~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih bersamamu Part 2
Setelah beberapa saat Kirana menunggu di kamar Rangga, akhirnya Rangga pun kembali dengan membawa paper bag yang berisi barang-barang yang dibutuhkan oleh Kirana.
Rangga mengetuk pintu kamarnya sendiri sebelum masuk, tentu saja karena ada Kirana di dalam kamar tersebut, jadi tidak mungkin dia langsung masuk begitu saja meskipun itu merupakan ruangan pribadinya sendiri.
Kirana mempersilahkan Rangga masuk ke dalam kamar, dia sedikit salah tingkah sebab ini kali pertama dia berdua saja dengan Rangga dan dengan suasana yang sedekat dan seintim ini.
Rangga menatap lekat gadis yang telah berhasil menyita seluruh perhatiannya akhir-akhir ini, dan sungguh Rangga begitu betah menatap gadis di hadapannya ini berlama-lama, seolah ia tidak merasa bosan sedikitpun, dan itu membuat Kirana menjadi semakin tersipu malu.
"Mas Rangga kenapa liatin aku seperti itu sih?" tanya Kirana seraya memicingkan satu netra indahnya.
"Tidak kenapa-kenapa, aku cuma suka sekali melihatmu dari jarak sedekat ini, oh ya, tadi kan aku suruh Kamu pake bajuku dulu, kenapa belum dipakai?" tanya Rangga penasaran.
"Tidak ada yang pas, tidak ada yang cocok, aku tidak suka pakai baju yang model begituan," jawabnya pelan.
"Terus kamu berharap apa, ya bajuku seperti itu semua modelnya, tidak ada yang warna pink atau bergambar hello kitty, jadi maaf kalau tidak sesuai dengan seleramu," jelasnya sambil menahan tawa yang hampir meledak karena mendengar penjelasan Kirana yang terdengar lucu menurutnya.
"Sungguh gadis yang menggemaskan sekali." ucap Rangga dalam hatinya.
"Terus Mas Rangga bawain aku apa aja nih?" tanya Kirana lagi dengan penasaran.
Kemudian Rangga menyodorkan paper bag yang dibawanya tadi yang berisi pakaian lengkap, Kirana tersenyum melihat isi di dalamnya.
Ada dress selutut berwarna biru tosca lengkap dengan pakaian dalam seperti yang diminta Kirana tadi, terlihat Kirana sangat menyukai apa yang diberikan Rangga untuknya.
"Biru ya, ... kebetulan saja atau Mas Rangga tahu kalau aku menyukai warna biru?" tanya Kirana sambil tersenyum.
"Aku tau kamu akan menyukainya ... pakailah," katanya kemudian.
"Ya udah, aku makainya di kamar mandi ya," ucap Kirana sambil membawa paper bag yang berisi pakaian tersebut.
Sementara menunggu Kirana selesai berganti baju, Rangga duduk di atas tempat tidurnya.
Dilihatnya ponsel Kirana yang tergeletak begitu saja di atas nakas samping tempat tidurnya, entah mengapa tiba-tiba Rangga sangat tergoda untuk membuka ponsel tersebut.
Dan benar saja Rangga tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh benda pipih itu, kemudian dia pun mengambil ponsel itu dan membukanya dengan mudah sebab tidak di kunci oleh pemiliknya.
Rangga melihat begitu banyak panggilan dan pesan yang dikirim oleh Satya.
Dadanya terasa begitu bergemuruh ketika melihatnya, bukankah itu wajar jika Satya menghawatirkan Kirana dan bukankah tidak ada alasan untuk Rangga menjadi marah atau cemburu seperti ini, toh dia bukan siapa-siapanya Kirana.
Tapi entah berawal dari mana, perasaan Rangga kini malah berubah menjadi semakin dalam, sungguh jika bisa demi apapun Rangga ingin memiliki Kirana untuk dirinya sendiri.
Rangga masih menggenggam ponsel milik Kirana di tangannya ketika tanpa ia sadari Kirana sudah berdiri di depannya,
Kirana seolah tahu apa yang tengah dirasakan oleh Rangga makanya dia hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata sebab dia sendiri juga tidak tau harus mengatakan apa.
"Sudah selesai, Ki? ... maaf aku melamun sehingga tidak menyadari kalau kamu sudah ada di sini, maaf juga untuk ini," ucap Rangga sambil menyodorkan ponsel milik gadis itu.
Raut mukanya terlihat sangat masam jelas sekali tatapan matanya tengah diliputi perasaan cemburu yang tidak bisa dia sembunyikan.
"Kenapa, Mas?" tanyanya lirih.
Rangga menarik Kirana agar lebih dekat dengannya, dan Kirana membiarkan begitu saja ketika Rangga memeluknya dengan erat, dengan posisi Rangga masih terduduk di tepi tempat tidur.
Jantung Kirana berdegup dengan sangat kencang, saking kencangnya mungkin Rangga bisa saja mendengar detaknya dengan jelas saat ini, sebab tidak ada jarak lagi di antara mereka berdua, mereka begitu dekat tanpa ada sekat sedikitpun,
Kirana dapat merasakan hangat hembusan nafas Rangga di sekitar perutnya yang rata, sementara kedua tanga Rangga melingkar kuat di atas pinggangnya.
