NovelToon NovelToon
Sistem KU

Sistem KU

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rohid Firmansyah

Ada seorang petarung dari pulau yang jauh pernah berkata dalam jurnalnya . "jika kau hidup memikirkan masa depan kau akan Takut, jika kau masih memikirkan hidupmu di masa lalu kau akan depresi , namun jika kau hidup hari ini tanpa memikirkan besok atau kemarin kau bahagia". begitulah katanya .

dan semua itu ada benarnya .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rohid Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesuksesan di Tengah Pandemi"

Sudah tiga bulan sejak kejadian yang membuatku diomeli habis-habisan oleh ibu dan bapakku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena membuat mereka khawatir. Namun, mereka terkejut dan baru sadar ketika sampai rumah ada tas besar berisi uang sekitar 50 juta dan cek senilai 50 juta yang kubawa. Mereka sempat menuduhku yang tidak-tidak. Itu wajar saja, karena bagaimana mungkin seorang anak baru lulus SMA bisa memegang 100 juta hanya dalam satu minggu saja.

Namun itu tak masalah, karena mereka sangat mudah mengerti walaupun masih belum paham kerja dan konsep bisnisnya. Selama itu tidak menyengsarakan orang lain dan tidak berbohong, itu sudah cukup.

Bapak melunasi hutang karena kebodohanku, dan dia mulai memperbaiki rumah sederhana kami dengan uang tersebut. Dia memang jenius dalam pengeluaran uang. Aku sangat bangga padanya. Bahkan, dia hanya mengeluarkan setengah dari total uang 50 juta untuk membangun dan membeli bahan-bahannya. Walaupun aku kesal karena tetangga yang bapak lunasi hutangnya sering bersikap menyebalkan, namun itu tak masalah, selama mereka tidak menyentuh orang tuaku.

Entah mengapa ada perasaan tersendiri saat kau berhasil membantu orang tuamu. Rasanya bahagia dan sedih dalam waktu bersamaan.

Pandemi semakin parah. Terakhir kali aku ke ibu kota, situasinya benar-benar kacau. Orang berlarian membeli masker dan kebutuhan sehari-hari karena takut terpapar. Dalam satu bulan pertama, jumlah orang yang terpapar hampir mencapai 500 ribu di seluruh pelosok. Pemerintah bahkan sudah melakukan lockdown besar-besaran seluruh negeri, dan sekolah mulai dilakukan dari rumah. Yang membuatku sedih adalah meskipun aku bisa kembali ke masa lalu, aku tidak dapat menyelamatkan nyawa orang-orang yang ribuan mulai berguguran. Namun aku sadar aku bukan pahlawan dalam kisah ini, aku hanya manusia biasa. Hidup mati tetaplah takdir yang tidak akan pernah berganti.

Yang tak kusangka adalah aku sekarang memiliki lebih dari 100 karyawan, kebanyakan adalah kenalanku dan orang-orang yang memiliki keterampilan mumpuni, meskipun hanya lulusan SD atau SMA. Aku tampung mereka semua di perusahaanku. Sekarang, aku memiliki semua kepemilikan tanah ruko seluas 1 hektar, tanpa terkecuali.

Bahkan laporan dalam tiga bulan ini mencatat laba bersih perusahaan mencapai angka 1 juta dolar, dengan laba kotor sebesar 2,5 juta dolar. Ini semua mungkin tidak terjadi secepat ini jika aku tidak mengembangkan aplikasiku, yang kuberi nama Eshop, yang kubuat dan kembangkan selama satu bulan. Aplikasi ini bertujuan untuk pembeli dan juga penjual, terutama penjual produk lokal yang kuprioritaskan. Dengan semua fitur fee dan biaya lainnya, aku bisa membantu sekaligus mendapatkan untung dari penjual tersebut.

Yang lebih mengejutkan adalah perusahaanku kini menjadi UMKM dengan pertumbuhan yang terus naik, berbeda dengan saingan pasar dari Singapura, yakni aplikasi oren, yang tengah anjlok akibat pandemi ini.

\=============================

"Baik semuanya, karena kalian sudah berkumpul, aku ucapkan terima kasih banyak atas kerja keras kalian, baik pegawai lama maupun baru." Alex tengah melakukan pidato di hadapan ratusan pegawainya, yang sudah memakai seragam khas dari warna aplikasi mereka, yakni merah dan putih. Bahkan kurir pun memakai jaket dengan nama Eshop dengan warna senada.

"Karena usaha dan kerja keras kalian, perusahaan kita dinobatkan menjadi perusahaan digital lokal dengan pertumbuhan tertinggi, yakni 87%, yang terbaik di dalam negeri maupun di Asia Tenggara."

