Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Malam pun tiba. Jam menunjukkan pukul 19.30 WIB. Ayu kini sudah sampai di rumah kontrakannya. Gegas dia masuk meletakkan barang bawaannya, dan membersihkan diri. Badannya terasa lelah sekali. Tapi sebelum tidur dia melaksanakan kewajibannya dahulu baru tidur.
Begitu pun dengan Doni dan Dina. Mereka juga baru sampai di Jakarta. Doni mengajak Dina ke rumahnya. Dan betapa kagetnya Dina saat sampai dirumah Doni.
"Ini rumah siapa? Kok kecil banget. Gedean dan bagusan rumah aku. Apa kamu ngontrak di sini?" Ucap Dina. Tanpa Dina sadari Doni mengepalkan tangannya, dengan tak sengaja Dina menghina dirinya.
"Ini rumahku, rumah orang tuaku, kita akan tinggal di sini." Ucap Doni kesal.
"Hah, kamu bohong kan?" Ucap Dina tak percaya.
"Kamu mau diam dan tidur diluar silahkan, aku mau masuk, aku lelah. Lagian jadi orang gak bersyukur banget." Jawab Doni cuek. Doni tak bercermin pada dirinya sendiri.
Akhirnya Dina pun mengikuti Doni. Disana dia disambut oleh Ibu Doni.Sinta hanya sekedar mempersilahkan masuk dan pergi meninggalkan mereka berdua. Dina pun mengikuti Doni menuju kamar. Dina sedikit ngeri masuk ke kamar suaminya. Begitu sempit dan panas. Tapi, karena badannya begitu lelah, dia hanya diam saja. Mungkin jika akan protes itu akan dia lakukan besok pagi.
*****
Keesokan harinya. Ayu sudah siap untuk berangkat bekerja. Karena masih pagi, sebelum ke kantor dia akan mampir ke sebuah rumah makan untuk sarapan.
Dia pun duduk sendiri.
"Selamat datang, silahkan!" Seorang pelayan rumah makan datang menyapa dan memberikan buku menu.
"Saya pilih ini sama ini ya mbak, minumnya ini." Ucap Ayu menunjuk makanan pilihannya yang berada di dalam menu.
Lalu pelayan pun mengangguk dan berlalu pergi.
Ayu pun menunggu pesanannya datang. Dia melihat jam tangannya masih begitu lenggang. Tiba-tiba dia mendengar percakapan antara dua manusia.
"Jadi, kamu hanya seorang kuli bangunan dan kamu bukan orang kaya? Lalu bagaimana kamu bisa menuruti semua kemauan aku? Seleraku ini tinggi, kamu gak akan mampu menurutinya, aku juga gak mau punya pasangan seperti kamu yang miskin ini." Ucap seorang wanita yang kelihatan sedang marah-marah.
"Aku bisa menurutinya, asal kamu mau bersabar." Ucap laki-laki tersebut.
"Hallah, udahlah, laki-laki kere aja mau melamarku, kita putus." Ucap wanita itu lalu pergi meninggalkan si laki-laki.
Pandangan Ayu pun segera dia alihkan ke pelayan yang datang membawa pesanannya.
"Silahkan dinikmati." Ucap pelayan tersebut.
"Terima kasih." Jawab Ayu.
Ayu pun menikmati sarapannya. Namun, tiba-tiba seorang laki-laki tadi duduk di kursi depan Ayu.
"Maaf, apa aku boleh mengganggumu?" Ucap laki-laki tersebut.
Uhuk Uhuk.
Tiba-tiba Ayu tersedak.
Ayu pun segera mengambil minum dan meminumnya hingga tanggas.
"Aduh, maaf maaf, saya ngagetin ya?" Ucap laki-laki tersebut.
"Ah, enggak, saya aja yang terlalu fokus dengan makanan saya, jadi saat Anda menyapa saya menjadi kaget." Jawab Ayu sopan.
"Nona, apakah saya boleh minta tolong?" Ucap si laki-laki.
"Anda mau minta tolong apa? Sekiranya saya bisa menolong akan saya usahakan." Jawab Ayu.
"Nona, saya benar-benar sedang membutuhkan pertolongan, ibu saya sakit Nona, dan beliau meminta saya untuk segera menikah, hari ini juga saya harus membawa calon untuk menemuinya, saya bingung Nona, apakah Nona bisa membantu saya? Saya akan bayar berapapun yang Nona minta." Ucap laki-laki tersebut.
