NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Sambung Sahabatku

Menjadi Ibu Sambung Sahabatku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlihat aneh

Malam pun tiba. Papa Damian sedari tadi memperhatikan istrinya yang sampai saat ini masih setia untuk diam. Kini mereka berada di kamar. Papa Damian yang merasa tak nyaman dengan diamnya istrinya itu pun akhirnya mengajak istrinya berbicara.

"Dek, apa kamu marah sama mas?" Ucap papa Damian.

Azalea membalas papa Damian hanya menggelengkan kepala pelan.

"Bicaralah, dek. Mas bingung kalau kamu hanya diam seperti ini. Apalagi diam mu sejak dari mall tadi." Ucap papa Damian.

"Dia bukan siapa-siapa mas, dek. Dia hanya anak rekan kerja mas dulu. Kita kenal juga karena dikenalin sama ayahnya. Tapi, mas profesional kok, dek. Gak pernah ada niat melirik dia." Jelas papa Damian.

"Bukan itu yang aku pikirkan sejak tadi, mas." Ucap Azalea.

"Lalu, apa sayang?" Papa Damian pun penasaran dengan apa yang dipikirkan istrinya itu.

"Emb, Aku mau tanya sesuatu tapi, jangan marah atau tersinggung ya, mas!!" Ucap Azalea.

"Enggak sayang, tanyakan saja apa yang ingin kamu tanyakan. Mas akan menjawabnya." Ucap papa Damian.

"Apa mas malu kalau pergi-pergi denganku, terutama dengan pernikahan kita? Apa aku memang tak pantas bersanding denganmu mas? Mas tau sendiri kan, usia kita berbeda jauh. Apa iya aku harus selalu menerima hinaan dari orang yang menaruh rasa terhadap, mas?" Ucap Azalea dengan pertanyaan yang sedikit mengendap di kepala.

"Hmm, sayang, dengarkan mas. Mas, sama sekali gak pernah malu memiliki istri sepertimu. Kenapa harus malu kalau istrinya mas aja cantik, manis, dan mungil begini bikin mas selalu gemes. Walaupun usia kita terpaut jauh, mas gak mempermasalahkannya. Mas percaya dengan Takdir. Bukankah sedari awal kita juga pernah membahas ini? Dan, mas gak akan biarkan siapa pun itu menghina istri mas." Jelas papa Damian dengan menggenggam erat tangan istrinya.

"Percaya sama mas ya dek." Sambung papa Damian.

"Aku harap, mas selalu sabar menghadapi sikap labil ini." Ucap Azalea.

"Pasti, sayang. Sini sayang, mas peluk." Ucap papa Damian yang langsung memeluk istrinya. Azalea pun membalas pelukan suaminya.

"Dek," Panggil papa Damian.

"Iya, mas." Sahut Azalea.

"Mas jadi pengen. hehe." Ucap papa Damian.

Azalea langsung melepas pelukan suaminya.

"Ihh mas, mulai deh." Seketika wajah Azalea memerah seperti kepiting rebus.

Tak dapat menolak suaminya. Jika mereka berdua menuju surga dunia. Lain lagi dengan Sinta.

Sinta sedari tadi siang menunggu ayahnya pulang. Ayah Sinta bernama Johan Subrata. Pak Johan sebenarnya sedang keluar kota untuk meninjau lokasi dimana proyek pembangunan cabang perusahaan dikerjakan. Dan itu seharusnya 4 hari di sana. Namun, karena Sinta menghubungi pak Johan dan katanya itu penting, akhirnya mau tak mau pak Johan pun pulang hari ini juga.

Sinta sudah tak sabar ingin mengatakan suatu hal tentang papa Damian pada ayahnya. Tak lama terdengar suara deru mobil berhenti di halaman rumah. Sinta yang sedari tadi duduk di sofa ruang tamu pun langsung beranjak dan menuju pintu.

Sinta menyambut kedatangan ayahnya dengan wajah ceria.

"Ayah, Sinta udah lama banget nunggunya nih. Ayo cepet masuk, yah." Ucap Sinta yang kini menggandeng tangan ayahnya dan mengisyaratkan agar ayahnya mengikutinya.

"Kamu ini, ayah seharusnya masih 2 hari di sana. Nanti kalau bos ayah tau bagaimana?" Ucap pak Johan.

"Ayah diam aja, duduk dulu di sini, Sinta buatkan kopi dulu buat ayah." Ucap Sinta lagi.

Sinta langsung menuju ke dapur untuk membuatkan kopi ayahnya.

Pak Johan menaikkan satu alisnya.

*Ada apa dengan anak itu?* Batin pak Johan.

Tak lama Sinta pun datang dengan membawakan secangkir kopi.

"Ini kopinya, ayah. Diminum dulu." Ucap Sinta.

Pak Johan pun menuruti anaknya itu. Ia mengambil kopi dan menyeruputnya.

"Ada apa kamu meminta ayah untuk cepat pulang?" Ucap pak Johan dengan sesekali menyeruput kopinya kembali.

"Ayah, ingat Damian kan? Apa ayah udah gak ada kerjasama dengannya? Biasanya dia ke rumah." Ucap Sinta.