Clap Clap

Semua orang bersorak dan bertepuk tangan dengan riang, karena ucapan Alex yang menggebu-gebu dan santai seperti biasanya.

"Wahaha, Alex sangat hebat. Kudengar dari temanku, semua perusahaan tengah mengalami penurunan skala nasional, dan kita malah naik terus setiap hari loh."

"Apa iya? Menurutku, bos bahkan tidak melakukan go public untuk menjual sahamnya, namun dia dengan cerdas mengatasi masalah pandemi dan regulasinya. Sangat hebat."

"Kau benar. Bahkan teman ayahku yang bekerja di bursa efek bilang kalau hanya perusahaan ini yang tidak terpengaruh oleh pandemi. Ini karena sistem belanja online dan ketanggapannya dalam melakukan reformasi pada paket yang kita sediakan, serta dengan para penjual baru dan jumlah pengguna yang mencapai 100 juta di seluruh Indonesia dalam tiga bulan saja," bisik para karyawan, kagum dengan pencapaian luar biasa perusahaan dan aplikasi ini.

Bahkan, Alex tanpa menyembunyikan niatnya selanjutnya, blak-blakan pada pegawainya akan membuat anak perusahaan yang bergerak di industri makanan dan kebutuhan manusia, yang akan mengikuti cara-cara grup besar di Wakanda. Jelas ini merupakan kabar baik bagi mereka dan pemerintah daerah, yang akan menambah bursa kerja dan meningkatkan sumber daya manusia serta ekonomi kota tersebut. Dari sebelumnya hanya kota padi, kini akan mendapatkan keuntungan akibat dari perusahaan NERD ini.

"Dan untuk rumor yang beredar tentang pemecatan, aku tidak akan melakukan itu. Jadi kerja saja dengan baik. Jika kalian kerja tanpa melanggar aturan dan larangan, kalian tidak akan dipecat. Oke, kurasa itu cukup untuk pembicaraan kita hari ini. Selamat bekerja dan doakan saja yang terbaik agar perusahaan terus stabil. Terima kasih."

.............

"Lex, Alex! Mau kemana bodoh?" Di ruangan yang sudah dipenuhi karyawan yang bekerja di meja, sudah ada manajemen, administrasi, dan marketing sekarang. Jadi perusahaan ini memiliki dua lantai, dimana lantai pertama adalah untuk pegawai seperti manajemen dan sebagainya, sementara di bawah adalah tempat kargo, kurir, dan paket diperiksa serta disimpan di gudang. Ya, Alex memiliki ekspresnya sendiri kali ini. "Yah, ada apa Ji?"

Alex berhenti. Dia nampak kesal. "Oh ayolah bos, apa Anda serius untuk membuka cabang kurir kita di semua kota di seluruh Wakanda?"

"Aishhh, apa aku harus bilang dua kali? Dengarkan aku, Aji, dan kalian juga. Aku tahu kita mendapatkan untung di pulau Jawa saja. Aku tahu itu, namun aku ingin semua orang di negaraku, kalian dengar?" Alex, nadanya mungkin santai, namun aura dan wajahnya serius.

Mereka terdiam. Mereka adalah ketua di masing-masing divisi. "Aku tahu sulit untuk melakukannya di masa pandemi seperti ini, terlebih dengan regulasi di masing-masing daerah yang berbeda, namun aku akan melakukan apapun agar semua orang di negaraku merasakan digitalisasi. Paham? Atau aku harus mengulanginya lagi?" ucapnya melihat wajah masing-masing orang yang menunduk mendengar ucapan Alex, bahkan Aji berkeringat dingin mendengar temannya itu.

"Fa-faham, bos," serentak mereka menjawab.

"Bagus. Oh ya, kudengar ada yang ingin kuliah. Siapa orang itu di sini? Angkat tangan," ucapnya dengan santai.

Ada lima orang yang mengangkat tangan dengan takut dan ragu, karena mereka terlalu nyaman bekerja di perusahaan ini. Lingkungan dan bosnya sangat santai, namun mereka juga ingin melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.

"Oke, kalian bisa kuliah," kata Alex santai.

Mereka bingung dengan jawaban santai itu.

Alex menggelengkan kepalanya. "Hadeh... aku bukan dewa atau orang tua kalian, jadi kuliah lah. Apa? Apa kalian takut untuk keluar dari perusahaan ini? Dengarkan aku, aku mengizinkan kalian keluar, dan aku juga bisa mengizinkan kalian lagi untuk masuk. Namun kalian harus berjanji padaku, belajar dengan baik, dan saat sudah menjadi ahlinya, kembali ke sini lagi. Apa kalian mengerti?" Suaranya berubah menjadi lembut dan tenang.