"Hahhh, bukannya pacar Anda tadi memutuskan Anda karena Anda seorang kuli bangunan ya? Kenapa Anda bisa bilang akan membayar saya berapapun yang saya minta?" Ucap Ayu heran.
"Em, itu saya hanya membohonginya saja Nona, Eh, apakah Nona menguping pembicaraan saya tadi?" Ucap laki-laki.
"Em anu, gak sengaja dengar aja tadi. Iya. hehe." Jawab Ayu sedikit salah tingkah.
"Lalu bagaimana, Nona? Apakah Nona bisa membantu saya?"
"Kalau pagi ini saya tak bisa, karena saya harus bekerja. Mungkin sepulang kerja, saya bisa membantu Anda." Ucap Ayu jujur.
"Kalau begitu, bisakah kita bertukar nomor, Nona? Anda bekerja dimana? Kenalkan, nama saya David." Ucap David memperkenalkan diri.
"Panggil saya Ayu, ini nomor saya, saya bekerja di PT Mulya Grup." Jawab Ayu memperkenalkan diri.
'Ternyata dia karyawanku. Bagus, ini menarik.' Batin David.
"Baiklah, Nona. Saya akan menghubungi Nona nanti. Terima kasih. Saya pamit duluan, silahkan dilanjutkan sarapannya." David pun berlalu pergi meninggalkan Ayu.
"Hm, orang aneh." Gumam Ayu.
Ayu pun mengangguk aja dan memilih melanjutkan sarapannya yang tertunda tadi.
Setelah selesai dengan sarapannya, Ayu pun gegas menuju ke kantor. Sesampainya di kantor, sahabatnya sudah menunggunya di Lobi.
"Haih, bakal diberondong banyak pertanyaan nih aku." Gumam Ayu ketika melihat Desi sahabatnya.
Lalu Ayu pun melambaikan tangan pada sahabatnya tersebut.
"Hai, sudah dari tadi kamu di sini?" Ucap Ayu.
"Ah enggak, baru aja kok." Jawab Desi.
Mereka berdua pun berjalan ke ruangan mereka dan sesekali terlihat bercanda.
*****
Terdengar suara gedoran pintu.
Dor. Dor. Dor.
"Doni, Dina, bangun woy. Udah siang, kalian gak mau sarapan?"
Dor. Dor. Dor.
Sinta menggedor pintu kamar Doni agar sepasang pengantin baru itu cepatlah bangun.
"Emhhh...Apaan sih, berisik banget." Gerutu Dina.
Dina menoleh Doni yang masih sangatlah pules.
Dina pun beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu.
Ceklek.
"Ada apa sih, Bu, berisik banget?" Ucap Dina sedikit kesal karena tidurnya terganggu.
"Heh, ada apa ada apa, cepat bangun, sudah jam berapa ini? Jam 9 dan kamu bilang ada apa? Kamu itu cuma numpang di sini, jangan malas-malasan kamu ya." Ucap Sinta kesal karena punya menantu pemalas seperti Dina.
"Bu, aku itu capek, udah tau kan semalam aku baru dateng. Baru juga semalam doang di sini udah diperlakukan begini." Kesal Dina.
"Wah, berani juga ya kamu, kamu kalau mau tinggal di sini harus ikut beres-beres rumah, kalau gak mau silahkan angkat kaki dari sini." Ucap Sinta begitu emosi.
"Enak aja, aku kesini tuh diajak Doni, jadi kalau aku harus pergi, anakmu itu juga harus pergi, dia kan suamiku." Ucap Dina tak kalah emosi.
"Itu kamu tahu kalau Doni suamimu, bukannya kamu bangunin terus dibuatkan kopi, dilayani malah enak-enakan tidur, dasar menantu gak berguna." Ucap Sinta.
"Kan udah aku kasih tau, Bu. Aku ini lelah. Gitu aja diributin deh dan gak usah menghina aku. udah aku lelah mau tidur lagi, lagian Ibu ini gak liat apa kalau Doni masih terlelap dengan pulas nya. Ganggu aja." Ucap Dina tiba-tiba menutup pintu dengan kencangnya hingga membuat Sinta kaget.
"Eh dasar wong gendeng, gak ada sopan santunnya sama orang tua, awas ya akan aku adukan kamu sama Doni nanti kalau dia udah bangun." Teriak Sinta di balik pintu.
Dina balik ke ranjang dan menutupi telinganya menggunakan bantal. Pagi-pagi sudah dibuat kesal.