Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.
Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.
Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?
Simak selengkapnya hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Menemukan cara
Seperti yang dikatakan pak Sehan, sang pengacara, sebelum mengajukan surat perceraian ke pengadilan, Yudha harus datang ke rumah Nathalie untuk membicarakan tentang Lion. Ia ingin memutuskan hubungan dengan baik-baik. Rumah tangga yang dirajut selama lima tahun meninggalkan banyak kenangan manis, namun harus berakhir dengan perpisahan yang tak diinginkan.
"Bisa saja saya melakukan kecurangan, tapi itu semua tidak mungkin, karena Pak Radit sudah mewanti-wanti supaya bapak bicara dengan Bu Natalie secara terbuka."
Pak Sehan mengingatkan lagi pada Yudha.
Kekuasaan yang ia miliki bisa menjungkir balikkan keadaan, tapi kali ini Yudha tetap mengikuti prosedur yang ada, juga nurut pada papanya.
"Baiklah, saya akan coba." Yudha turun dari mobilnya, merapikan jas lalu berjalan dengan gontai diikuti pak Sehan dari belakang.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali, akhirnya Natalie membuka pintu. Senyum mengembang menghiasi bibir wanita itu yang langsung berhamburan memeluk Yudha.
"Mas Yudha, akhirnya kamu pulang juga," ucap Natalie diiringi dengan tangis.
Yudha mencengkal tubuh Natalie dan mendorongnya hingga wanita itu tersentak ke belakang.
"Jangan menyentuh ku!" tegas Yudha mengusap jasnya.
Natalie semakin terisak, matanya nampak memerah dan sembab. Wajahnya yang tanpa make up tampak pucat pasi. Rambutnya pun terlihat acak-acakan tak terawat, jauh berbeda saat masih bersama dirinya yang berpenampilan rapi dan juga cantik. Kini wanita itu seperti ibu rumah tangga biasa.
"Maaf Bu Natalie, kami ke sini ingin bicara dengan Anda mengenai hak asuh Lion," ucap Pak Sehan.
Mendengar nama itu membuat Nathalie tersenyum licik.
"Hak asuh Lion? Bukankah dia akan jatuh di tanganku?"
Natalie merasa menang. Kali ini ia yang memimpin permainan Yudha.
Seketika kedua tangan Yudha mengepal dan mengeratkan gigi. Rahang kokohnya mengeras dengan mata melotot.
"Sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan Lion padamu, dia anakku, dan selamanya akan tinggal bersamaku," ucap Yudha geram.
Lion adalah satu-satunya harta yang berharga bagi Yudha, dan dia akan memperjuangkannya meskipun nyawa taruhannya.
"Apakah Anda tidak ingin mempersilahkan kami masuk?"
Pak Sehan masih nampak santai dan basa-basi. Mencari celah untuk membuat Natalie lengah. Sebagai pengacara yang profesional, ia tak mau gegabah mengambil langkah.
"Silakan!" ucap Natalie, menggeser tubuhnya memberi jalan Pak Sehan dan Yudha masuk ke rumah yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.
Masih diselimuti amarah, Yudha memilih melengos. Ia tak mau menatap Natalie yang duduk di depannya seberang meja.
"Apa yang ingin bapak bicarakan? Semua sudah jelas, Lion akan jatuh ke tangan saya."
Yudha menggebrak meja, ia tak bisa lagi memendam amarah yang dari tadi memuncak di ubun-ubun.
"Pak, tenang. Kalau Anda seperti ini, Bu Natalie yang akan menang. Kontrol emosi," bisik Pak Sehan.
Yudha menghela napas panjang. Meredakan gemuruh di dadanya yang ingin meledak. Sikap Natalie benar-benar memancing amarahnya yang kian memanas.
Hening
Pengacara Sehan mengeluarkan beberapa map dari dalam tasnya, meletakan di meja beserta pulpen.
"Kami ada satu tawaran, dan saya yakin ini akan menguntungkan anda, Bu Natalie. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Sebab, tidak akan datang untuk yang kedua kali."
"Apa ini?" tanya Natalie ketus.
"Baca saja!" suruh pak Sehan.
Natalie meraih map itu dan membukanya pelan. Sesekali menatap pak Sehan dan Yudha dengan tatapan curiga. Tidak ada yang aneh dalam tulisan itu, intinya tetap sama, Yudha meminta hak asuh Lion.
"Maaf, tapi saya tetap akan memilih Lion," ucapnya meyakinkan.
Darah Yudha kian mendidih, andai saja pak Sehan tidak menenangkan nya, mungkin Yudha akan meluapkan emosinya saat ini juga.