Mereka melihat Alex yang tersenyum pada mereka. Kelima orang tersebut, secara kebetulan adalah wanita. Mereka dapat melihat wajah tampan dan senyuman tulus dari bos mereka itu.

"Te-terima kasih, bos!" serentak mereka menunduk pada Alex yang berjalan menjauh dari sana.

'Alex, aku tidak mengerti...'

Kini penampilannya seperti bos sungguhan, namun dia terlihat lebih seperti model ketimbang seorang pemilik perusahaan dengan nilai kekayaan 1 juta dolar atau 16 miliar rupiah. Dia belum 20 tahun pada bulan Maret ini.

Ruko yang dulu sepi dan penuh rumput, sudah berubah menjadi sebuah gedung perusahaan dengan model modern, bahkan masih ada pembangunan di gedung dan sekitar tanah seluas 1 hektar lebih tersebut. Hasilnya, ruko dengan kebun dan sampah tiga bulan lalu sudah dibangun menjadi perusahaan utuh.

Tentu itu bukan masalah bagi masyarakat sekitar. Ini malahan membantu perekonomian masyarakat sekitar akibat 'pabrik' tersebut, yang mana juga menjadi kebanggaan kota ini.

Alex berjalan menuju warung di dekat sana yang tengah dipenuhi oleh karyawan yang istirahat. Kebanyakan dari mereka adalah kurir. Mereka benar-benar tengah tertawa dan menceritakan cerita lucu dan serius, sehingga tidak menyadari kedatangan bos besar mereka.

"Jahahahaja bodoh, seharusnya kau meloncat dari motor."

"Bhahahaha."

Tertawaan mereka memenuhi warung kecil tersebut.

Pemilik warung yang ditemani anak wanitanya sudah terbiasa dengan hal tersebut, dan malahan bersyukur karena jika tidak ada mereka,

mungkin akan sangat jarang yang berkumpul mengopi dan membeli jajanan di sana.

"Halo, halo," Alex menyapa mereka.

"B-bos, bos," mereka seketika terdiam mendengar kedatangan tiba-tiba bos mereka. Meskipun kebanyakan dari mereka umurnya lebih tua dari Alex, namun mereka sepertinya tahu posisi mereka.

"Mengapa berhenti? Ngobrol-ngobrol saja, lanjutkan. Aku hanya membeli rokok," katanya santai, seolah tidak mengetahui seberapa besar dirinya dan seberapa kaya dirinya sendiri.

"Bu, rokoknya sebungkus."

"Oh, nak Alex, rokok biasa ya. Hei Melly, berikan ibu rokok coklat 1 bungkus," seorang pemilik tua yang ramah menyapa Alex. Sepertinya Alex langganan membeli di warung tersebut.

"I-i-ini silahkan," wanita muda terlihat malu melihat Alex. Dia terlihat gemetar dan grogi.

Ibunya tahu anaknya menyukai Alex. "Nak Alex, apa nak Alex memiliki pacar?" si ibu bertanya untuk melihat reaksi anaknya.

"Ah, si ibu... punya sih, makasih ya."

"Yah sayang sekali, padahal anak ibu nanyain kamu terus," menggoda anaknya yang malu akan kelakuannya.

"Hahahah bisa saja ibu ini."

Dia melihat semua orang diam di tempat, melihat satu sama lain, dan seperti merasa canggung akan keberadaanya. "Lanjut ngobrol saja. Oh ya, ada yang punya korek?" santai Alex duduk di antara mereka, tanpa merasa malu dan jijik duduk di antara mereka semua.

"I-ini bos," seorang memberikan koreknya.

Alex menyalakannya dan mulai menghisap rokok tersebut dengan nikmat.

"Ayolah, kawan. Apa kalian akan menjadi patung atau gimana? Bicara lah, silahkan. Aku hanya ingin menikmati rokok ini saja," ujarnya pada mereka, yang perlahan namun pasti mulai mengobrol meskipun masih ada perasaan takut. Namun mereka mulai bercanda perlahan.

Alex juga ikut dalam pembicaraan mereka dan candaan mereka, yang kebanyakan adalah candaan kotor dan tidak penting, namun Alex sangat cepat berkumpul dan mengobrol dengan mereka, juga bahkan humoris membuat mereka tertawa.

"Hahaha itu lucu bos, tapi bos, apa kau sering didatangi oleh pejabat? Kau tahu, berusaha baik bos," seorang menanyakan itu pada Alex.

Sebenarnya dia tidak terlalu peduli apakah Alex akan menjawabnya atau tidak, namun setidaknya ia menanyakan hal itu.

