, dan saya yakin, saat waktunya tiba, Bapak pun akan jatuh cinta padanya."
"Jangan bermimpi!! Aku tidak sudi. Aku tidak menyukai wanita cengeng seperti dia," ucap Darren dengan raut menyebalkannya.
"Saya juga tidak suka sama Bapak . Hanya wanita gila yang akan jatuh cinta dengan pria tidak masuk akal seperti Bapak," jawab Riana sembari menatap kesal.
"Lihat saja tingkahnya. Bukannya berterima kasih."
"Iya Pak Darren yang paling ... Baik, terima kasih."
"Kau harus bekerja cukup lama padaku untuk membayar semua ini. Semua ini tidak gratis, saat waktunya tiba aku akan menagihnya." Setelah mengatakan itu Darren pun meninggalkan Riana karena akan segera menjalani treatment menghilangkan lemak.
Riana menelan ludah susah payah. Tiba-tiba ia jadi ngeri sendiri, takut Darren meminta hal yang tidak-tidak padanya suatu saat nanti.
Tapi rasa sakit hati dan ingin balas dendam pada suaminya lebih besar di banding semuanya, dan akhirnya ia menyetujui apa pun yang nantinya akan di lakukan Darren.
*******
*******
kalopun tdk ya gakpapa
coba kau baik baik aja dirumah Darren mungkin selamat