18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.
"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA
"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Di sebuah pesta, Danu bertemu dengan para petinggi perusahaan. Mereka saling menyapa, dan sedikit mengobrol. Salah satunya dengan CEO dari Bom and Food. Anjar Dhaniswara, Danu sangat menghormati CEO dari perusahaan yang mengolah berbagai makanan dengan kualitas yang teruji BPOM dan halal MUI. Bagi Danu, Anjar adalah pebisnis dengan segudang prestasi sekaligus guru. Anjar selalu mengajari Danu untuk berbisnis dengan cara yang bersih, bukan dengan cara yang kotor.
"Danu" Sapa Anjar lalu menjabat tangannya
"Pak Anjar"
"Kan sudah di bilang, panggil Abang kalau di luar pekerjaan"
"Iya bang" sahutnya tersipu. "Apa kabar bang?"
"Baik Nu" jawab Anjar seraya melirik ke sekeliling pria di depannya. "Datang sendiri atau dengan istri?" tanyanya masih dengan melirik ke kanan dan kiri.
"Sama istri bang, abang sendiri sama siapa?"
"Sama istri juga, itu lagi ngobrol sama wanita berhijab, pake gaun warna biru navy" jawab Anjar seraya menunjuk ke arah istrinya dengan jari telunjuk. Danu pun mengikuti kemana arah tangan Anjar jatuh.
"Dimana istrimu Nu?"
"Yang sedang ngobrol sama istri abang, itu istriku bang"
"Oohh jadi itu istrimu, jangan di tinggal-tinggal, nanti ada yang nyulik"
"Ah abang bisa saja"
Mereka berdua tersenyum tipis.
"Mami" Anjar sedikit berteriak memanggil istrinya. Diana pun menoleh, dia tampak berpamitan pada wanita yang sedang ngobrol dengannya, yang tak lain adalah Nina.
Diana menghampiri suaminya dan juga Danu, tanpa Diana ketahui, Nina mengekor di belakang Diana hendak menghampiri suaminya.
"Mami tahu, siapa yang ngobrol sama mami barusan? tanya Anjar saat Diana sudah berada di dekatnya.
"Tidak tahu pi, tadi mama lihat dia sedang sendirian, jadi mami temenin ngobrol, kita sempet kenalan tadi namanya mba Nina"
Tahu-tahu Nina sudah berdiri di hadapannya, di samping Danu.
"Ini istrinya Danu mom, CEO termuda menurut majalah eksplor, kenalin mom"
Diana menangkupkan kedua tangan saat berkenalan dengan Danu, begitu juga dengan Danu. Nina yang sudah berada di samping Danu menyalami Diana untuk yang kedua kalinya.
"Wah ternyata mba Nina ini istri seorang presdir" canda Diana frontal.
Nina pun tersenyum menanggapi candaannya.
"Sudah punya anak berapa Nu?"
"Belum punya bang" jawab Danu.
"Ayo tiap malam di coba, aku saja yang sudah empat anak pengin nambah lagi"
Nina membulatkan matanya, seolah tidak percaya "Mba Diana sudah memiliki empat anak?"
Diana mengangguk seraya tersenyum.
"Mba Diana hebat, sudah punya anak empat Masih terlihat sangat muda dan cantik" puji Nina tulus.
"Ah bisa saja, lihatlah! mba Nina juga sangat cantik, beruntung sakali mas Danu, punya istri cantik dan sholehah" Diana dan Nina saling memuji, membuat Danu sekilas memindai wajah Nina yang memang sangat cantik malam ini.
"Tuh kan Nu, kalau istriku sudah bilang cantik itu artinya memang dia benar-benar cantik, awas jangan di tinggal sendirian, barang langka ini" ledek Anjar yang membuat mereka tertawa renyah.
Selain membicarakan tentang istri cantik dan sholehah, Danu dan Anjar pun terlibat pembicaraan mengenai bisnis mereka masing-masing. Sedangkan Diana dan Nina tampak membicarakan tentang seputar rumah tangga, Ninapun banyak menanyakan tentang anak-anak Diana.
Hampir pukul sebelas, Danu dan Nina meninggalkan pesta rekan bisnisnya. Nina sungguh tidak menikmati acaranya, kalau saja Diana tidak mengajaknya mengobrol, mungkin dia akan kabur dari pesta itu, karena Danu benar-benar tidak menganggap keberadaannya. Pria itu sibuk sendiri dengan para rivalnya dan rekan bisnisnya.
Sesampainya di rumah, mereka bergantian untuk membersihkan diri.