"Jangan pergi," ucap Rangga lirih seraya mengeratkan pelukan tangannya di pinggang kirana.
Kirana menunduk, diusapnya rambut hitam milik Rangga dengan begitu lembut dan hati-hati.
"Jika semua ini adalah salah, maka aku ingin tetap menjadi salah, aku tidak peduli, aku hanya ingin seperti ini," ucap kirana lirih.
Rangga mendongakkan kepalanya, ditatapnya gadis di hadapannya dengan lekat, sungguh banyak hal yang ingin dia utarakan saat ini tapi dia takut tidak punya cukup waktu untuk mengatakannya, maka biarlah seperti ini, menatap wajah cantik itu sepuasnya tanpa banyak kata, dan merekamnya pada sedalam-dalamnya ingatan.
"Kamu mau aku antar ke mana, pulang atau ke mana? lanjutnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
kirana diam sejenak kemudian berkata,
"Aku ingin menghabiskan waktu denganmu Mas, walaupun cuma sebentar, bawa aku ke mana saja asal bersamamu," ucapnya dengan begitu yakin.
"Baiklah ... as your wish, Kirana putri, saat ini Kamu adalah milikku," ucapnya sambil bangkit dari duduknya, dan kini dia sudah berdiri tepat di depan Kirana tanpa sekat dan tanpa jarak sedikitpun.
Dibelainya bibir merah muda itu dengan lembut sebelum akhirnya dia mendaratkan ciuman manis di bibir gadis itu, sebuah ciuman yang begitu lembut dan dalam.
Kirana pun menyambut ciuman itu dengan tanpa penolakan sama sekali
dan sungguh ia juga menikmatinya,
ciuman Rangga semakin lama semakin dalam dan menuntut, nafas mereka sampai terengah-engah di sela ciuman panas tersebut.
Rangga melepaskan ciumannya sebab sepertinya Kirana sudah mulai kehabisan nafas, terlihat dari dari ritme nafasnya yang tidak beraturan.
Rangga tersenyum dan kembali membelai bibir kirana yang nampak semakin merah akibat ciumannya tadi, bibir itu entah bagaimana bisa dalam sekejap mampu membuatnya menjadi candu.
"Manis sekali ..." lirihnya.
Ini benar-benar gila, tidak pernah Kirana segila ini dalam hidupnya, mencium lelaki yang bukan siapa-siapanya.
Tapi apakah status itu penting jika pada kenyataannya perasaan mereka jauh lebih terikat dari pada status hubungan mana pun.
Mereka masih terdiam, sama-sama masih menikmati rasa yang luar biasa indah dan suasana yang mendebarkan ini.
Dan jika ada satu kata yang bisa menjelaskan semua, maka itu adalah "cinta".
Hanya cinta jawaban atas segala rasa yang bergejolak hebat ini, rasa yang begitu gila namun juga memberi kebahagiaan di saat yang bersamaan.
"Kamu ingin ke mana, Ki? aku akan membawamu kemanapun yang kamu inginkan," tanya Rangga memecah keheningan.
"Ke pantai ... bukankah, Mas Rangga pernah berjanji mau mengajakku ke pantai waktu itu?" tanyanya.
"Tentu saja aku ingat, tapi ini sudah malem, serius kamu mau ke pantai?"
"Kan kata Mas Rangga pantainya deket," sahutnya sedikit memaksa.
"Baiklah ... baiklah seperti yang kamu mau, aku akan membawamu ke sana," kata Rangga sambil tersenyum mengiyakan permintaan kirana.
Akhirnya Rangga mengajak Kirana keluar, setelah terlebih dahulu Mereka berdua berpamitan kepada Ibunya Rangga, dia mengatakan ingin mengantar Kirana pulang, tapi tentu saja itu hanya alasan saja, karena mereka tidak benar-benar pulang melainkan ingin menghabiskan waktu berdua.
Rangga menjalankan mobilnya dan membawa Kirana ke tempat yang sangat disukainya, yaitu pantai.
Sekitar setengah jam kemudian Mereka sampai di salah satu pantai terkenal di Jogja, pantai yang indah namun sedikit sepi karena hari sudah malam, tapi justru itu membuat suasana menjadi lebih indah sebab suara debur ombak begitu jelas mendominasi indera pendengaran.
"Entah apa indahnya pantai di malam-malam begini, ... tapi apapun untukmu, Kirana," ucapnya sambil menggandeng tangan Kirana keluar dari mobil.
Malam yang begitu cerah, mereka bergandengan tangan menyusuri tepi pantai berdua.
"Mas Rangga tau nggak kenapa aku sangat menyukai pantai?" tanya Kirana seraya tersenyum.
"Kenapa memangnya?" tanyanya.
"Lihat ini, pasir ini, aku sangat suka merasakan pasir pantai yang menyentuh telapak kakiku, dan suara ombak ini, Mas Rangga dengar, kan ...? indah sekali bukan? tidak peduli meskipun malam-malam seperti ini, aku tetap menyukainya," jelasnya dengan raut muka yang penuh senyuman
Rangga ikut tersenyum melihat gadis yang dicintainya begitu girang hanya dengan melihat pantai di malam hari.
"Sungguh ... aku ingin memberikan seluruh kebahagiaan untukmu,"
ucap rangga dalam hati.