Lastri selalu di injak harga dirinya oleh keluarga sang suami. Lastri yang hanya seorang wanita kampung selalu menurut apa kata suami dan para saudaranya serta ibu mertuanya.
Wanita yang selalu melayani keluarga itu sudah seperti pembantu bagi mereka, dan di cerai ketika sang suami menemukan penggantinya yang jauh berbeda dari Lastri.
Namun suatu hari Lastri merasa tidak tahan lagi dan akhir mulai berontak setelah ia bercerai dengan sang suami.
Bagaimana cara Lastri membalas mereka?
Yuk simak kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
Bab 14. Bujuk Rayu Wawan
POV Author
Rumah masih berantakan ketika hari beranjak naik menjelang siang. Tumpukan piring kotor serta pakaian menggunung di belakang. Belum lagi lantai yang berdebu serta barang-barang yang berserakan tidak pada tempatnya.
Nilam sedang asik memainkan handphonenya sambil rebahan di dalam kamarnya. Sesekali ia tersenyum dan cekikikan sendiri melihat layar handphone dan membalas pesan seseorang di sana.
Beda lagi dengan Bu Ida yang sedari tadi bolak balik menunggu kedatangan Lastri yang tak kunjung muncul juga orangnya.
"Kemana sih si Lastri ini?! Sudah siang begini belum datang juga!"
Sedang menunggu Lastri, Tatik datang beserta suami dan anak-anaknya.
"Nenek!" Seru si kembar dan langsung turun begitu motor berhenti.
"Loh, Ibu ngapain duduk di luar? Apa nungguin kami datang ya? Kok tahu Bu kalau kami mau datang?"
"Ibu bukan nungguin kalian, tapi nungguin Lastri belum datang juga."
"Wah, kebetulan aku bawa pakaian anak-anak minta di cuciin sekalian sama dia." Ujar Tatik lalu masuk kedalam rumah mengantar pakaian kotor anak-anak ke belakang.
"Apa mau aku samperin Bu?" Tanya Wawan.
"Coba deh, kamu samperin. Suruh cepat kesini, kerjaan banyak!"
"Oke Bu."
Dengan berjalan kaki, Wawan menantu Ibu Ida itu mendatangi rumah Hendra. Ia pun mengetuk perlahan pintu rumah yang tertutup rapat.
"Tok... Tok... Tok...!"
"Las...! Lastri...!"
"Tok... Tok... Tok... !"
"Las...! Kamu di dalem Las?! Buka pintunya?!"
Wawan terus mengetuk dan mencoba memanggil Lastri. Setelah beberapa saat, tampak Lastri menutupi dirinya dengan selimut dan terlihat tidak sehat.
"Kamu sakit Las?" Wawan langsung menanyakan keadaan Lastri.
"Iya Mas. Mas ada apa kesini?"
"Ibu nyariin kamu. Kamu tidak menyuruh aku masuk Las?"
Lastri melihat ke dalam rumahnya. Lalu menunduk.
"Maaf Mas, di dalam tidak ada orang. Jadi aku tidak bisa mengajak Mas masuk, karena takut timbul fitnah Mas."
"Fitnah apa sih Las?! Aku ini Abang ipar suamimu. Kamu sedang sakit, aku mau menolongmu. Tidak ada orang kan? Pasti tidak ada yang ngerokin kamu. Sini biar Mas bantu." Kata Wawan sambil tersenyum.
Melihat senyum Wawan Lastri sedikit ngeri. Bukan Lastri tidak tahu perangai Wawan di belakang istrinya. Lastri pernah tanpa sengaja melihat Wawan memperhatikan Nilam dengan penuh hasrat yang memakai rok pendek dari belakang. Matanya tak berkedip melihat bagian yang mengundang sahwat, bahkan sesekali Wawan tampak menelan ludahnya.
Tatik masih cantik dari segi wajah, dengan pipi cubbynya. Tetapi soal body, Tatik kalah jauh dari Nilam dan Lastri. Meski Lastri kumal karena tampil apa adanya dan tidak pernah perawatan, tapi tubuh Lastri masih terjaga bentuknya. Berbeda dengan Tatik yang kata orang sekarang menyebutnya gemoy.
"Tidak usah Mas. Aku sudah minum obat dan sebentar lagi mungkin sembuh." Tolak Lastri halus.
"Kamu ini kok ngeyel sih Las?! Sudah sini aku kerokin!"
Wawan menyelonong masuk dan sedikit mendorong tubuh Lastri hingga wanita itu mundur beberapa langkah.
Lastri kelabakan menghadapi suami dari kakak iparnya. Ia benar-benar takut jika ada yang melihat akan menimbulkan gosip yang tidak benar.
"Tapi Mas tidak boleh seperti ini?!" Lastri mencoba mengingatkan.
