NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7 Khayalan liar

Setiap kali menatap wajah Kirana yang semakin memudar cahayanya, rasa bersalah itu kembali menghantamnya dengan telak. Pergulatan batin di dalam jiwanya seakan tak pernah usai.

Di satu sisi, Raka begitu merindukan senyum dan kehangatan Kirana seperti masa-masa lalu mereka yang bahagia. Ingin rasanya dia mengulang waktu dan mengembalikan semuanya seperti semula. Tapi semua itu mustahil, semua karena ulah tangannya sendiri yang telah menciderai kemuliaan sang adik tercinta.

Di sisi lain, masih ada gejolak hasrat terpendam yang mencoba menggodanya saat berdekatan dengan Kirana. Raka harus berjuang mati-matian menekan luapan gairah dalam dirinya. Karena dia tahu, satu langkah salah saja maka seluruh sisa kepercayaan dan harapan yang dimiliki Kirana akan lenyap untuk selamanya.

Apalagi di malam hari, saat Raka berbaring dalam kesunyian kamarnya, segala jenis fantasi liar sering membanjiri pikirannya. Bayangan tubuh telanjang Kirana yang pernah dinikmatinya, kulitnya yang lembut dan aroma memabukkan dari sang adik, selalu menggodanya tanpa ampun.

"Aargghh! Tidak! Aku harus bisa mengendalikan diriku!" Raka menjerit frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri.

Dalam kondisi ini, saat Raka mencoba menghampiri dan membujuk Kirana kembali seperti biasa, pikiran-pikiran kotornya kerap kali mengusik. Tanpa sadar matanya akan menggelincir ke lekuk tubuh Kirana yang masih membekas jelas di ingatannya.

"Tidak Raka... Jangan lagi... Jangan lakukan itu lagi pada Kirana!" Raka berteriak pada dirinya sendiri seperti orang kesetanan.

Dia harus terus berperang melawan sisi tergelapnya sebagai manusia yang terus memanggil, menggoda, dan memangkingkan nafsunya. Dia tak ingin mengulangi perbuatan paling kejinya lagi pada Kirana. Cukup sekali, dan itu sudah lebih dari cukup untuk membekas seumur hidupnya.

Namun bagaimana dia bisa berjuang melawan luapan hasratnya sendiri sementara objek hasrat terlarangnya itu selalu ada di sampingnya? Kirana yang malang tak akan pernah tahu pergulatan setan dalam diri Raka yang terus mencoba merenggut kehormatannya kembali.

Seringkali Raka tergoda untuk menyerang Kirana saat dia lengah. Untuk kembali merenggut kemuliaan sang adik guna memuaskan syahwat hina dirinya yang tak pernah terpuaskan. Namun pada detik-detik kritis itu, nurani Raka akan kembali mengambil alih dan membuatnya tersadar dari bayangan kelamnya.

"Ohh Tuhan... Kuatkan aku agar tidak jatuh pada jurang dosa ini lagi," Raka menengadah memohon kekuatan dalam pergumulan batinnya.

Perang paling besar dalam hidup Raka adalah upayanya melawan nafsunya sendiri. Setelah sekali mencicipi kenikmatan dosa terlarang dengan Kirana, hasrat itu terus membara tak ingin padam. Bagaikan candu paling meracuni, Raka harus terus berjuang untuk tidak kembali terjatuh dalam perangkap kegelapan jiwanya sendiri.

Dia sadar, hanya dengan melawan nafsunya inilah dia bisa mengembalikan cahaya kehidupan dalam diri Kirana yang kini semakin meredup. Dan hal itulah yang akan terus diperjuangkannya, meski harus berhadapan dengan pergulatan batin terberat sekalipun. Demi mengembalikan senyum sang adik, Raka rela bertarung mati-matian melawan sisi tergelap nya sendiri.

..

