Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 9
Vie meradang kesal saat mendapatkan sebuah pesan dari Max yang mengatakan bahwa Arga masih di rumah sepupunya dan akan diantar nanti sore.
Tak terima Arga di tinggal begitu saja, Vie segera menghubungi Jane dan mengadukan kelakuan kekasihnya yang meninggalkan Arga begitu saja di rumah sepupunya.
"Pokoknya aku gak mau tahu, Jane. Arga harus pulang sekarang juga. Gimana kalau Arga dijual ke luar negeri, aku gak punya siapa-siapa lagi, Jane."
Jane yang berada di ujung telepon hanya bisa mendesah pelan. Pekerjaan di kantor belum selesai dan Max membuat ulah. Jane memijit pelipisnya. Harusnya weekend ia bisa libur tanpa memikirkan tumpukan dokumen, kini semenjak kenaikan jabatan, pekerjaan semakin bertambah.
[ Iya, nanti aku bilang sama Max untuk menjemput Arga. ]
"Jangan nanti, Jane! Sekarang!"
Tak tahu kenapa Vie juga melampiaskan rasa kesalnya kepada Jane yang tidak tahu apa-apa.
Diseberang sana, Arga yang telah mendapatkan keinginannya untuk tidur dipeluk oleh Dirga telah terwujud. Sudah hampir 3 jam Arga tidur dalam dekapan Dirga. Rasanya begitu hangat dan nyaman.
Dirga sendiri juga bingung dengan perasaannya yang terasa tenang dan nyaman, mungkin karena Dirga adalah anak tunggal tak bisa merasakan berbagai. Tapi mengapa harus dengan anaknya Vie dari laki-laki lain. Andaikan saja Arga adalah anak Vie dengan dirinya, bisa dipastikan Arga tidak akan kekurangan kasih sayangnya.
"Ga," panggil mamanya.
Dirga menoleh. Saat ini namanya sudah membawakan baju ganti untuk Arga. Baju itu baru saja ia pesan dari butik langganannya.
"Nanti kalau Arga bangun, ini baju gantinya. Jangan lupa antar dia pulang. Mama mau ada arisan."
Setelah meletakkan sebuah paper bag, mama Dirga langsung berlalu pergi.
Dirga meneliti wajah imut yang masih terlelap di sampingnya. Rasanya benar-benar nyaman.
Coba aja kamu itu anak Vie denganku, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupmu, Ga. Malang sekali nasibmu.
Dirga kemudian menautkan alisnya saat menyebut nama belakang dan panggilan yang sama. Apakah Vie sengaja memberikan nama yang sama kepada anaknya.
Dirga dan Arga sangat tipis perbedaannya, hanya beda dua huruf. Ini bukan sebuah kebetulan, tapi memegang kesengajaan. Begitu banyak nama di dunia ini mengapa nama yang mirip disematkan kepada bocah ini.
Aku harus menanyakan hal ini kepada Vie. Seenaknya saja dia memakai namaku untuk anaknya. Gak kreatif banget sih.
Tepat pukul 4 sore, Arga sudah rapi dengan baju baru yang dibelikan oleh mamanya Dirga. Arga yang sudah memiliki modal wajah tampan terlihat lebih gagah dan keren di usianya yang baru saja menginjak angka 4 tahun.
"Om, baju balunya kelen." Arga terlihat sangat menyukai pakaian barunya.
"Kamu suka?"
"Iya, Om. Alga suka."
Hampir lima belas menit Dirga dan Arga berada dalam satu mobil. Selama perjalanan itu Arga tak pernah diam. Ada saja yang menjadi topik pembahasan keduanya. Arga tak hentinya berceloteh menceritakan kegiatannya sehari-hari di playgroup. Ada rasa sesak saat Arga mengatakan bahwa ada beberapa teman yang mengatakan bahwa Arga tidak punya ayah, bahkan ada yang mengatakan ayah Arga sudah meninggal. Tidak sampai disitu, Arga juga bercerita bahwa dirinya kadang merasa lelah saat menunggu sang bunda menjemput dirinya.
Kasihan sekali hidupmu, Ga. Masih kecil sudah merasakan kepahitan hidup. Aku harus bicara dengan Vie. Kasihan mental anaknya akan rusak jika ini dibiarkan berlanjut. Lagian kenapa cari suami hanya bisa nyetak anak aja, gak mau tanggung jawab.
Mobil telah berhenti di depan sebuah rumah besar berlantai dua. Tak seperti rumah, karena ini adalah rumah khusus kontrakan yang pasti banyak pintu kamar.
