NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong Aku!

"APA YANG ANDA LAKUKAN?!!" Bentak Luci pada tamunya.

pria itu hanya terkejut dengan sikap Luci yang cukup kasar, bagaimana bisa wanita kelas bawah itu memakinya diarea publik.

Luci sangat marah saat pria itu hendak memasukan tangannya kedalam pakaian Luci, ia sangat merasa terhina. berkali-kali Luci meyakinkan dirinya pada akhirnya dia tidak bisa bekerja ditempat seperti ini.

PRANG....

gelas kristal dilempar kencang oleh Mr.Lim tepat didepan Luci, bahkan beberapa pecahan mengenai tubuh Luci. dengan kasar Mr.Lim menjambak Luci dengan kencang hingga terdengar rintihan kesakitan dari Luci.

"Berani juga kau mempermalukanku, Bitch. Wanita murahan sepertimu berani melawan aku? apa kau tak tau siapa aku?" Gertakan Mr.Lim membuat tubuh Luci bergetar hebat, ia juga sangat merasa kesakitan karena rambut panjangnya tertarik kebelakang dengan sangat kuat.

"Aku bukan pelacur, tapi kau pria hidung belang yang tak tau malu."

BUG...

satu tendangan kencang berhasil dilayangkan oleh Luci tepat diarea vitalnya. tentu saja hal itu membuat Mr. Lim tersungkur kesakitan. dengan begitu kini Luci mencoba melarikan diri meskipun ia tau para penjaga Club akan mengejarnya karena perintah Mr. Lim

melihat kegaduhan itu, Sabrina segera turun dari lantai dua VVIP room untuk melihat apa yang terjadi. Namun sayang, saat ia turun sudah tak ada Luci disana, ia coba menjajal dengan matanya namun tak berhasil. baru saja akan pergi tiba-tiba tangan Sabrina ditarik oleh seseorang dan ditamparnya wajah Sabrina sangat kencang hingga terasa berdenging telinganya.

"Sialan kamu, membawa penjahat kecil kedalam Club ini!" Madam Elsa nampak murka kepada Sabrina.

Sabrina hanya mengumpat berkali-kali dalam hatinya, namun ia tak berani membuka mulutnya kepada Madam Elsa karena resiko yang akan ia terima adalah pemecatan, sedangkan Sabrina tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya sekarang.

Mr.Lim sudah dibawa kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, beberapa pengawalnya dengan sigap membawa tuannya pergi, sedangkan para penjaga club masih sibuk mencari Luci dan berusaha menangkapnya.

Luci bingung, air matanya terus mengalir karena takut, dan nafasnya sudah sangat pendek karena berlari kesana kemari mencari jalan keluar namun tak kunjung menemukannya. hingga...

"Aww..."

Luci berteriak takut, bahkan ia meronta berkali-kali saat seseorang merangkul pinggangnya masuk kedalam sebuah pintu yang merupakan jalan darurat untuk keluar dari club itu.

"Tenanglah, jika kau terus berteriak maka penjaga akan menangkapmu!" ujar pria itu.

mendengar hal tersebut menyadarkan Luci jika dia adalah seseorang yang sedang menyelamatkannya, wajah berantakan itu kini menatap sosok pria tua yang nampak tegas. ia kini tersungkur lemas sembari menangis pelan karena tak tau harus bagaimana.

"Kau akan baik-baik saja, tenanglah." pria itu melepas jas hitam yang ia gunakan untuk menutupi tubuh Luci yang sangat dingin itu.

"Tolong bantu saya, Tuan." Luci memohon dengan sangat kepada pria itu agar dirinya bisa keluar dari tempat itu.

suara ponsel terdengar, saat William mengangkat telponnya seseorang mengatakan jika semuanya aman. dengan begitu William segera membopong Luci untuk menuruni anak tangga menuju pintu keluar karena mobil sudah siap membawa mereka pergi.

baru saja menuruni beberapa anak tangga tiba-tiba saja Luci tak sadarkan diri, tubuhnya lunglai untung saja William sigap hingga akhirnya ia memutuskan menggendong wanita itu untuk dibawa pergi bersamanya.

terlihat ada beberap penjaga, menunggu disana karena sudah dikomfirmasi yang akan keluar adalah tamu VVIP dengan seorang wanita mereka sangat menjaga privasi tidak mencoba melihat kearah William.

Berhasil!! kini Luci sudah aman bersamanya, terlihat bagaimana ketakutannya Luci sekarang sampai-sampai wajahnya terlihat begitu pucat dan penuh keringat. dengan hati-hati William mencoba menyeka wajah Luci dengan tisu, ia juga melihat diarea lengan dan leher Luci terlihat ada luka kecil yang mengeluarkan darah.