Malam demi malam, Raka seakan dikejar-kejar oleh bayangan gelap hasrat terdalamnya terhadap Kirana. Setiap kali matanya terpejam, gambaran tubuh telanjang sang adik seolah terpampang nyata di pelupuk matanya. Lengkung tubuh indah Kirana, kulitnya yang lembut, dan aroma memabukkannya terus memburu Raka tanpa ampun.

"Tidak!! Pergi kau bayangan terkutuk!!" Raka menjerit histeris sambil menjambak rambutnya kuat-kuat.

Keringat membasahi tubuhnya yang bergetar hebat. Nafasnya memburu seolah baru saja berlari marathon. Pergulatan batinnya seakan tak pernah usai. Setiap kali berhasil menepis bayangan gelap itu, hasrat kejinya akan kembali muncul dalam bentuk lain yang lebih menggoda.

Di sela kesadarannya yang mulai mengabur, terbayang indahnya tubuh telanjang Kirana dengan kulit putih mulusnya seperti pualam. Lengkungan pinggulnya yang sempurna, buah dadanya yang menggairahkan, dan ceruk tersembunyi di selangkangannya yang pernah dijajah oleh sang kakak tamak itu.

"Aarrgghh!!! Tuhan...tolong aku...tolong singkirkan pikiran-pikiran laknat ini!!" Raka memohon dengan putus asa.

Berulang kali dia berusaha mengalihkan pikirannya pada hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan Kirana. Namun semua terasa sia-sia karena semakin dia mencoba melawan, hasrat hina itu justru akan semakin menjadi.

Puncaknya, tanpa sadar Raka mulai mengkhayalkan dirinya tengah merenggut keperawanan Kirana lagi dengan kasar dan bernafsu. Bayangan itu begitu nyata hingga membuat gairah Raka menegang sempurna saking kuatnya.

"Tidak Raka!! Jangan...jangan..." Dia mencoba menjerit mengingatkan dirinya sendiri.

Namun seperti kekalahan melawan iblis, otaknya dipenuhi fantasi liar yang tak terkendali. Raka membayangkan dirinya menikmati seluruh lekuk tubuh adiknya, menjelajahi setiap jengkal inchi tanpa sehelai benang pun yang menghalangi.

"Ooohh...Kirana...kau begitu indah...dan kau hanya milikku seorang..." Desah Raka dalam khayalannya yang liar.

Tangannya tak sadar mulai menyusup ke bawah, meremas-remas kejantanannya yang telah menegang sempurna terbelenggu nafsu paling keji. Semuanya terasa begitu nyata di benaknya. Dia benar-benar jatuh pada titik paling rendah, memperkosa Kirana bahkan hanya dengan fantasinya saja.

"Aaarrrgghhhh!!! Tidaaakkk!!!" Raka menjerit tersadar dari khayalan kotornya sendiri.

Dia begidik ngeri saat mendapati tangannya telah menggenggam kuat batang kejantanannya yang menegang sempurna. Cairan kenikmatan bahkan hampir saja meluncur keluar, seandainya Raka tidak tersentak dari pikiran jahatnya barusan.

Dengan gemetar dan jijik mendalam, Raka menarik tangannya dari bawah selimut. Dia memukul-mukul kepalanya keras, berusaha mengusir setan-setan yang menggodanya untuk jatuh ke lubang dosa paling keji lagi.

"Ya Tuhan...dosaku sudah sebesar apa hingga aku tetap dikuasai pikiran-pikiran sehina itu?" Raka meratap dengan air mata berlinang di pipi.

Dia tersungkur di ranjangnya diiringi isak tangis pilu. Malam itu, pertempuran batin Raka mencapai titik kulminasi yang belum pernah dialaminya sebelumnya. Hasratnya yang terkutuk nyaris membuatnya memperkosa Kirana untuk kedua kalinya, meski hanya dalam angan-angan belaka.

Raka tahu, jika hal ini terus berlanjut maka dia bisa benar-benar terjerumus terlalu dalam ke neraka hasrat terkutuknya sendiri. Kemudian dengan sembilu kekejamuannya yang tak terkirakan, dia akan benar-benar melampiaskan seluruh nafsu kotornya pada Kirana tanpa sisa.

