NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:493
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Kemarahan Jasmine

Arjuna tampak gelisah, matanya tak berani menatap Jasmine. Ia seperti menghindari tatapannya, berusaha menyembunyikan sesuatu. Gelagapannya tak luput dari perhatian Jasmine, yang tak suka melihat Arjuna bersikap seperti itu. Ia tahu, Arjuna sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kenapa nggak bisa sih Jun?! Lo tinggal resign dan cari kerjaan lain. Terus yang duit itu lo bisa minta sama nyokap gue, gampang kan? Apa yang susah? Oh atau Lo keberatan ya buat jadi pacar gue?!" Jasmine mengerutkan kening, tatapannya tajam menvsuk Arjuna.

Arjuna hanya terdiam, wajahnya tak terbaca. Kesal? Marah? Bingung? Frustasi? Entahlah.

"Jas, lu kira resign semudah itu, ya? Gue butuh kerjaan ini. Lo kan tau gue sekarang tulang punggung keluarga, gue harus kerja buat memenuhin kebutuhan mereka, termasuk sekolahin adik gue. 

Dan lu dengan seenaknya nyuruh gue buat resign?! Gil4 ya lu! Nggak, gue nggak bisa. Lagian duit itu juga mau lu buat apa? Banyak loh itu, kalo gue minta ke nyokap lu apa alasan yang harus gue kasih? 

Lu...haduh, nggak bisa mikir lagi gue. Pusing gue sama lu, Jas," Arjuna menggelengkan kepalanya dengan frustasi.

Jasmine menyadari bahwa permintaannya mungkin terdengar aneh. Ia juga mengetahui bahwa Arjuna sangat membutuhkan pekerjaan itu, karena ia merupakan tulang punggung keluarganya.

Namun, alasan Arjuna enggan mengundurkan diri bukanlah karena itu. Jasmine dapat membaca semua itu dari sorot matanya. "Terus yang ketiga gimana? Lo keberatan buat jadi pacar gue?" tanya Jasmine.

Arjuna menatap Jasmine, matanya sedikit menyipit. "Jas, apa sih yang ada di pikiran Lo Hah?! Gue ini temen lo, kita udah temenan dari dulu." Suaranya sedikit meninggi, menandakan rasa kesalnya.

"Ya terus kenapa kalau kita temenan? Banyak kok yang awalnya temenan, eh, jadi pacaran. Kenapa kita nggak bisa?" Jasmine mencebik, suaranya sedikit meninggi, matanya menatap tajam Arjuna.

Arjuna mengusap wajahnya, terlihat sedikit frustrasi. "Itu mereka, Jas. Bukan kita. Kita beda. Selama ini gue anggap lo kayak adik gue, saudara gue, dan gue nggak punya perasaan apa-apa selain itu. 

Gue sayang sama lo, tapi sayang sebagai saudara, bukan pacar. Maaf, gue nggak bisa ngasih apa yang lo harapkan." Penolakan Arjuna membuat Jasmine semakin kesal.

Emosi Jasmine memuncak. Dia ingin sekali mengamuk di sana, melakukan apa saja untuk meredakan amarahnya. Jasmine bangkit berdiri, diikuti Arjuna yang juga berdiri.

Dengan tangan terangkat mengarah ke pintu, Jasmine berkata, "Pergi dari sini, Jun!" Usirannya terdengar tegas, matanya masih tajam menatap Arjuna.

Arjuna tercengang. Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa Jasmine akan sampai mengusirnya. Saat marah, aura Jasmine memang menyeramkan, persis seperti ibunya. Ia menghela napas, "Ya udah gue pergi. Maaf ya Jas, gue harus membuat Lo kecewa hari ini," ucap Arjuna lirih.

Jasmine masih menunjuk pintu dengan jari telunjuknya. "Pergi, Jun! Pergi!" teriaknya. Arjuna pun berbalik dan melangkah keluar, meninggalkan rumah Jasmine.

Deru mesin motor yang baru saja menyala, kini perlahan mereda, meninggalkan jejak sunyi di belakangnya. Jasmine kembali duduk di sofa, matanya terpejam, seolah ingin menghentikan derasnya air mata yang mengalir di pipinya.

Air mata itu jatuh tanpa henti, seperti sungai yang tak berujung, membasahi pipinya. Sesenggukannya terdengar samar, menggema di ruang sunyi yang ditinggalkan Arjuna.

"Lo jahat Jun, jahat!!" maki Jasmine, terus memukul mukul sofa di sebelahnya dengan kesal.