"Jelas ayah ingat betul dengan Damian. Ayah cocok sekali sama dia. Dia termasuk CEO yang bertanggungjawab penuh. Hanya, kita sudah sebulan ini tak pernah bertemu. Kita masih melakukan kerjasama. Tapi, sekarang yang menangani asistennya. Kenapa kamu menanyakannya? Apa ada sesuatu?" Jelas pak Johan.

"Tadi siang aku bertemu dengannya, yah. Apa ayah tau kalau dia sekarang udah menikah?" Ucap Sinta.

"Menikah?" Pak Johan sedikit syok dengan apa yang dikatakan anaknya.

"Ayah tak mendengar kabar apa pun. Nanti kamu salah dengar." Sambung pak Johan.

"Damian sendiri yang bilang. Istrinya aja masih bocah. Sepertinya seumuran anaknya deh, yah. Apa aku dibohongi ya? Tapi, mereka terlihat mesra, yah." Ucap Sinta dengan sedikit ragu dengan pemikirannya.

"Entahlah, nanti coba ayah carikan informasi. Hmm,, padahal ayah mau dia jadi mantu. Kapan lagi dapat mantu tajir mlinir. Pasti ayah bakal minta naik jabatan atau kalau tidak menggantikan dia sekalian jadi CEO." Ucap pak Johan dengan berandai-andai.

"Ayah bisa aja mendapatkannya, asal ayah bantu Sinta. Sinta gak masalah jadi istri kedua." Ucap Sinta.

"Bantu apa? Kamu punya rencana?" Tanya pak Johan.

Pak Johan pun sebenarnya ingin menjodohkan anaknya dengan papa Damian. Yah, untuk menikmati dan menguasai hartanya tentunya.

Sinta pun memberikan ide pada ayahnya.

"Kamu yakin itu akan berhasil? Kamu tau sendiri Damian itu orangnya susah." Tanya pak Johan.

"Dicoba dulu dong ayah. Lagian kan kalau rencana kita berhasil, ayah akan mendapatkan apa yang ayah inginkan. Ya kan?" Ucap Sinta dengan keyakinan rencananya akan berhasil.

"Hmm,, nanti ayah coba." Pak Johan memanggukkan kepalanya.

Singkat cerita. Malam pun telah berganti menjadi pagi.

Azalea dan Dina kini sudah siap untuk ke kampus. Papa Damian pun juga sudah siap untuk berangkat ke kantor.

"Mas, kita berangkat duluan ya. Mas nanti hati-hati berangkatnya. Semangat, mas. Assalamu'alaikum." Ucap Azalea berpamitan pada suaminya. Tak lupa menyalami dan mencium punggung tangan suaminya. Dina pun begitu.

"Iya sayang. Dina, jaga mama ya. Kamu juga jangan nakal. Wa'alaikumussalam wa rahmatullah." Jawab papa Damian.

Karena jalanan masih terlihat sepi, Azalea melajukan mobilnya dengan sedikit ngebut.

"Tumben bawa mobilnya kencengan, Zaa?" Ucap Dina.

"Aku laper, Din. Padahal tadi udah sarapan sedikit banyak dari biasanya. Tapi, entah kenapa sekarang udah laper lagi nih perut." Ucap Azalea yang sedikit heran dengan dirinya sendiri.

"Cacingan kali. haha." Canda Dina.

"Enak aja. Amit-amit." Ucap Azalea dengan mulut komat kamit karena candaan anaknya.

Sampai di kampus. Azalea yang benar-benar merasa lapar kembali pun mengajak Dina untuk segera ke kantin. Dia memesan 2 mangkuk bubur ayam.

"Zaa, kenapa kamu pesan 2 mangkuk? Aku gak mau sarapan lagi. Aku udah kenyang."

"Yee,, siapa juga yang mesenin kamu, semuanya mau aku makan sendiri tau."

"2 mangkuk mau kamu makan sendiri, Zaa? Kamu serius?" Dina merasa tak percaya dengan Azalea.

Dina melihat Azalea memakan nasi buburnya dengan begitu lahap. Dina merasa Azalea seperti orang yang tak makan beberapa hari.

"Ahh,, Alhamdulillah kenyang." Ucap Azalea lega.

Dina yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Karena jadwal kelas pagi, setelah selesai mereka langsung menuju ke kelas. Mereka tak mau hari pertama mereka masuk memberikan kesan jelek.

Singkat waktu kini jam mereka pulang. Karena hari masih siang. Azalea berfikir akan mengajak Dina untuk pergi ke mall. Ada beberapa barang yang ingin dia beli sedari tadi.

Sesampainya di mall. Azalea menggandeng Dina menuju tempat yang dia inginkan. Dina syok melihat apa yang akan dibeli Azalea.

"Zaa, kamu kenapa kesini?" Ucap Dina merasa heran kenapa Azalea mengajaknya ke butik baby.

"Ih, kamu ini, emang salah kalau aku ajak kamu kesini? Lihat nih, ini sepatunya kecil lucu banget. Ini juga gemes ihh, aku mau beli ini." Ucap Azalea yang merasa gemas dengan benda yang dia pegang.

"Iya enggak salah sih, Zaa. Apa kamu mau ngado seseorang?" Tanya Dina.

"Enggak lah, Din. Ini mau aku pakai untuk diriku sendiri." Jawab Azalea.

Dina pun hanya diam. Dina hanya memperhatikan tingkah Azalea.

*Zaazaa kenapa sedari tadi pagi terlihat aneh ya?* Batin Dina.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!