"Tidak...aku harus menghentikan ini, sebelum segalanya terlambat..." Raka menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Dia harus mengambil keputusan besar untuk keluar dari lingkaran setan pergulatan batinnya ini.

...

Pagi datang menyingsing, namun pergolakan batin Raka tak kunjung mereda. Bayangan-bayangan eksplisit tentang Kirana yang dilihatnya semalam seakan membeku dalam ingatannya, tak mau pergi meski dia sudah berusaha menepisnya berkali-kali.

Sembari melayangkan pandangan nanar ke arah jendela kamar Kirana, Raka mencengkeram kepalanya erat-erat. Dia berharap bisa mencabut paksa ingatan-ingatan memalukan dari otaknya yang penuh dosa itu.

"Kenapa...kenapa aku tak bisa mengusir pikiran-pikiran laknat ini, Tuhan?" Raka meratap frustasi.

Tidak hanya rasa bersalah akibat perbuatan kejinya di masa lalu, kini berkecamuk pulalah luapan hasrat terpendam yang seakan mengambil alih seluruh pikiran dan persepsinya. Segala sesuatunya dikendalikan oleh hasrat primitif paling gelap dalam diri Raka untuk merenggut keperawanan Kirana lagi dan lagi.

"Aku harus...harus menjauhkan diri darinya untuk sementara," gumam Raka di sela isaknya. "Jika tidak, aku bisa saja lepas kendali dan melakukan hal paling keji yang bahkan lebih buruk dari sebelumnya."

Tekadnya pun bulat. Setelah memberanikan diri keluar kamar, dia berpapasan dengan sang ibu di koridor rumah.

"Ibu...aku harus pergi untuk sementara waktu," kata Raka dengan sorot mata nanar.

Sang ibu tentu saja terkejut bukan kepalang. "Pergi? Pergi ke mana anakku? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Raka menghela napas panjang. "Maafkan aku Bu...tapi untuk saat ini, aku harus menjauh dari rumah. Dari...Kirana..."

Butiran air mata Raka kembali menetes di pipinya yang mulai ditumbuhi jambang lebat. "Aku...mengalami pergolakan batin yang amat besar. Jika terus berada di sini, bisa saja aku lepas kendali dan melakukan hal yang lebih buruk dari yang sudah terjadi."

Dipeluknya sang ibu dengan erat, entah untuk yang terakhir kalinya atau tidak. "Aku mohon beri aku waktu Bu...untuk mencari ketenangan dan meredakan semua hasrat hina dalam diriku ini."

Melihat putra semata wayangnya dalam kondisi berkecamuk hebat, sang ibu hanya bisa mengangguk sembari terisak kecil. Dia tak tahu apa yang sebenarnya tengah mendera putranya, tapi apapun itu harus membuat Raka berada dalam puncak keterasingan jiwanya.

Dengan langkah gontai namun keyakinan membaja, Raka meninggalkan rumah yang selama ini menjadi saksi bisu dosanya. Dia berharap, dengan menjauhkan diri dari pusaran neraka hasrat terlarangnya, dia bisa kembali mendapatkan ketenangan. Dan kemudian menemukan jalan untuk benar-benar keluar dari lingkaran hitam dosa yang membelenggunya.

Berbekal tas punggung dan sedikit uang hasil menjual barang-barang pribadinya, Raka melangkah pergi entah ke mana. Yang pasti dia harus sejauh mungkin dari Kirana untuk sementara waktu. Hingga gejolak batin dan luapan hasrat terkutuknya benar-benar mereda dan tak lagi menguasai jiwanya yang terbelenggu dosa.

"Kirana...maafkan aku...aku harus pergi dulu untuk kebaikan kita semua..." bisik Raka lirih dengan air mata menetes membasahi pipinya. "Tapi aku berjanji, suatu hari nanti aku akan kembali dan menebus semuanya..."

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!