NovelToon NovelToon
Suami Tulang Lunak

Suami Tulang Lunak

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Kaya Raya / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Warning!!!

Selamat berhalu dan membayangkan karakter pemeran ya... 😘


Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang gadis bernama Vina, yang dikenal sebagai gadis bar bar namun memiliki paras yang cantik. Ia tumbuh menjadi gadis yang keras kepala dan penuh semangat, dengan sikap yang tak kenal takut dan tak mudah diatur. Namun, kehidupan Vina berubah drastis ketika keluarganya terjerat hutang besar yang tak mampu mereka lunasi.

Untuk menyelamatkan keluarga dari kehancuran finansial, orang tua Vina memaksanya menikah dengan seorang pemuda kaya raya bernama Nathan. Nathan adalah putra tunggal dari keluarga terpandang yang memiliki harta melimpah. Meski tampan dan menawan, ada kelainan di dirinya dan sering bertingkah seperti banci. Tingkah lakunya yang lembut dan gemulai membuat banyak orang terkejut, termasuk Vina.

Bagaimana kisahnya? Yuk kita mulai...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10 - Akrab

Tidak ada angin, tidak ada hujan. Ketika Vina bangun tidur, Nathan sudah terlihat siap dengan beberapa koper yang berisi pakaian dan kebutuhannya yang lain.

"Surprise!" ucap Nathan heboh sendiri, sedangkan Vina hanya menatapnya seraya mengelap wajahnya dengan handuk kecil.

"Ada apa ini?," tanyanya datar.

"Yey bilang pengen ke rumah orang tua yey, gimana sih?," balas Nathan dengan nada ceria.

Vina langsung senang dan segera bersiap. Pagi itu, Nathan mengajak Vina yang ingin berkunjung ke rumah orang tuanya. Meskipun kemarin Vina sempat kesal karena Nathan seolah tidak peduli padanya, tapi hari ini Nathan memenuhi keinginan Vina.

Saat akan naik mobil, Vina merasa risih dengan beberapa koper yang Nathan bawa. Ia pikir suaminya itu tidak memerlukan banyak koper untuk kunjungan singkat. Tanpa sepengetahuan Nathan, Vina menurunkan kembali dua koper dan menyuruh pembantu untuk menyimpannya kembali.

"Mbak, tolong simpan koper ini di kamar, sepertinya tidak perlu dibawa," bisik Vina pada pembantu.

"Iya, Nona Vina," jawab pembantu sambil mengambil koper dan membawanya kembali ke dalam rumah.

Ketika Vina kembali ke mobil, Nathan sudah duduk di kursi depan samping sopir dengan senyum lebar di wajahnya. "Ayo, berangkat!" serunya.

Vina memasuki mobil dengan perasaan aneh tapi senang. Sepanjang perjalanan, Nathan mengoceh tentang berbagai hal, mulai dari rencana mereka di rumah orang tua Vina hingga gossip terbaru yang ia dengar di pesta-pesta yang sering ia hadiri.

Vina mendengarkan dengan setengah hati, pikirannya melayang ke rumah orang tuanya dan kebahagiaan yang akan dirasakan ketika akhirnya bisa bertemu mereka lagi.

Setibanya di rumah orang tua Vina, Nathan turun dari mobil dengan gaya flamboyannya. Sementara, Vina melihat orang tuanya keluar dari rumah dengan senyum lebar.

"Vina! Nathan!," seru mereka serentak.

"Ibu, Ayah!" Vina berlari memeluk orang tuanya dengan air mata kebahagiaan.

Adapun Nathan, ia berdiri di belakang dengan canggung, mengamati momen hangat di depan matanya. Setelah pelukan berakhir, Vina memperkenalkan Nathan lebih dekat kepada orang tuanya.

"Terima kasih sudah membawa Vina ke sini, Nathan," kata Pak Andi.

