Fitri terpaksa bersedia ikut tuan Tama sebagai jaminan hutang kedua orang tuanya yang tak mampu mwmbayar 100 juta. Dia rela meski bandit tua itu membawanya ke kota asalkan kedua orang tuanya terbebas dari jeratan hutang, dan bahkan pak Hasan di berikan uang lebih dari nominal hutang yang di pinjam, jika mereka bersedia menyerahkan Fitri kepada sang tuan tanah, si bandit tua yang beristri tiga. apakah Fitri di bawa ke kota untuk di jadikan istri yang ke 4 atau justru ada motif lain yang di inginkan oleh tuan Tama? yuk kepoin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis kriminal
"kalau begitu silakan tuan simpan kembali roti dan air itu, saya tidak membutuhkannya. Saya lebih baik mati terkurung di tempat ini daripada harus melayani hasrat tuan yang tidak bermoral itu." ucap Fitri dengan tegas meski dari nada suaranya terdengar lemah dan tak berdaya.
"Bahkan dalam keadaan seperti ini kau masih sombong sekali, gadis sok jagoan." Tio menarik paksa hijab instan yang dikenakan oleh Fitri, hingga hijab itu terlepas dari kepala gadis itu . "Kita lihat seberapa kuat kau bisa melawan keinginan gue." pekik Tio.
"ternyata kau cantik juga gadis sok jagoan!" Tio memandangi Fitri yang tampa hijab. Satu tangannya membelai lembut wajah Fitri hingga ke kepala, mengusap rambut hitam Fitri yang tergerai panjang. Namun, perlahan belaian lembut berubah menjadi sebuah tarikan kasar, menarik tiap helai rambut Fitri. Fitri meringis kesakitan seakan rambutnya merasa tercabut dari kulit kepalanya. Fitri menarik nafas sembari memejamkan mata, tak kuasa ia untuk berteriak apalagi meronta. Ia sudah pasrah dengan kondisi nasibnya saat ini. Andai saja diberikan kekuatan, tentu Fitri akan menghajar habis-habisan pemuda yang bernama Tio ini seperti kemarin.
"Ayo!! Gadis jagoan. Lawanlah gue! gue tahu, lo memiliki kemampuan menghajar seseorang. lu memang berbeda dari gadis lainnya , tapi sayang, itu tidak berlaku buat lo saat ini. Lu saat ini berada dalam kendali gue sepenuhnya." kata Tio dengan senyum sinisnya.
"lepaskan saya tuan. Pergilah dari sini, biarkan saya sendiri. Jangan ganggu hidup saya." kata Fitri, meminta bekas kasihan dari Tio.
"tidak akan, lo harus bayar mahal atas apa yang sudah lo lakukan sama gue. Lo udah buat gue terluka. Jadi lo harus bayar semua itu sekarang juga."
Sementara juragan Wira saat itu sedang mencari keberadaan Fitri, entah mengapa firasatnya tak enak. "honey... kenapa wajahnya di Tekuk begitu? kusut amat?" Tasya datang merengek pada juragan Wira.
"aku sedang mencari Fitri, apa kau melihatnya?" tanya juragan Wira.
"Fitri? gadis kriminal itu? ngapain honey mencari dia?" Seketika wajah Tasya berubah menjadi kesal.
"kau tau dimana Fitri?" juragan Wira nampak merasa curiga melihat sikap istri ketiganya itu.
"ngapain aku harus jaga dia? emang harus aku tau dimana gadis kriminal itu?!!" Tasya tampak tak suka di saat sang suami menanyai pembantu baru itu.
"kau tau sesuatu tentang Fitri?" sekali lagi Wiratama menanyakan hal yang sama.
"apa sih, honey. Jangan rusak mood aku deh. Apa pentingnya coba kita membicarakan dia. Mending kita bahas mobil baru yang aku inginkan itu. Daripada bicara gadis kriminal itu, gak jelas." Tasya membuang muka, ia sengaja menyembunyikan kegugupannya di mata sang suami.
"kenapa kamu dari tadi mengatai Fitri sebagai gadis kriminal? memangnya apa yang sudah di lakukan Fitri?"
"nggak, gak ada apa apa, kok. Pengen aja aku katain dia gadis kriminal. Habisnya dia galak. Kalau bicara gak ada sopan sopannya." Tasya semakin gugup.
"jangan bohong kamu, Tasya. Aku tidak suka jik kau menyembunyikan sesuatu dariku. apalagi jika itu mengenai Fitri." Wiratama menarik rahang Tasya dengan kasar, ia tau istri ke tiganya itu sedang berbohong dan menyembunyikan sesuatu darinya.
"apa sih, honey. Teganya kamu berbuat kasar demi gadis kriminal itu? Aku ini istrimu. Siapa dia sampai kamu bela belain dia seperti ini
Aku tak Terima, honey." Rengek Tasya. Ia tau, jika sudah merengek, maka juragan Wiratama akan luluh hatinya dan melembutkan sikapnya.