"Apa kita akan menuju rumah pribadimu, Tuan?" tanya sopir pada William.

"Antarkan kami ke Apartement."

"Baik, Tuan."

mobil melaju dengan kecepatan tinggi menuju sebuah Apartemen mewah dipinggir kota, dimana apartemen itu hanya ditempati oleh orang-orang kaya dan pejabat dan juga aktris dan aktor papan atas. William membutuhkan privasi dan keamanan yang ketat.

mereka telah sampai, namun Luci masih belum sadar juga hingga akhirnya William kembali menggendong Luci. saat mereka sampai, William segera membaringkan Luci didalam kamar pribadinya, tak ada pilihan karena apartemen ini hanya tersedia satu kamar.

William segera mengambil sebuah air hangat untuk membersihkan luka ditubuh Luci dan juga mengoleskan luka tersebut dengan salep.

"Kenapa kamu bisa berada disana, gadis cantik?" gumam William sembari mengelus pucuk kepala Luci.

sekitar dua jam berlalu, William kini sedang duduk diruang tamu sembari menikmati musik klasik ditemani dengan segelas red wine. perasaannya berkecamuk antara sedih dan bahagia.

saat ia sedang memejamkan matanya, tiba-tiba suara pintu terdengar dan benar saja Luci keluar dari kamar itu dengan kondisi kebingungan.

"Apa kau sudah sadar, kemarilah duduk disini aku akan membuatkanmu teh hangat." ujar William sembari meletakan sloki anggur yang sedari tadi ia pegang.

"Baik, terima kasih." jawab Luci pelan.

mata Luci melihat kearah dinding kaca yang lebar, ia begitu takjub melihat keindahan lampu kota dari ketinggian. Namun ia juga bingung dimana dirinya sekarang dan siapa pria yang kini bersamanya.

"Minumlah, teh ini akan membuatmu merasa jauh lebih baik." William mengasongkan satu cangkir teh hangat kepada Luci. tanpa menunggu lama Luci pun segera menyesap teh itu perlahan.

"Terima kasih, terima kasih sudah menyelamatkanku tuan, jika bukan karena kebaikanmu mungkin aku akan habis malam ini." ujar Luci dengan suara sedikit bergetar.

"Anggap saja kau berhutang padaku, Nona."

"tentu saja, aku siap melakukan apapun untuk mebayar semua jasamu, tapi jika dengan uang aku meminta waktu sedikit lebih lama untuk membayarmu." Luci mencoba bernegosiasi.

"Ha.." William tertawa. "Uangku sudah cukup banyak, untuk apa meminta kembali uang pada seseorang yang telah aku bantu." ujar William santai.

"Lalu apa yang kau inginkan?" tanya Luci penasaran.

"hmmm, entahlah aku masih memikirkannya. omong-omong siapa namamu?" tanya William berbasa-basi.

"oh ya, kenalkan namaku Luci Margareta, tunggu, bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?? ya aku pernah melihat anda sebelumnya tapi aku tidak ingat dimana." Luci memukul kepalanya dua kali mencoba mengingat dima ia bertemu pria itu.

"Toko Roti." William bantu mengingatkan.

"Ya... toko roti, anda pria yang memborong roti terakhir ditoko saat hujan lebat bukan? argh bagaimana bisa aku melupakannya." Luci merasa menyesal karena lambat menyadari hal itu.

William hanya tersenyum kecil melihat tingkah Luci pada saat itu, selain itu Luci juga terlihat sangat menggemaskan menggunakan jas kebesaran milik William untuk menutupi tubuhnya.

"Pergilah mandi, aku akan menyiapkan pakaian untukmu. setelah itu beristirahatlah."

"Apa kau tinggal sendiri? dimana istri dan anakmu?" tanya Luci penasaran.

"tak ada, aku tak memilikinya." ujar William dingin.

"Maafkan aku jika itu menyinggungmu, Tuan." Luci merasa bersalah karena telah melayangkan pertanyaan yang begitu lancang.

"Tak apa, ah aku baru saja memikirkan balas budi apa yang perlu kau lakukan."

"Aku harus melakukan apa Tuan?" tanya Luci.

"Menjadikanmu Baby sitter."

mendengar hal itu membuat Lucy kebingungan, bukankah pria itu mengatakan jika dirinya tidak punya anak, lantas anak siapa yang harus ia urus. selain itu Luci juga tak punya pengalaman dalam mengurus bayi atau anak-anak.

"Anak siapa yang harus aku urus, Tuan?"

"Bukan seorang anak, tapi aku."

"Apa?"

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!