"Baiklah, kami permisi dulu. Jangan menyesal jika Anda kalah, dan silahkan meratapi hidup Anda tanpa harta dan Lion."
Setelah mengucap itu, Pak Sehan dan Yudha keluar dari rumah Natalie. Meskipun tak menghasilkan apapun, sang pengacara masih mempunyai banyak cara untuk membuat Natalie kalah.
Yudha langsung masuk mobil dan menutup pintu dengan keras, napasnya masih memburu melihat penolakan Natalie.
"Tenang saja, Pak. Ini sangat mudah, ternyata bu Natalie bodoh. Apa bapak punya bukti perselingkuhan Bu Natalie?" tanya pak Sehan.
Yudha menggeleng, waktu itu ia sibuk mengintimidasi Natalie dan tidak sempat mengabadikan semuanya. "Mungkin Andreas punya. Memangnya kenapa?" tanya Yudha antusias.
"Hak asuh anak dalam perceraian yang disebabkan jika istri terbukti selingkuh akan menyebabkan hilangnya hak ibu dalam mengasuh anak tersebut. Pasalnya, jika berselingkuh dan terbukti di pengadilan, si ibu dinilai gagal menjadi seorang ibu seperti yang tertuang dalam Pasal 34 ayat (2) UU Perkawinan. Jadi kita harus mengumpulkan banyak bukti yang akurat supaya Bu Natalie tidak bisa berkutik lagi."
Setelah meredup, kini cahaya itu kembali terpancar. Yudha yang hampir putus asa pun kembali bangkit setelah mendengar penjelasan Pak Sehan.
Tidak ada yang perlu Yudha khawatirkan lagi. Semua sudah jelas, Lion akan jatuh ke tangannya jika ia sampai menemukan bukti-bukti yang akurat.
"Aku harus bisa, Lion tidak boleh jatuh ke tangan Natalie."
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kembali ke kantor. Untuk hari ini urusannya dengan Natalie cukup menegangkan, namun juga membuatnya lega.
"Apa saja acara Bapak hari ini?" tanya Yudha pada Pak Sehan.
"Ada beberapa kasus yang harus saya tangani, tapi saya juga akan bantu bapak mencari bukti keburukan bu Natalie."
Ucapan terima kasih bertubi-tubi meluncur untuk pak Sehan yang sangat baik.
"Sampai bertemu di pengadilan," seru Pak Sehan melambaikan tangannya ke arah Yudha yang baru saja turun dari mobil.
Yudha mengangguk, mengangkat tangannya tanda hormat. Setelah mobil menghilang di balik gerbang, Yudha masuk ke dalam.
Ting
Pintu lift terbuka. Yudha masuk, tidak ada siapapun di dalam selain dirinya. Yudha menatap angka yang berjejer di sana. Jika biasanya ia langsung menekan tombol lima belas, kali ini ia menekan tombol angka sepuluh.
Pintu terbuka
Yudha keluar dan menghentikan langkah. Mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Semua orang nampak sibuk. Para karyawan yang ada di tempat itu pun disiplin meskipun tidak langsung terhubung dengan dirinya.
"Tumben Bapak ke sini?" sapa Pria tua yang memakai kaca mata, pria itu menunduk hormat saat menyapa Yudha.
"Pak Setiawan, apa kabar?"
Yudha mengulurkan tangannya yang langsung diterima baik oleh pria itu.
"Alhamdulillah, baik. Apa ada yang melakukan kesalahan sampai bapak sudi menginjakkan kaki di sini?" tanya pak Setiawan sedikit takut.
"Tidak, bimbingan bapak sangat baik. Terima kasih atas kerjasamanya, Saya kesini ingin mencari Lion. Kata Andreas dia bermain dengan salah atau karyawan yang bekerja di lantai ini, kalau tidak salah namanya Lintang," ucap Yudha sedikit ragu, takut salah mengucap nama.
"Lintang, itu ruangannya, Pak."
Pak Setiawan menunjuk pintu yang terbuka lebar.
"Baik, silahkan bapak kembali bekerja, saya akan menemui Lion"
Yudha meninggalkan Pak Setiawan.
Langkah Yudha berhenti saat mendengar suara tawa dari dalam, itu tak hanya suara Lion melainkan suara seorang wanita juga.
Sepertinya Lion sangat bahagia.
"Permisi, sapa Yudha menyembulkan kepalanya ke dalam.
Lintang yang baru saja mengambil gelas itu menoleh, betapa terkejutnya saat menatap wajah yang tak asing baginya hingga gelas yang ada di tangannya terjatuh dan pecah.
🤡 lawak kali kau thor