"cepat katakan! Aku tak suka bermain main seperti ini. Ayoo katakan!" bentak Juragan Wira.
"iya... iya... aku ngaku. Tapi janji, jika aku jujur, aku akan di belikan mobil baru itu, iya kan honey..!!" Rengek Tasya, berharap Wiratama tak akan marah dan akan memberikan apa yang ia inginkan.
"iya, cepat katakan!" kata Wiratama, nada suaranya terdengar mendesak.
"honey, aku kesal sama Fitri, dia telah menyerang adikku, Tio. Kamu kan tau honey, Tio memiliki luka operasi di bagian perut karena kecelakaan. Fitri telah melukai Tio, dan luka di perut Tio hampir sobek lagi. Aku kesal. karena itulah aku menghukum Fitri di ruang kosong di samping rumah." Tasya akhirnya berkata jujur.
"apa? di hukum?" Wira tampak terbelalak kaget, spontan pria tua itu bangkit, dan meninggalkan Tasya yang masih duduk di sofa.
"honey, kok malah pergi sih, mobilnya gimana? jadi, kan beliin aku mobil?" Teriak Tasya di saat snag suami malah pergi dan tak terlihat.
"ih, honey, kamu ngeselin deh. Lagi lagi ini gara gara gadis kriminal itu." gumam Tasya.
Sementara itu Juragan Wira langsung menuju samping rumah, dimana di sana ada sebuah ruangan kosong yang tak di tempati.
"Ayoo, Fitri! buka pakaian lo! gue udah gak sabar." Di dalam ruangan kosong itu, Tio menarik paksa pakaian Fitri, hingga kemeja yang ia kenakan sobek di bagian belakang.
"jangan tuan, jangan lakukan ini." Fitri berderai airmata. Dia ingin melawan, namun tenaganya benar benar sudah lemas. Fitri pasrah, hanya do'a dalam hati yang selalu ia panjatkan, berharap akan ada keajaiban yang akan datang menolongnya.
Disaat tarikan kuat tangan Tio hampir keseluruhan melepas kemeja Fitri, Tio sejenak menghentikan aksinya. Ia menatap Fitri dengan tatapan buas. Senang dan bahagia, itulah yang di rasa Tio, apalagi di saat pemuda itu melihat fitri tampak menangis dan tak berdaya. "lo begitu cantik, Fitri. Andai lo melepas seluruh pakaian ini, kau pasti akan terlihat lebih wau..." lirih Tio.
"ini adalah momen langka, gue akan abadikan momen ini di ponsel gue. Gue akan ambil gambar Fitri." gumam Tio. Tio lekas merogoh ponsel di saku jaketnya, ia mengambil ponsel itu.
"Ayo, Fit. Lepaskan kemeja dan rok lo. Lo pasti akan cantik. Gue siap mengambil gambar lo, biar lo jadi terkenal." Tio terkekeh, pikiran kotor sudah menyelimuti akal pikirannya. Membayangkan bagaimana Fitri akan menjadi model dan koleksi di galeri ponselnya. Dan dengan bangganya, ia akan memamerkan hasil jepretan itu pada teman teman kampusnya.
Namun, ketika tangan Tio hendak menarik kemeja Fitri yang tinggal sedikit lagi akan terlepas, Tiba-tiba pintu terbuka. Tio urung menarik kemeja Fitri, fokusnya teralihkan pada pintu. "Kakak ipar?" bola mata Tio nyaris terlepas saat ia mendapati juragan Wira sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah yang memerah dan tangan yang terkepal.
"kurang ajar sekali kau, beraninya bermain main dengan Fitri tanpa seijin ku. "plak...!!" juragan Wira langsung memberikan tamparan keras ke pipi Tio.
"ampun, juragan. Saya... saya.. hanya...!!" Tio tergagap, ia tak tau harus menjelaskan apa pada kakak iparnya ini.
"plak...!!" satu hamparan lagi mendarat di pipi sebelah Tio, membuat kedua sisi kanan dan kiri pipi Tio memanas.
"berikan ponsel itu, beraninya kamu mengambil gambar gadis yang sudah tak berdaya seperti Fitri." amarah Juragan Wira benar-benar sudah tak terbendung lagi.
"tidak, juragan. Saya belum mengambil gambar apapun. Saya berani sumpah." kini Tio yang berusaha meminta belas kasihan dari kakak iparnya itu. Tio tau, bagaimana keganasan Juragan Wira jika sedang marah.
Namun, juragan Wira sudah tak mau tau dan tak ingin mendengar penjelasan apapun dari Tio, Juragan Wira langsung mengambil ponsel di tangan Tio, dan membanting nya hingga hancur berkeping-keping.
"jangan juragan! aku minta maaf. Aku minta maaf." Tio bersimpuh dan meminta maaf pada juragan Wira.
Sementara Fitri hanya bisa menatap semua itu dengan tatapan lemah dengan pandangan mata yang berkaca kaca. Perlahan kesadaran Fitri mulai goyah, pandangan kabur dan kemudian ia pun mulai kehilangan kesadaran.