Pernikahan Beda Usia

Selesai makan siang Arya langsung pamit untuk kembali ke kantornya, sedangkan Keisha membereskan meja makan. Saat sedang menaruh piring kotor ke tempat cuci piring, ibunya datang dan menghentikan kegiatannya.

"Nak, boleh Mama sama papa bicara sama kamu sebentar?" tanya Violetta.

"Boleh, Ma. Ada apa?" tanya balik Keisha.

"Ikut Mama ke kamar Mama yuk. Papa juga sudah menunggu di sana," ajak Violetta.

"Ke kamar Mama? Ada apa sih, Ma? Kelihatannya serius sekali?" Keisha merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang tuanya.

"Ikut Mama dulu, Nak." Violetta menarik tangan Keisha, membawanya keluar dari dapur.

Keisha masih menurut dan mengikuti ibunya sampai ke kamar mereka. Di sana sudah ada papanya yang menunggu. Beliau duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu.

"Duduk dekat Papa sini, Nak." Evano menepuk sisi kirinya, meminta pada Keisha untuk duduk bersamanya.

"Iya, Pa." Keisha berjalan ke dekat papanya dan duduk tepat di sebelahnya di oleh Violetta.

"Ada apa Pa, Ma? Kenapa kalian terlihat sangat serius?" Rasa penasaran Keisha makin besar melihat wajah serius kedua orang tuanya.

"Nak, Mama mau tanya sama kamu? Boleh, 'kan?" tanya Violetta.

"Boleh, Ma," jawab Keisha. "Mama mau tanya apa?" tanya Keisha.

"Menurutmu ... bagaimana Arya? Maksud Mama menurutmu Arya itu orangnya bagaimana?" tanya Violetta.

"Emmmm ...." Keisha menyangga dagunya dengan tangannya, ia tengah berpikir mengenai Arya.

"Dia itu laki-laki yang baik, meskipun terkadang bikin kesal," jawab Keisha.

"Ada apa sih, Ma? Kenapa kalian tiba-tiba bertanya mengenai pria itu?" Giliran Keisha yang bertanya kepada kedua orang tuanya.

"Nak ...." Evano menggenggam tangan Keisha.

"Kamu sudah sendiri sekarang. Kami berharap kamu bisa kembali menemukan pria yang baik untuk mendampingi kamu lagi, Nak," ucap Evano.

"Maksud Mama sama Papa sih? Keisha tidak mengerti? Lalu hubungannya dengan mas Arya itu apa?" tanya Keisha.

"Dari yang kami lihat selama ini Arya sepertinya suka sama kamu," ucap Violetta.

"Tidak mungkin, Ma, Pa." Keisha menepis apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya.

"Tapi kami yakin, Nak," ucap Violetta.

"Bagaimana kalian yakin? Apa dia juga mengatakan langsung pada kalian?" tanya Keisha.

"Belum," jawab Violetta.

"Lalu kenapa kalian begitu yakin?" Nada bicara Keisha terdengar kesal.

"Nak, dengerin Papa." Evano mengusap pundak Keisha, mencoba menenangkan Keisha.

"Kami hanya ingin kamu membuka hati kamu untuk pria lain. Kembali membina hubungan baru," ucap Evano.

"Dan kami yakin pada Arya. Dia pria yang baik," ucap Evano.

"Keisha tahu, Pa, Ma. Tapi jika apa yang dikatakan oleh Papa sama Mama itu benar mengenai mas Arya, Keisha juga belum bisa. Keisha belum siap untuk kembali menjalin hubungan lagi." Keisha menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Kei ...." Violetta menyentuh pundak Keisha, mengusapnya berharap bisa menenangkan anaknya.

"Ma, Pa, tolong jangan bahas tentang pernikahan Keisha yang kedua lagi. Keisha benar-benar tidak sanggup, Keisha juga takut jika apa yang Keisha alami pada pernikahan Keisha yang kedua atau bahkan mungkin pernikahan Keisha yang ketiga akan berakhir sama seperti pernikahan pertama Keisha." Keisha tidak bisa lagi membendung air matanya.

Violetta dan Evano ikut sedih melihat Keisha menangis, mereka sadar mungkin sudah terlalu memaksa anaknya untuk kembali menikah. Keduanya memeluk dan juga meminta maaf pada anak perempuan mereka.

"Maafkan Mama sama Papa ya. Mama sama Papa sudah memaksa kamu untuk menikah lagi," ucap Violetta.

"Kami janji tidak akan mendesakmu untuk segera menikah lagi." Evano mencium ujung kepala Keisha.

"Iya, Pa, Ma. Maafkan Keisha sudah membuat kalian kecewa," ucap Keisha disambut gelengan kepala oleh kedua orang tuanya.

Violetta dan Evano menarik diri mereka dari Keisha. Keduanya bersama-sama mengusap air mata yang ada di pipi Keisha.

"Jangan sedih lagi ya," ucap Violetta yang langsung dianggukki oleh Keisha.

"Keisha balik ke kamar Keisha dulu ya Ma, Pa," izin Keisha.

"Iya, Nak," ucap Violetta diikuti anggukan kepala Evano.