Saat sedang menunggu Nina menyelesaikan aktivitas di kamar mandi. Sepintas ucapan Anjar terngiang di telinganya.
"Danu, istri itu adalah ratu seperti di permainan catur, jika ratunya limbung, maka rajanya akan tumbang, jadi jaga baik-baik, cintai dan hargai istri kita, pasti hidup ini akan mudah, bisnispun akan semakin maju"
"Tapi aku tidak mencintainya" gumam Danu seraya menyugar rambutnya.
"Nesa, ah tiba-tiba aku merindukannya, aku harus bicara dengan mama dan papa, kalau aku tidak mencintai Nina, dan aku akan bilang akan menikahi Nesa. Setelah dia jadi istriku, aku pasti akan memperlakukan Nesa seperti ratu, yaa ratuku"
Dengan gerak cepat, ia merogoh saku lalu mengeluarkan ponselnya.
"Sayang, aku ingin bertemu denganmu, aku sangat merindukanmu"
Satu pesan di kirim Danu pada Nesa. Danu tampak gelisah, karena Nesa sudah lebih dari 24 jam tidak membuka pesannya.
"Kuharap dia baik-baik saja" batin Danu.
Nina membuka pintu kamar mandi, ia mendapati wajah suaminya seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia kemudian menggelengkan kepala.
"Dasar mas Danu, pasti kamu sedang panik karena Nesa tidak mengaktifkan ponselnya kan, ini belum seberapa mas, aku akan membuatmu semakin tergila-gila pada Nesa" Nina membatin lalu melangkahkan kaki menuju ranjang dan merebahkan dirinya di atas kasur.
Tak lama kemudian Danu berjalan menuju kamar mandi. Setelah Nina memastikan bahwa suaminya sudah berada di dalam kamar mandi, Nina membuka ponsel yang di gunakan untuk menyamar sebagai Nesa. Dia sangat penasaran dengan apa yang di kirim Danu ke ponselnya.
Ting
Ting
Ting
Pesan beruntun dari Danu masuk, ia membaca satu persatu tanpa berniat membalasnya, lalu segera mematikan ponselnya kembali.
"Mampus kamu mas Danu, setelah kamu tahu bahwa pesanmu hanya di baca saja oleh Nesa, pasti kamu akan semakin gelisah, iya kan, hehe selamat begadang ria suamiku" batin Nina tersenyum puas, lalu menyimpan ponselnya kembali di tempat yang aman.
Karena kondisi badan yang menuntut untuk istirahat, tidak butuh waktu lama, Nina telah memasuki alam mimpi.
Berbeda dengan Nina, Danu justru sangat sulit memejamkan mata, padahal ini sudah sangat malam. Benar kata Nina, saat Danu mengetahui bahwa Nesa hanya membaca pesan darinya, dia semakin panik, ia bahkan gelisah dan tidak bisa tidur.
"Nesa kenapa kamu tidak membalas pesanku, apa kamu tidak merindukanku?" gerutunya lirih.
Sekelebet bayangan Nesa memenuhi pikiran Danu, membuatnya semakin sulit memejamkan mata. Hingga pukul satu dini hari, Danu baru bisa mengistirahatkan matanya.
Keesokan hari di gedung kantor miliknya, Danu sedang berkutat di depan laptop. Walaupun netra elangnya menatap intens ke layar laptop, namun pikirannya tak berfokus pada pekerjaannya. Ia memikirkan Nesa yang sampai saat ini belum membalas pesanya, bahkan ponselnya tidak bisa di hubungi.
"Sayang kenapa tidak membalas pesanku, ponselmu juga tidak bisa di hubungi"
Satu pesan lagi berhasil di kirim ke nomor Nesa. Danu kembali berusaha fokus dengan pekerjaan, sesekali ia memindai pandangannya pada layar ponsel.
Hingga jam makan siang, pesannya masih centang satu. Danu meletakan ponselnya sedikit membanting, lalu beranjak dari kursi kebesarannya, keluar meninggalkan ruangan, tanpa membawa ponsel di tangannya.
Saat membuka pintu, ia mendapati Rara yang sedang menatapnya.
"Apa pak Danu mau makan siang?" tanya Rara. "mau saya temenin pak?"
Danu tidak menjawab, dia berlenggang begitu saja meninggalkan sekertaris yang masih menatap punggungnya. Bagi Rara, dia adalah bosnya yang sangat tampan.
Beruntung Rara adalah gadis yang sangat cerdas, disiplin dan bertanggung jawab pada pekerjaan. Membuat Danu berfikir seribu kali jika ingin memecatnya.
BERSAMBUNG