"Tentu saja, Pak, apa pun demi gadis bar bar ini, eh maksud eke, istri eke," jawab Nathan dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

Hari itu diisi dengan kebahagiaan dan reuni keluarga. Vina menikmati setiap momen bersama orang tuanya, sementara Nathan lebih banyak menghabiskan waktu sendirian dan sibuk dengan ponselnya.

Namun, di malam hari, ketika semua orang sudah tidur, Vina menemukan Nathan duduk di balkon rumah orang tuanya dan menatap langit malam.

"Apa yang kamu pikirkan?," tanya Vina sambil duduk di sebelahnya.

Nathan terdiam sejenak sebelum menjawab, "Hidup ini rumit, ya, Vina? Terkadang aku merasa semua yang kulakukan tidak pernah cukup."

Vina menatap Nathan, kali ini dengan penuh empati. "Kita semua punya masalah kita sendiri, Nathan, tapi kita bisa mencoba menghadapi semua."

Nathan mengangguk pelan. Malam itu, untuk pertama kalinya, mereka berbicara hal yang bermakna. Namun tidak berlangsung lama setelah Nathan kembali lagi ke mode awalnya.

"Hei, tadi eke bawa koper banyak, tapi kenapa hanya ada satu sih?," ribut Nathan. Bukannya menjawab, Vina malah berlalu sambil terkekeh menertawakan Nathan yang seperti cacing kepanasan karena ketinggalan make UP nya.

Ketika memasuki rumah, Vina merasakan perasaan hangat dan lega. Kini, kehidupan orang tuanya jauh lebih baik. Rumah yang dulu sederhana kini berdiri megah di tengah desa, berkat bantuan dari Hartono yang memberikan mereka banyak uang.

Orang tuanya, Pak Andi dan Bu Siti, kini menjadi salah satu keluarga terpandang di desa dan dihormati banyak orang dan terbebas dari jeratan para rentenir yang dulu selalu mengintai.

Meski demikian, kebahagiaan ini tidak luput dari bisikan-bisikan sinis dari tetangga dan warga desa. Ketika Vina berjalan-jalan di sekitar desa, ia tak bisa menghindari tatapan curiga dan cemoohan yang dilontarkan oleh beberapa orang.

"Katanya mereka jual anak demi uang, lho," bisik seorang wanita kepada temannya di sudut jalan.

"Iya, benar, dulu miskin, sekarang tiba-tiba kaya, pasti ada yang nggak beres," sahut temannya dengan nada mencemooh.

Vina mendengar bisikan-bisikan itu, hatinya terasa teriris. Namun, ia memilih untuk mengabaikannya dan fokus pada kebahagiaan keluarganya.

Sesampainya di rumah, ia mendapati Nathan sedang berbincang dengan Pak Andi di ruang tamu. Meskipun sikap Nathan tetap gemulai dan flamboyan, ia terlihat serius mendengarkan setiap nasihat dari Pak Andi.

"Begitu, Nathan, dalam bisnis, kau harus tegas dan bijaksana, Pak Hartono ingin kau bisa menjadi penerusnya," ucap Pak Andi sambil menepuk bahu Nathan.

Nathan tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan keraguannya. "Terima kasih, Pak," jawabnya terpaksa karena ia sama sekali tidak berminat untuk bekerja.

Setelah makan malam bersama yang penuh canda tawa, Vina dan Nathan berjalan-jalan di pekarangan rumah. Cahaya bulan yang terang menyinari jalan setapak yang mereka lalui, menciptakan bayangan lembut di tanah.

Nathan, meskipun tetap menjaga jarak, ia berusaha untuk dekat dengan Vina dan langkah mereka terdengar pelan di keheningan malam.

"Apa yey bahagia sekarang, Vina?" tanya Nathan tiba-tiba, menghentikan langkahnya dan menatap Vina dengan serius. Matanya kini menunjukkan sesuatu yang berbeda.

Vina menoleh lalu tersenyum dan mengangguk. "Ya, Nathan, aku bahagia melihat orang tuaku hidup tenang dan sejahtera, tapi, aku tahu kebahagiaan ini juga datang dengan harga yang setimpal."

