Bos Duda Kesayangan

Neta sampai di butik yang ditentukan oleh sang manajer. Neta melihat jelas jika nama butik itu di paper bag yang diberikan Dathan waktu itu. Artinya Dathan membeli gaun di butik ini juga.

Neta masuk ke dalam butik. Alangkah terkejut jika di dalam terpajang gaun-gaun yang begitu cantik. Apalagi gaun pernikahan. Rasanya melihat gaun-gaun itu membuat Neta begitu iri. Apalah dirinya kelak bisa memakai gaun-gaun indah itu? Membayangkan saja rasanya Neta tidak sanggup. Dia merasa jika dirinya tidak akan mendapatkan gaun indah itu.

Saat masuk Neta langsung bertemu dengan sang manajer. Dia sudah bersama dengan wanita cantik di sana. Jika dilihat dari wajahnya terlihat wanita itu mungkin usianya sekitar empat puluh tahun.

“Sini, Ta.” Sang manajer memanggil Neta. “Kenalkan Bu Rifa, ini Neta. Dia pegawai di perusahaan kami.” Sang manajer memperkenalkan Neta.

Neta langsung mengulurkan tangan. “Neta.” Dia memperkenalkan diri.

“Aku Rifa. Senang sekali dapat pelanggan baru.” Rifa tersenyum. “Ayo aku akan tunjukan koleksi baru.” Rifa segera mengajak mereka ke salah lantai atas untuk melihat koleksinya.

Neta segera melihat-lihat ke arah koleksi gaun di butik. Neta akui gaun di butik ini bagus-bagus. Terbukti dia sudah memakainya sewaktu diberikan oleh Dathan.

Rifa yang selesai memperlihatkan gaun pada manajer Neta beralih pada Neta. Dia ingin memastikan jika Neta akan mendapat gaun terbaiknya.

“Kamu suka gaun seperti apa?” tanya Rifa pada Neta.

“Aku suka gaun yang panjang. Jangan seperti waktu itu pendek.” Tanpa sadar Neta menjawab itu dengan membandingkan gaun yang dibeli Dathan tempo hari.

“Waktu itu?” Rifa mendengar jelas jika Neta memakai rancangannya. Namun, dia belum pernah merasa menjual pada Neta. Lagi pula tampak Neta baru datang ke butiknya.

“Maaf.” Neta langsung tersadar dengan ucapannya.

Namun, Rifa terlanjur penasaran. Dia takut juga kalau sampai Neta pelanggannya, tetapi dia tidak tahu. “Kamu bilang mau gaun panjang karena tidak mau seperti kemarin. Apa kamu pernah memakai koleksiku?” Rifa menanyakan hal itu.

Neta sudah memulai obrolan menjurus pada Dathan, tentu saja dia harus menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman. “Saya pernah memakainya. Waktu itu Pak Dathan yang memberikannya.”

Rifa mengingat sejenak tentang Dathan yang memintanya mengirim gaun ke hotel. Dia tidak menyangka jika gadis di depannya adalah gadis itu. “Jadi kamu orang yang bersama Dathan di hotel?” Dia pun memastikan.

Wajah Neta langsung memerah. Bagaimana bisa dia tidak malu ketika yang diingat Rifa adalah hotel. “I-iya.” Dia pun terpaksa mengangguk.

Rifa memerhatikan dengan saksama wajah Neta. Dia akui jika Neta cukup cantik. Pantas saja suaminya bilang Dathan sedang tergila-gila dengan seorang wanita cantik. Ditambah lagi Neta adalah gadis muda.

Wah … Dathan luar biasa jika mengejar gadis ini. Rifa hanya bisa menggeleng kagum.

“Apa Anda teman Pak Dathan?” Neta memastikan pada Rifa.

“Aku teman sekolahnya.” Rifa tersenyum.

Neta mengangguk-anggukan kepalanya. Mengerti apa yang dijelaskan oleh Rifa.

“Tapi, Dathan tidak suka terekspos jadi jangan katakan aku temannya.” Rifa tersenyum sambil memberitahu Neta.

Neta akhirnya sadar jika Dathan memang tidak suka kehidupannya diketahui orang. Terbukti ternyata dia menolak wawancaranya. Neta tidak tahu harus bagaimana lagi mendapatkan wawancara dengan Dathan. Tentu saja dia akan sangat kesulitan sekali.

“Aku akan carikan gaun untukmu yang tidak seperti kemarin.” Rifa pun segera mencarikan gaun untuk Neta. Dia mencari gaun dengan potongan panjang agar Neta lebih nyaman.

Neta yang mendapatkan gaun untuknya pun segera mencoba. Di dalam ruang ganti Neta mencoba gaun yang dipilihkan oleh Rifa. Gaun panjang perpaduan warna mint dan hitam itu terlihat begitu cantik sekali. Belahan gaun yang sampai di paha Neta memang membuat terlihat seksi. Akan tetapi, tidak akan terlalu terlihat ketika Neta berdiri tegak.

Rifa di luar menunggu Neta bersama sang manajer. Mereka sedikit mengobrol tentang gaun-gaun yang ada di butiknya. Saat mengingat mereka yang memilih gaun spesial, tentu saja membuat Rifa penasaran ke mana gerangan mereka akan pergi.

“Apa kalian akan menghadiri pesta?” tanya Rifa pada manajer Neta.

“Tidak, kami hanya akan bertemu klien kamu saja.” Sang manajer menjelaskan.

“Di mana?” Terserah dibilang terlalu mencampuri urusan orang. Yang terpenting adalah dia dapat informasi.

“Di restoran hotel Maxton.” Sang manajer menjelaskan.

Sejenak Rifa terdiam. Dia juga akan pergi ke hotel itu untuk menginap. Jika mereka ada di tempat yang sama, apakah nanti Dathan akan bertemu dengan Neta?

Neta keluar dari ruang ganti. Dia memamerkan gaun miliknya. Rifa yang melihat cantiknya Neta pun mengabadikan foto diam-diam. Ini lumayan untuk membuat Dathan kalang kabut karena wanita yang diincarnya sedang makan malam dengan seorang klien.

“Cantik, sudah itu saja.” Sang manajer pun cocok dengan gaun yang dipilih Neta.

Neta tersenyum. Dia juga suka sekali gaunnya. Dengan segera Neta kembali ke ruang ganti untuk mengganti gaunnya.

Sang manajer membayar gaun yang mereka pilih. Neta cukup senang, karena dia tidak perlu mengeluarkan uang karena sang manajer sudah membayar semua. Kapan lagi dia bisa dapat barang gratis.

“Sampai jumpa lagi, Neta.” Rifa tersenyum menjabat tangan Neta.

“Sampai jumpa Kak Rifa.” Tadi saat mereka mengobrol, Neta meminta untuk memanggil Rifa ‘kakak’ mengingat Rifa jauh lebih tua dibanding dengan dirinya.

Neta dan sang manajer segera pulang. Rifa yang sudah menyelesaikan pekerjaanya, akhirnya juga ikut pergi. Jika bukan karena manajer Neta adalah pelanggan VIP, dia tidak akan menunggu mereka. Namun, kini dia tidak menyesal karena dia bisa bertemu dengan Neta yang merupakan wanita yang diincar Dathan. Dia tidak bisa bayangkan seperti apa nanti jika Dathan tahu jika Neta berada di hotel yang sama.