Keisha keluar dari kamar kedua orang tuanya. Ia berjalan menaiki anak tangga dengan berlari kecil. Sampai di kamarnya, Keisha mengunci pintu dari dalam. Ia menyenderkan kepalanya, beberapa detik kemudian tubuhnya merosot ke lantai. Keisha kembali terisak ketika mengingat desakan dari orang tuanya.

Meskipun dirinya sudah melupakan dan menerima apa yang terjadi pada pernikahannya, tetapi untuk kembali menjalin hubungan baru lagi dengan pria lain, Keisha merasa belum siap. Bayangan perselingkuhan yang dilakukan oleh Miko dan Mayang masih menghantuinya. Keisha juga takut, pernikahannya nanti akan kembali bernasib sama seperti pada pernikahannya dengan Miko.

*****

Keesokan harinya!

Sejujurnya Keisha merasa malas untuk datang ke pesta ulang tahun sahabat lamanya, Zio. Selain karena sedih dengan permintaan kedua orang tuanya, Keisha juga merasa malas untuk bertemu dengan Mayang. Namun, Zio terus memaksa, membuat Keisha menjadi tidak enak hati sendiri. Keisha akhirnya mau datang, itung-itung reunian dan mencari hiburan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Keisha juga sudah siap untuk berangkat. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Keisha masuk ke mobilnya.

Keisha mengendarai mobil yang merupakan hadiah dari kedua kakak kembarnya. Sebenarnya acaranya masih dua jam lagi, tetapi Keisha memilih untuk berangkat lebih awal. Keisha tahu jalanan pasti akan padat pada jam itu.

Benar dugaan Keisha, baru dirinya keluar dari pintu gerbang perumahan, dirinya sudah dihadang oleh kemacetan. Keisha mengembuskan napasnya dengan kasar, ia harus memiliki kesabaran ekstra ketika berhadapan dengan kemacetan.

Saat mobilnya berhenti di tengah-tengah kemacetan, Keisha duduk dengan menyenderkan kepalanya pada punggung kursi, tangannya tetap memegang kemudi, bersiap jika sewaktu-waktu mobilnya harus melaju.

Pandangan Keisha tetap menatap lurus ke depan, memerhatikan mobil-mobil di depan mobilnya yang sama-sama terjebak kemacetan. Melihat semua itu, Keisha merasa sangat bosan. Mendadak Keisha teringat akan Arya, saat terjebak macet dengan pria itu rasanya tidak se-bosan saat dirinya terjebak macet sendiri.

"Ck, kenapa aku jadi memikirkan tentang pria menjengkelkan itu?" gerutu Keisha.

"Kemarin dia sudah membuat aku sampai tersedak. Awas saja, lain kali aku akan membalasnya," lanjut Keisha.

Satu setengah jam terjebak dalam kemacetan sudah sangat membuat Keisha bosan dan lelah. Beruntung kemacetan itu sudah berakhir dan Keisha bisa kembali melajukan mobilnya dengan lancar.

Sampai di tempat tersebut tujuannya, Keisha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Ternyata susah sekali mencari tempat untuk memarkir mobil di tempat hiburan malam.

Keisha merasa lega, setelah berputar-putar akhirnya ia menemukan tempat kosong untuk memarkirkan mobilnya. Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, Keisha turun dari mobil. Mungkin nasibnya sedang tidak baik, karena saat Keisha turun, ada seseorang juga yang turun dari mobil yang terparkir di sebelah mobilnya, ternyata orang itu adalah Mayang.

"Dia lagi, dia lagi," batin Keisha.

Harusnya Keisha tidak harus merasa terkejut saat melihat Mayang ada di tempat yang sama dengannya. Akan tetapi, tidak secepat itu juga bertemu dengannya.

"Hai, Kei. Apa kabar?" tanya Mayang.

"Jangan basa-basi. Apa yang ingin kamu katakan padaku," ucap Keisha.

"Kamu sangat pintar karena sudah bisa menebak apa yang sedang aku pikirkan," ucap Mayang.

"Baiklah, akan aku katakan. Apa kamu tidak melihat mobilku? Ini mobil keluaran terbaru loh," ucap Mayang.

"Terus, aku harus bilang 'wow' gitu?" sindir Keisha.

"Tidak perlu, tapi kalau kamu mau, silahkan," ucap Mayang.

Tidak sudi!

"Mobil ini mas Miko yang membelikannya. Dia bilang untuk hadiah ulang tahunku kemarin," jelas Mayang.

"Hubungannya dengan aku apa?" Keisha memainkan ujung kukunya, mencoba tidak peduli dengan kata-kata Mayang yang sebenarnya ingin pamer.

"Aku tahu mas Miko tidak pernah memberikanmu hadiah mahal seperti ini. Jadi ... aku harap kamu jangan iri ya," ejek Mayang.

Keisha tertawa setelah mendengar perkataan Mayang yang terkesan sedang pamer.

"Untuk apa aku merasa iri? Kalau aku mau mobil baru, aku tinggal telepon om Erlangga dan menyebutkan mobil apa yang aku mau. Aku jamin, tidak sampai satu jam mobil yang aku inginkan akan ada di hadapanku," balas Keisha.

Kata-kata yang Keisha ucapkan berhasil membungkam mulut Mayang. Perempuan itu sama sekali tidak membalas apapun perkataan Keisha. Di dalam hatinya Keisha tertawa sangat puas melihat wajah kesal Mayang. Untuk membuat Mayang marah itu sangatlah gampang bagi Keisha.