Nathan mengernyitkan dahinya dan bertanya. "Harga? Maksudmu?"

Vina menghela napas, lalu menatap Nathan dengan mata berkaca-kaca. "Orang-orang di desa ini menggunjing tentang kita, tentang keluargaku, mereka berpikir kami menjual harga diri demi uang."

Kali ini, Nathan tidak membalas perkataan Vina dan hanya diam seribu bahasa. Dia merasakan beratnya beban yang dipikul oleh Vina, meski selama ini ia selalu tampak kuat dan tegar.

Mereka berdua terdiam dalam kebisuan yang aneh, seolah merenungi makna dari semua yang telah terjadi.

"Tapi gak papa, aku tidak terlalu memikirkan itu, di bawa happy aja, ya gak?" lanjut Vina seraya merangkul pundak Nathan, berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi tegang.

"Iih... Apa-apaan sih yey, jangan sentuh eke, eke masih suci you know," ujar Nathan menggeliat geli sambil berlari menjauh, cengirannya yang khas pun kembali muncul.

Melihat hal itu, Vina malah semakin ingin menggoda Nathan. Dia mulai mengejarnya sambil tertawa riang. Nathan, yang kini berlarian ketakutan dengan suara khas bancinya, menambah semarak malam itu.

"Aaah! Jauh-jauh, jangan dekati eke!" seru Nathan sambil berlari dengan suaranya yang melengking. Namun, tawa Vina membuat segalanya terasa lebih ringan.

"Ah, dasar banci manja!," teriak Vina, berusaha mengejar Nathan dengan tawa yang tak bisa ditahannya.

Mereka berdua berlari-larian di pekarangan yang luas, lupa sejenak akan semua masalah yang mereka hadapi. Di bawah sinar bulan yang lembut, mereka menemukan kebahagiaan sederhana.

Tawa mereka menggema di malam yang hening, menandakan bahwa mereka masih bisa menemukan alasan untuk tersenyum.

Setelah beberapa saat, mereka berhenti dan terengah-engah. Nathan menyeka keringat dari dahinya, sementara Vina tertawa terbahak-bahak.

"Kamu lucu banget sih, Nathan," ucap Vina, masih tertawa.

Nathan mendengus, tapi akhirnya tersenyum juga. "Ya sudah, jangan banyak drama lagi, yuk kita ke rumah," serunya.

1
yunita
hla kpn mak lampir matiii thourrrr ajyr tenan iki jummmm.....
Suanti
semoga cpt punya momongan tapi jgn keturunan bpk nya banci 😂😂😂
Aurora: Wkwkwk mending kalau nanti dapet istri kaya Vina ya, kalau nggak, ya gitu deh 😅🤣🤣
total 1 replies
Susi Susanti
Luar biasa
Aurora: Terima kasih kakak... 🤗🙏
total 1 replies
Aurora
Waduh, salah ketik, masa iya orang yang udah meninggal bisa ngomong sih 😅🙏🙏
yunita
lnjuuttttt
Aurora: Terima kasih kakak... 🤗🙏
total 1 replies
ummi rama
semangat vin.....😄😄😄💪💪💪
Suanti
pasti vina cari lita
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
ini ni yang ditkutii
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
terkadang mimpi ada lah pertndaa
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
uhhh Nathan kau sungguh manisss
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
selaluu bgtuu ada sja yg mau digosipin 🤣🤣🤣
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
berawal dri perhatian kecil tar pas ngelunjakk. itu bhyaa
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
semgaa buknn terong ungu
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
uhhh angettt yaaa
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
wah wahh ini dyy mulai kelihtn
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
🤣🤣🤣🤣 awass ada yg baperr Nathan jgan terlaluu ramah sama wanita lain
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
nahhh pastiii ada terong ungu
Aurora: Terong ungu apaan tuh? Baru denger istilah nya 😅🍆
total 1 replies
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
ituu betull🤣🤣🤣🤣🤣
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
wahhh jonii hebattt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!