Mendengar teriakan Jasmine, bibi Kate yang belum sepenuhnya tertidur terlihat tergopoh-gopoh keluar dari kamar. Dia menghampiri Jasmine lalu duduk di sebelahnya. "Jasmine, kamu Kenapa Nak? Kok nangis? Arjuna mana? Udah pulang?" Cecar bibi Kate khawatir. Matanya terlihat terkejut melihat Jasmine menangis.

Jasmine menoleh kearah bibi Kate, lalu dengan tanpa menjawab pertanyaannya, Jasmine langsung memeluk erat tubuh berisi sang bibi. Tangisnya pecah, membasahi baju tipis Bibi Kate yang lembut.

"Jasmine, kamu kenapa sayang? Jangan nangis dong. Cup-cup," bibi Kate terus berusaha menenangkan Jasmine yang masih terisak. Tangannya terus menepuk-nepuk punggung Jasmine.

Perlahan, Jasmine melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang masih membasahi pipinya. Dia menatap kearah bibi Kate. Di lihatnya bibi Kate khawatir dan mencemaskannya.

"Bi, aku benci mama, aku juga benci sama Arjuna. Cuma bibi dan ayah yang aku cintai di dunia ini," Jasmine kembali menghamburkan diri, memeluk bibi Kate. Bibi Kate mengerutkan keningnya mendengar ucapan Jasmine. Sedikit terkejut karena Jasmine menyebutkan benci dengan Arjuna.

"Jasmine, kamu ada masalah apa sama Arjuna? Kenapa tiba-tiba kamu membencinya seperti ini?" tanya bibi Kate.

Jasmine kembali mengurai pelukannya. Dadanya masih naik turun karena tangisannya belum juga berhenti. Ia membiarkan air matanya terus mengalir tanpa berniat untuk menyekanya.

Tapi bibi Kate yang melihat Jasmine menangis, langsung mengulurkan tangannya, menghapus air mata yang membasahi pipi ponakannya.

"Aku mau cerita sesuatu sama bibi. Tapi...bibi jangan kaget ya," kata Jasmine ragu. Dia terlihat berpikir dan menimbang-nimbang. Ragu untuk menceritakan masalahnya atau tidak.

Bibi Kate mengerutkan keningnya, penasaran dengan apa yang akan Jasmine ceritakan. Tapi melihat dari ekspresi wajah Jasmine, dia sedikit takut untuk mendengarnya. "Mau cerita apa Jas? Jangan sungkan, cerita aja sama bibi. Bibi siap kok ngedengerinnya," kata bibi Kate.

Jasmine pun menarik napas panjang, setelah benar-benar yakin, dia pun menatap lekat kearah bibinya dan memulai ceritanya. "Bi, Arjuna tadi..."

***********

Keesokan malamnya setelah jam kantor selesai, Cahaya dan Arjuna terlihat menaiki mobil Cahaya menuju ke rumah Jasmine. Di dalam mobil, hanya ada mereka berdua. Arjuna menyetir mobil, sementara Cahaya duduk di sampingnya. Wajahnya tampak tegang, takut, gugup, dan khawatir. Dia takut dengan reaksi Jasmine nanti.

Dengan sembari sebelah tangannya memegang kemudi, Arjuna mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Cahaya. Cahaya menoleh kearah Arjuna, yang tidak menatapnya, tetap fokus kepada jalanan.

"Nggak usah takut ya. Percaya sama aku, Jasmine pasti ngerti kok. Dia pasti ngerestui hubungan kita," kata Arjuna berusaha menenangkan Cahaya.

Cahaya merasa sedikit lega, meski bayang-bayang ketakutan masih bercokol di kepalanya. Dia mengangguk pelan, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Tak lama setelah itu tibalah mereka di depan rumah Jasmine. Cahaya dan Arjuna terus menarik buang nafasnya. Berusaha menenangkan diri mereka sebelum akhirnya beranjak keluar dari mobil dan berjalan beriringan menuju pintu rumah Jasmine yang tertutup rapat.

Setibanya di depan pintu, Cahaya merasa gemetar, dia takut dengan respon Jasmine. Terlebih dengan hubungan mereka yang tidak baik saat ini.

Tapi Arjuna terus menenangkan Cahaya, dan meyakinkannya. Dia tersenyum ke arah Cahaya sebelum akhirnya mengetuk pintu.

Tok...X3

Setelah ketukan yang ketiga pintu terlihat terbuka. Dari dalam tampak Jasmine dengan penampilannya yang acak-acakan dan aroma alkoh0l samar yang menguar dari mulutnya.

Ia menatap Arjuna dan Cahaya dengan kaget, namun tatapannya berubah tajam saat melihat mereka bergandengan tangan. Tepat di hadapannya.

"Ada urusan apa kalian datang ke sini?!" tanyanya, suaranya meninggi. Urat lehernya menonjol, dan wajahnya tampak tegang.