"Sini?!"
Wawan menarik selimut yang menutupi tubuh Lastri. Tentu saja itu membuat Lastri kalang kabut pasalnya ia hanya mengenakan daster berlengan pendek tanpa kerudung.
"Mas, jangan Mas!"
Lastri mencoba bertahan dengan mencengkeram kuat selimut yang menutupi dirinya.
"Kamu ini semakin berani ya?! Cepat buka!"
"Tidak Mas aku tidak mau! Sebaiknya Mas pulang saja, nanti aku bisa minta Mas Hendra buat kerokin aku. Mas tidak perlu repot!"
"Halah, nunggu Hendra kelamaan! Sini cepat!"
Wawan berusaha melepas selimut yang menutupi Lastri. Tapi Lastri terus berontak dan mencoba mempertahankan selimutnya.
"Jangan Mas, biar saja sama Mas Hendra nanti!"
Keributan itu terdengar sampai ke luar. Bahkan Seorang ibu-ibu yang melintas jadi penasaran karenanya. Ia pun masuk ke dalam rumah Lastri tanpa permisi.
"Ono opo toh iki?! Kok main tarik-tarikan segala!"
Tiba-tiba saja Dewi masuk ke dalam rumah Lastri dengan raut tidak senang juga terlihat begitu penasaran.
Ya Tuhan, tukang kepo sampai memergoki kami! Batin Lastri ngeri.
Siapa yang tidak kenal dengan Dewi di gang itu. Wanita yang hobi menyebar berita hingga menyebabkan gosip di kalangan ibu-ibu disana.
Wawan segera melepaskan tangannya dari selimut Lastri.
"Ternyata bahan selimut mu bagus Las. Nanti aku akan minta Tatik membeli yang seperti ini. Aku permisi dulu."
Wawan buru-buru meninggalkan rumah Lastri.
"Haah?"
Lastri melongo mendengar Wawan berkilah karena ke pergok tetangga mereka. Bahkan Dewi ikut memperhatikan selimut yang Lastri gunakan sampai mengeryitkan dahinya.
Selimut tipis bahkan kainnya serabutan dikatakan bagus oleh Wawan, tentu membuat Dewi tercengang.
"Kamu tidak apa-apa toh Las?"
"Iya Mbak, tidak apa-apa."
"Wong edan kui! Bisa-bisa ne cari kesempatan dalam kesempitan, dasar keluarga tidak bener!"
Lastri hanya bisa diam mendengar umpatan Dewi. Ia takut salah bicara pada tetangga yang terkenal julid itu.
"Aku dari tadi sudah curiga waktu dia ngajuin diri mau memanggilmu untuk ke rumah Bu Ida itu. Ternyata bener, dia mau berbuat sesuatu sama kamu. Kamu sakit toh Las? Aku belum mendengar kamu ke rumah itu." Ungkap Dewi.
Rupanya Dewi mendengar percakapan Wawan dan mertuanya karena rumahnya bersebelahan dengan rumah Bu Ida. Dan ternyata Dewi pun tahu bila Lastri ada di rumah itu.
"Mmm...anu, Mbak kok tahu aku belum kesana?" Tanya Lastri ragu-ragu.
"Tentu tahu dong! Kalau sudah terdengar suara Bu Ida dan Tatik marah-marah dengan suara lantang kayak pakai toa, itu berarti kamu lagi di sana."
"Oh begitu..." Ujar Lastri tersenyum dan tertunduk malu.
"Kamu sakit?"
Lastri menunduk. Takut dan ragu berbicara jujur.
"Sebenarnya... Aku tidak sakit Mbak. Hanya ingin istirahat sejenak karena lelah." Jawab Lastri tertunduk. Ternyata ia lebih takut dengan dosa sehingga ia berkata dengan jujur.
"Walah, gitu aja kamu takut Las. Biarin aja mereka bersihkan rumah sendiri, wong punya tangan dan kaki kok. Apalagi si Nilam itu harusnya bisa bantu ibunya. Penampilan memang oke, iya kalau dapet suami kaya yang tidak perlu turun tangan beresin rumah. Lah kalau dapat suami pas-pasan kayak kita, bisa apa dia?! Kamu manusia, bukan robot. Kalau lelah bilang saja pada mereka. Kalau keberatan kamu juga bilang, jangan mau di tindas. Kalau kamu terlihat lemah, mereka semakin berani menyiksa mu."
Lastri tertunduk. Ucapan Dewi begitu mengenai hatinya. Jika saja tidak memikirkan anak yang haus kasih sayang Ayahnya, tentu Lastri juga kepikiran untuk berpisah dari Hendra. Toh selama ini ia merasa hanya dirinya yang berharap pernikahan mereka akan harmonis seiring berjalannya waktu. Tapi nyatanya tidak.
Bersambung...