Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 34
ANYTHING
Angin berhembus kencang saat kapal pelesir bergerak melaju, di situlah Luna duduk diam saat Almo rupanya memaksanya ikut hingga tak segan mengikat kedua tangan dan kakinya. Tapi saat ini ikatan itu sudah dilepas.
“Kau menyukainya?" ucap Almo yang berdiri di sisi Luna duduk sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
“Tidak juga.” Jawabnya singkat dengan judes dan berpaling enggan menatap Almo.
Tentu saja, Luna masih kesal dengan sikap pria itu walaupun dia adalah suaminya.
Sementara Almo yang kini memakai kacamata hitam dan kemeja hitam. Pria itu duduk di kursi sebelah Luna, menyentuh tangannya tapi Luna langsung menariknya hingga Almo hanya melirik sekilas dengan seringaian kecil.
Penolakan yang terus terang.
“Aku membeli kapal ini dengan sangat mahal—”
“Aku tidak bertanya." Ketus Luna masih berpaling melihat ke lautan luas.
Ada anak buah Almo yang juga ikut untuk bersiap siaga bila ada musuh. Sementara Almo sendiri masih mencoba sabar menghadapi keangkuhan istrinya itu.
“Dan aku selalu butuh kesenangan saat berada di kapal dan diperjalanan.” Jelas Almo sengaja mengajak Luna berbincang.
Wanita itu menoleh dan menatapnya tajam. “Aku tidak peduli, dan aku tidak mau tahu dengan apa yang akan kau lakukan.” Kesal Luna hingga dia berpaling lagi.
“Right! Jika kau mencari ku, aku ada di kamar bersama pelayan.” Ucap Almo yang mulai berdiri namun Luna menahan tangannya untuk tidak pergi.
Tentu saja pria itu menoleh dengan satu alis terangkat heran.
Luna sendiri tak tahu kenapa jiwa istrinya muncul tiba-tiba dan menghentikan Almo disaat pria itu hendak bermain bersama wanita lain.
“Aku lapar." Ucap Luna sebagai alasan belaka.
“Kau bisa bertanya kepada anak buahku, dia akan membawakannya.” Balas Almo melepaskan tangan Luna dari tangannya lalu berjalan pergi.
Luna terdiam dan kembali menatap lurus dengan wajah gelisah sekaligus marah. Dia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan, kenapa tiba-tiba marah?
Sementara Almo, pria itu menyeringai kecil saat dia menyadari akan ketidaksetujuan Luna ketika mendengar bahwa suaminya akan bersenang-senang dengan seorang pelayan.
“Awasi dia.” Pinta Almo kepada anak buahnya sebelum dia masuk ke kamar pribadinya.
Ya! Kapal pesiar kecil yang cukup mewah untuk seorang Almo Da Costa. Pria itu sibuk duduk di sofa singel sambil menikmati beer nya dan menunggu kedatangan Luna yang sangat yakin bahwa wanita itu akan datang untuk menguping.
Langit yang masih terang, Luna menikmatinya sendirian. Dia berbohong soal kapal Almo biasa saja— ini kapal yang sangat mewah dan elegan, apalagi pribadi. Sungguh tidak bisa dipercaya dia berada di kapal seperti itu.
Sudah berapa menit Almo tak keluar dari kamarnya. “Apa dia benar-benar bersama.....”
Tak ingin memikirkan sesuatu tentang Almo dan pelayan itu. Luna berjalan menuju ke kamar.
“Nyonya, Anda ingin kemana?” tanya salah satu anak buah Almo sehingga Luna menghentikan langkahnya.
“Ke bosmu, dimana dia?” tanya wanita cantik itu penasaran.
“Tuan Almo tidak bisa diganggu, dia sibuk di dalam kamarnya.” Jelas penjaga itu membuat Luna sedikit kesal.
-‘Sibuk? Bersenang-senang dengan wanita adalah kesibukan?? Dasar pria mesum!' batin Luna kesal sendiri.
Saat penjaga tadi sengaja pergi, Luna iseng mendekati pintu kamar Almo. “Tidak ada suara apapun—” gumam Luna hingga pintu terbuka saat wajahnya hampir saja mengenai dada bidang Almo yang kini bertelanjang dada.
Refleks, Luna mundur dengan kaget hingga terpentok ke dinding kapal.
“Mau menjadi penguntit suami sendiri huh?” sindir Almo.
“Aku... Aku tidak tahu jika itu kamarmu.” Balas Luna omong kosong. Di sana hanya ada satu kamar saja, yaitu milik Almo. Mungkin miliknya juga.