Cahaya tahu jika Jasmine pasti akan marah dan kaget melihat dirinya dan Arjuna datang ke rumahnya. Tapi yang membuatnya lebih terkejut saat ini adalah penampilan Jasmine. Jasmine terlihat mabuk.

"Jas, kamu minum alkoh0l ya?" Cahaya mendekat, tangannya hendak menyentuh pipi Jasmine. Tapi Jasmine langsung menepis tangan mamanya dengan kuat. Matanya melotot tajam, menatap Cahaya dengan geram.

"Kalo iya emangnya kenapa? Masalah buat mama?!" tanyanya dengan nada ketus, suaranya sedikit meninggi.

"Jasmine, jangan minum alkohol dong. Nggak baik buat kesehatan, penampilan kamu juga berantakan banget. Kamu habis berapa botol alk0hol tadi?" Cahaya tampak sangat khawatir dengan kondisi Jasmine.

Tapi Jasmine yang mendengar kekhawatiran mamanya malah semakin marah. Dia menganggap mamanya adalah orang yang munafik.

"Aku nggak butuh nasehat mama! Sekarang mama sama Arjuna pergi aja dari sini, kedatangan kalian bikin moodku bertambah bvruk! Pergi, pergi!" Jasmine mengibaskan tangannya ke arah mamanya dan Arjuna, menyuruh mereka pergi dengan nada yang kas4r.

Cahaya merasa sedih melihat Jasmine mengusir mereka. Ia pun mundur ke belakang, berdiri sejajar dengan Arjuna. Ia menoleh ke arah Arjuna, begitupun Arjuna yang menoleh ke arahnya.

"Biar aku yang ngomong sama Jasmine," kata Arjuna lirih, tapi walaupun lirih suaranya itu masih terdengar jelas di telinga Jasmine.

Arjuna menoleh ke arah Jasmine, wajahnya tak kalah gugup dengan Cahaya. Ia berusaha menenangkan debar jantungnya yang tak karuan, lalu berkata, "Ehm, Jas, kami datang ke rumahmu ini karena ingin---" Belum selesai Arjuna bicara, Jasmine langsung menyela.

"Karena mau jujur sama aku kan, soal hubungan kalian itu?! Aku tau kalian berdua punya hubungan spesial di belakangku, kalian pacaran, iya kan?!" Keluar sudah unek-unek Jasmine. Dia mengeluarkan apa yang selama ini membebani pikirannya, yang setelah dia bertemu dengan Elin.

Emosinya tidak terkontrol sekarang. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras dan matanya melotot tajam menatap ke arah Arjuna dan Mamanya.

Kedua orang yang ada di hadapannya itu terlihat terkejut. Mereka sama sekali tidak menyangka Jasmine sudah mengetahui hubungan mereka. "Jasmine, kamu tau nak?" tanya Cahaya.

"Lo tau darimana Jas?" tanya Arjuna.

Jasmine mengangkat tangannya, jari-jarinya menunjuk ke arah Mamanya dan Arjuna. "Tau dari mana itu bukan urusan kalian!" Tangannya perlahan turun, matanya menatap tajam ke arah Arjuna.

"Lo jahat sama gue Jun. Gue kira Lo temen gue, orang yang bisa gue percayai dan jadi tempat curhat buat gue. Tapi ternyata gue salah. 

Lo cuma cowok bre-ng-sek yang harusnya nggak gue kenal. Gue nyesel pernah temenan sama Lo!" Kekecewaan terpancar jelas dari wajahnya. Jasmine tak menyangka akan mengatakan semua ini saat ini, apalagi di depan Mamanya dan Arjuna yang baru saja mengungkapkan hubungan mereka. Rasanya seperti mimpi buruk.

Arjuna tercekat mendengar ucapan Jasmine. Begitupun dengan Cahaya. Ia pun menimpali, "Jas, kamu tenang dulu ya. Biar kita jelasin semuanya," kata Cahaya.

Dia sangat berharap Jasmine mau mendengarkan mereka dan merestui hubungan mereka. Tapi dari ekspresi wajahnya dan kata-katanya sepertinya akan sulit untuk Jasmine melakukan semua itu.

Jasmine mengangkat tangannya, telapak tangan terbuka lebar, mengarah ke mamanya. "Stop! Gue nggak butuh penjelasan apapun dari Lo, nenek tua! Gue nggak butuh Lo dan pria bre-ng-sek ini di sini. 

Jadi sebelum gue panggil orang-orang buat ngusir kalian, lebih baik kalian segera pergi dari sini. Pergi!!" Serunya. Tangannya mengepal, menyisakan jari telunjuk yang ia arahkan ke arah lain.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!