"Kamu ingat yang mana tempat tinggal kamu kan, Ga? Jangan sampai kita salah masuk kamar." Dirga meyakinkan bocah kecil itu yang saat ini tengah digendong depan oleh Dirga.
"Ingat, dong om Bos. Masa lumah sendili lupa."
Melewati anak tangga, Dirga tidak bisa membayangkan bagaimana sehari-harinya Arga dan Vie melewati tangga ini. Pasti akan terasa lelah sekali.
Arga menunjukkan sebuah kamar di pojokan paling ujung. "Itu lumah Alga, Om."
Hanya satu ketukan pintu langsung segera dibuka. Terlihat Vie yang sudah tidak sabar menanti anaknya pulang.
"Arga." Namun, sedikit itu juga mata Vie langsung menangkap siapa sosok yang sedang menggendong anaknya. "Dirga," lanjut Vie.
"Kenapa Arga bisa sama kamu?" todong Vie segara mungkin.
"Bunda gak Suluh om Bos masuk? Kasian om Bos bunda, dia capek."
Seketika Vie mempersilakan Dirga untuk masuk. Dirga langsung menurunkan Arga di sebuah sofa yang ada di ruang tamu. Rumah kontrakan yang kecil, Dirga tak bisa membayangkan bagaimana Vie dan Arga melalui hari-hari di tempat seperti ini.
"Vie, kita perlu bicara." Dirga menatap Vie dengan tatapan tajam.
"Tunggu."
Vie kemudian menghampiri anaknya. Sekedar basa-basi menanyakan kegiatannya hari ini lalu menyuruhnya untuk bermain di kamar namun, Arga menolak. Ia masih ingin bersama dengan Dirga. Vie hanya membuang nafas kasarnya.
"Baru satu hari dia bersama mu, lihatlah dia sudah tak menuruti ucapan ku. Kamu sudah racuni apa pikiran dia?" todong Vie.
Dirga mengernyitkan dahinya. "Kamu jangan sembarang nuduh orang ya, Vie. Aku gak apa-apain akan kamu. Dia hanya rindu dengan ayahnya. Memangnya ayah Arga kemana? Udah meninggal? Atau kalian memang udah cerai? Kasian Arga lho, Vie. Dia merindukan sosok ayah dalam hidupnya."
"Tau apa kamu tentang ayahnya Arga? Mending kamu sekarang pulang karena aku mau istirahat. Terimakasih udah jagain Arga." Vie berjalan lebih awal, memberi isyarat agar Dirga keluar.
"Ga, om pulang ya. Kapan-kapan kita main lagi, itu pun kalau bundamu mengijinkann." Dirga mengusap pelan rambut Arga sebelum berlalu.
Arga mengangguk pelan. "Om Bos, hati-hati ya."
Dirga tersenyum lebar menatap manik mata teduh bocah yang masih polos itu kemudian menatap Vie yang sudah berada di ujung pintu.
"Vie, kita perlu bicara!"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ga. Mending sekarang kamu pulang sebelum ada gosip berjalan."
Setelah kepergian Dirga, Vie segera menguliti apa saja yang Arga lakukan bersama dengan Dirga. Bocah yang polos dan penurut, Arga pun menceritakan sedetail mungkin dari awal hingga akhir.
Namun, jantung Vie seakan ingin berhenti saat itu juga saat Arga mengatakan tidur bersama Dirga dan perlakuan baik dari ibunya Dirga. Vie benar-benar tidak mengerti dengan jalan hidupnya.
Tanpa disadari, hari ini Arga telah bertemu dengan ayah biologisnya serta neneknya. Tak seperti yang Vie bayangkan jika ibunya Dirga akan memperoleh Arga dengan baik, bahkan sampai membelikan beberapa potong baju yang terlihat sangat mahal. Namun, apakah perlakuan mereka akan tetap sama jika suatu saat nanti mereka tau jika Arga adalah darah daging dari keluarga Wiraguna?
"Bunda, kenapa om Bos tidak menjadi ayah Alga saja? Dia baik sama Alga. Alga mau bobok peluk om Bos lagi," oceh Arga yang membuat jantung Vie semakin tak karuan.
Ga, itu memang ayah kamu. Jika kamu menginginkan sosok ayah, bunda akan berusaha mencari waktu yang tepat untuk memberi tahu siapa kamu kepada Dirga. Doain bunda supaya ayah kamu mau menerima kamu ya, Sayang.
Vie mengecup pucuk kepala Arga, setelah itu menutup tubuhnya dengan selimut putih tebal. Berharap mimpi indah akan datang kepada anaknya.
🌼 Bersambung 🌼
Mana nih absen-nya? Dukung baby Arga dengan cara tabur bunga dan kopi biar Othornya up lagi 😊😊