"Hah, pejabat sialan itu. Mereka itu manusia terburuk dari yang terburuk. Kalian tahu... bahkan aku mendapatkan 100 telepon dan pesan setiap hari. Hah, mereka itu benar-benar lintah, dan bahkan bupati lebih parah. Ia bahkan satu kali datang ke rumahku, sok akrab, padahal yang mereka inginkan uang dan proyekku saja. Enak saja, tentu kutolak," ujarnya membuat mereka terkejut dengan sikap yang dilakukan Alex, karena biasanya pemerintah daerah mereka terutama wakil rakyat akan menawarkan lobi-lobi dengan imbalan uang.

Namun Alex malah menolak mereka. "Dan lagi, mereka sempat menawariku sebuah tanah berpenduduk untuk gedung anak perusahaanku yang akan kubuat. Kan gila yah, mana bisa aku memilih tanah berpenduduk, kemudian tidak membangun di tanah yang masih banyak dan lebar... fuhhhh, yah begitulah."

"Oh ya, saya akan pergi. Sepertinya mobilnya sudah datang," Alex melihat mobil BMW mewah datang ke warung tersebut.

"Silahkan habiskan sisa rokoknya." Alex berjalan menuju mobil di sisi jalan raya tersebut. Seseorang turun dari mobil dan dengan cepat membuka pintu mobil. Ya, itu adalah Andre, dia menjadi supir pribadi Alex.

"Duluan kawan-kawan."

"Yeah!"

"Ok bos."

Serentak mereka pada Alex yang memasuki mobil, untuk kemudian mobil berjalan maju.

"Sial, dia benar-benar orang baik."

"Kau benar, aku bahkan tidak menyangka dia orang terkaya di kota ini loh, dia mau duduk dan bercanda bersama kita," ucap seorang kurir yang respect pada Alex yang benar-benar humble.

"Kalian tidak tahu saja, dia bahkan pernah makan bersama nenek tua ini di rumah sederhananya," si pemilik warung yang membereskan gelas kopi mereka yang sudah habis.

Tentu mendengar itu, membuat mereka sadar akan satu hal yang pasti. Yakni mereka telah bekerja dengan orang yang tepat.

Di dalam mobil, Andre yang tengah mengemudi di depan melihat ke kursi penumpang. Alex tengah melihat sekeliling jalan.

"Aku selalu heran, apa kau benar orang kaya, Alex? Kau bahkan membantu pembangunan 10 sekolahan di kota ini menggunakan uangmu sendiri," ujar Andre di depan. Yah, sikapnya tidak pernah berubah.

"Kau bisa saja. Kau sendiri meskipun aku sudah menawarimu uang untuk melanjutkan kuliah di Amerika untuk mengejar cita-cita basketmu, kau malah memilih bekerja padaku, lalu mendapatkan uang. Benar-benar kau ini, Andre," Alex padanya yang tengah mengemudi mobil yang sangat elegan dan mewah itu.

Andre hanya memutar matanya. "Aku sudah bilang aku benci mengemis," ucapnya.

"Ya terserahlah," Alex tersenyum sembari melihat sekitar di sepanjang jalan yang dipenuhi UMKM dan orang-orang yang tengah beraktivitas dengan normalnya, tanpa terganggu pembangunan gedung-gedung yang dibangun oleh Alex.

{Jumlah poin anda: 1.000.000}

{Itu adalah limit untuk level anda, jadi silahkan habiskan agar sistem dapat menambah kapasitas poin, tuan}

Layar di depannya yang sudah berevolusi menjadi sistem yang cepat dan sekarang semuanya berwarna emas. Meskipun awalnya agak mengganggu, tapi Alex tahu ia tidak bisa berbuat apa-apa akan hal tersebut, jadi dia harus beradaptasi dengan hal tersebut.

'Jika 1.000.000 poin setara dengan 1 triliun rupiah, apa kau bercanda menghabiskan 1 triliun? Baiklah, sepertinya aku bisa melakukan sesuatu. Yah, sesuatu.' Alex tersenyum lebar melihat ke kaca mobil mewah itu.

Di depan mobil, Andre bergumam, "Dasar orang kaya gila."

1
Aryanti endah
Luar biasa
Gabutdramon
sungguh kesalah besar yang dimulai oleh author korea dan author novel ini
seorang pembela diri/petarung, setiap indera tubuh sangat di perlukan terutama mata/penglihatan tidak mungkin seorang pembela diri (didunia nyata tentunya)
membiarjan rambut menutupi sebagian penglihatannya itu kesalahan yang sangat fatal (bunuh diri)
Gabutdramon
sering buat heran, masa masa sekolah, khususnya sma/sederajat seakan menitik beratkan persoalnya pada percintaan?
hellow lo olang sekolah buat pacaran? nanti kalo lulus mau jadi rangking 1pecinta sejati gitu?🥴
DEWA SEMESTA
up
Smeliy: ok kawan akan ku up sebisa saya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!