Pria itu masih menatapnya, hingga Luna bingung saat dia memalingkan wajahnya. “Kau ingin masuk?" tawar pria itu santai.
Ya, terdengar santai tapi seperti jebakan.
Luna menggeleng. “Aku di luar saja, itu lebih aman." Ucapnya yang melangkah pergi. Sedangkan Almo masih membiarkan wanita itu semaunya, toh dia berada di satu kapal yang sama.
...***...
“Aku dengar Almo akan datang ke sini." Ucap Sergio yang baru tiba di kamar Lorella.
Pria itu meneguk wine yang ada di sana. Sementara Lorella sibuk duduk di meja rias sambil memakai anting. “Ya. Tidak tahu apakah dia akan datang sungguhan.” Balas Lorella malas.
“Apa kau tidak curiga dengan kedatangannya?” tanya Sergio yang kini berdiri di belakang ibunya duduk.
Lorella menoleh dengan tatapan santai dan penuh percaya diri. “Apa yang bisa dia lakukan? Jika pun dia ingin merebut haknya, dia tidak akan bisa!" ucap Lorella menyeringai licik.
“Kenapa?"
Wanita itu kembali menatap ke cermin dengan senyumannya itu.
“Morrone menyembunyikan hal besar dari Almo soal haknya yang bukan miliknya saja.” Ujar Lorella membuat Sergio terkejut dan mengernyit penasaran.
“Apa dia punya saudara?” tebak pria dengan setelan jas itu masih kaget.
“Bukan saudara!" jawab Lorella masih berbelit-belit.
“Lalu? Siapa?”
Wanita dengan pakaian elegan warna putih itu berdiri menatap putranya sambil memegang kedua lengan Sergio. “Kau akan tahu seiring berjalannya waktu. Untuk saat ini, kita harus mendapatkannya lebih dulu sebelum dia datang.”
...***...
Kedua lengan Luna berasa beku saat dia masih memilih duduk di luar dalam keadaan langit yang mulai gelap.
“Nyonya! Tuan Almo memanggil Anda.”
“Aku Tidak mau.”
“Ini perintah. Jika Anda menolak maka saya akan mati." Jelas pria berkaos hitam itu masih lama ketegasan nya. Sementara Luna menatapnya dengan kerutan alis.
Jika sudah berurusan dengan nyawa seseorang, Luna tak bisa menolaknya.
Wanita itu masuk ke kamar Almo, kamar yang cukup elegan dan simpel. Tidak ada siapapun di sana kecuali si pemilik yang saat ini hanya mengenakan jubah tidur warna hitam sehingga tatto nya terlihat.
“Tidak ada siapapun di sini." Kata Almo saat menyadari akan lirikan mata Luna yang seolah mencari keberadaan seseorang di sana.
Di kamar Almo, cukup hangat walaupun tak begitu hangat.
“Kenapa kau memanggilku?” tanya Luna yang saat ini berdiri didepan Almo duduk, pastinya dengan jarak.
“Bagaimana lukamu?" tanya Almo melirik ke arah paha tertutup Luna.
Oh tunggu, sejak kapan pria itu berlagak seperti pria pengertian? Luna sendiri cukup tertegun.
“Lebih baik. Jika aku jauh darimu." Jawab Luna pelan namun Almo masih mendengarnya.
“Aku membutuhkan pijatan seseorang, pelayan itu tidak bisa memijat dan aku membutuhkan istriku!" ucap Almo terus terang. Tentu, dia sengaja menggoda dan memancing kemarahan Luna.
“Aku juga tidak bisa memijat.” Ketus Luna.
“Aku akan menuruti permintaan mu saat kita sampai di daratan. Anything (Apa saja) selain ingin lepas dariku.” Ucap Almo membuat Luna tergiur akan ucapannya barusan.
“Anything?”
“Ya! Tapi aku membutuhkanmu malam ini— As a wife. (Sebagai seorang istri).”
Luna tertegun mendengarnya hingga dia hanya diam menatap Almo yang masih menatapnya lekat dan penuh ketegasan dan ketenangan.
Sesama Mafia adu kekuatan
lucifer mnjd sasaran kemarahan Almo,, ketika Don gale tdk ada di tempat nya lg..
tenang luna pasti biel akan di selamatkan Almo..
suamimu kan sebenar nya penyayang 🥰😘🤭🫢😍
apakah luna sanggup ?
tentu sy hrs dng bantuan Almo Da costa.
Almo sprtinya sdh tahu niat jelek lucifer..
apakah luna akan bertemu bestinya 😃😁🤣😍🫢🤭