Rara Danira, seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, namun kurang perhatian dari keluarnya.
Suatu saat dia masuk ke dalam sebuah situs terlarang dan mencari seorang laki-laki dewasa untuk menjadi sugar baby.
Levis Morelli, seorang laki-laki berusia 37 tahun yang mencari sugar baby untuk melampiaskan segala hasratnya, namun tidak ingin menikah karena di tidak percaya dengan yang namanya pernikahan.
Akankah keduanya bisa menjalani kehidupan ini dengan baik? atau malah menjadi Boomerang bagi mereka sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Takut
Setalah kejadian tadi, Rara tidak berani bicara apa pun lagi. Bahkan ketika Levis membawanya keluar dari tempat itu Rara tetap diam seribu bahasa.
Masih teringat jelas di ingatannya bagimana Levis yang memukuli laki-laki itu hingga menbabi buta. Bahkan yang membuatnya semakin tidak habis pikir lagi saat melihat bagaimana laki-laki tadi terkapar tak berdaya dengan di lantai dansa dengan wajah babak belur dan bersimbah darah.
"Baby, are you oke?" tanya Levis yang berusaha untuk bicara dengan kekasihnya. Di merasa sangat bersalah karena telah meninggalkan Rara sendirian di lantai dansa untuk menjawab telpon. Ternyata ada manusia bajingan yang berani menyentuh miliknya.
"Hey, ada apa sayang?" tanya Levis ketika bicara dengan kekasihnya dan Rara malah seperti hendak menghindarinya. Entah apa yang membuat gadis itu terlihat seperti menghindarinya.
"Kenapa, Rara? Ada apa? Kenapa kamu seperti ini? Apa ada suatu yang terluka atau-"
"Aku mau pulang, Om." jawab Rara begitu saja yang membuat Levis menatap dalam ke arah wajah gadis cantiknya.
Kenapa tiba-tiba dia merasa jika saat ini Rara terlihat seperti hendak menjauhinya.
"Oke, kita pulang sekarang." jawab Levis yang menghidupkan mesin mobilnya, dan mobil pun mulai berjalan memecah kesunyian mala. Tidak ada yang mereka bicarakan lagi, karena Rara yang terus saja diam dan Levis juga tidak berani bertanya sebenarnya ada apa ini.
Kenapa tiba-tiba kekasihnya berubah dan bahkan seperti tidak ingin bicara lagi dengannya.
Bahkan ketika mobil sudah sampai di depan rumah mewah milik keluarga gadis itu pun. Rara tidak bicara apa pun lagi. Dia langsung turun dari dalam mobilnya dan pergi Meninggalkan sosok yang masih penasaran dengan permasalahan ini.
"Apa dia marah?" tanya Levis pada dirinya sendiri setelah melihat reaksi Rara yang terlihat berubah.
Ya, Rara merasa takut ketika melihat Levis yang menghajar orang dengan membabi buta seperti tadi. Bahkan wajahnya terlihat begitu mengerikan sekali dalam kegelapan malam. Rara masih bisa melihat bagaimana mengerikannya wajah Levis ketika menghajar laki-laki yang telah berani kurang ajar padanya tadi.
Sementara Rara sendiri, dia memang langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa memikirkan bagaimana reaksi orang-orang yang mengetahui kepulangannya malam ini.
"Dari mana non?" tanya pak satpam ketika melihat Rara yang baru saja pulang.
"Main, pak." jawabnya sambil berlalu begitu saja.
Entah mengapa dia juga yakin jika setelah ini pasti akan ada masalah yang lebih berat lagi. Masalahnya di mana di akan menghadapi papinya. Itu pasti. Karena selama ini instingnya tidak pernah salah.
Rara melangkahkan Kedua kakinya memasuki rumah mewah tempat di mana dia tinggal selama ini. Langkahnya terlihat sangat berat, dan tepat saat di ingin masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba dia mendengar suara seseorang yang sangat di kenalnya.
"Dari mana kamu?" tanya Anton ketika melihat putrinya yang baru saja pulang dan ini sudah hampir jam 12 malam. Itu artinya Rara pergi dan menyelinap setelah mereka bicara tadi bukan?
Main, Pi." jawabnya sama seperti yang di berikan pada pan satpam di depan sana.
"Main kata kamu?" tanya Anton yang tidak percaya dengan jawaban dari putrinya.
Main apa jam segini baru pulang? Bahkan yang membuatnya semakin tidak habis pikir lagi saat melihat penampilan putrinya yang seperti itu. Sebagai orang tua, Anton tidak suka dengan penampilan Rara yang terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya. Bahkan putrinya itu juga terlihat memakai make yang cukup on point'.
"Rara tunggu kata papi!" seru Anton saat melihat Rara yang hendak pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal dia belum selesai bicara. Tapi putrinya itu malah ingin pergi meninggalkannya begitu saja.
"Apa lagi sih pi? Ini udah malam. Papi sendiri yang bilang kalau ini sudah malam. Tapi papi juga yang nahan aku di sini until ngomong sama papi. Aku capek, Pi. Aku mau tidur, besok sekolah." jawab Rara yang seolah-olah tidak memiliki rasa takut lagi terhadap papinya.
Mendengar jawaban Rara membuat darah Anton menjadi semakin mendidih. Dia benar-benar tidak percaya dengan jawaban Rara untuknya.
"Papi tanya kau dari mana hah? Main kemana kamu pulang jam segini dan lihat ini, Rara. Apa ini? Pakaian apa yang kamu pakai ini, Ya tuhan Rara. Papi tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap kurang ajar seperti ini. Kamu-"
"Papi memang benar. Papi sangat-sangat benar kalau papi itu memang gak pernah ngajarin aku. Papi memang gak pernah ngajari hal apa pun sama aku, Pi. Memangnya kapan papi punya waktu untuk ngajarin aku? Gak pernah Pi. Papi itu orang paling sibuk di dunia ini. Papi gak pernah punya waktu untuk anak papi. Papi itu terlalu sibuk mengumpulkan harta papi untuk memperlihatkan pada orang-orang kalau papi itu kaya kan? Papi lebih mentingin pekerjaan papi dari pada anak papi sendiri. Papi itu orang yang paling egois tau gak!" dadanya naik turun setelah berhasil bicara dengan papinya dan dia mengungkapkan isi hatinya yang selama ini dia tahan.
"Egois kata kamu? Papi melakukan semua ini demi kamu. Papi kerja keras buat hidup kamu lebih enak Rara. Papi-"
"Tapi aku gak butuh ini, semua Papi! Aku gak butuh harta papi ini. Aku gak butuh semua ini. Aku cuma butuh papi selalu ada untuk aku. Aku cuma pengen kayak temen-temen yang lain bisa hangout bareng mami dan papinya. Mereka juga sibuk, Pi. Orang tua temen-temen aku juga punya pekerjaan. Tapi mereka gak sesibuk papi. Mereka masih bisa meluangkan waktunya untuk anak mereka, Pi. Sementara papi apa? Papi gak pernah punya waktu sama aku. Papi gak pernah tanya apakah aku baik-baik aja atau gak. Kenapa sekarang bahas soal penampilan aku? Memangnya sejak kapan papi peduli sama aku? Mau aku pakai baju ini atau gak pakai baju seksi pun apa papi peduli? Aku rasa ngak!"
"Rara cukup!" sentak Anton saat dia semakin mendengar sesuatu yang sangat menyakitkan untuk di dengarnya.
"Cukup apa Pi? Papi mau nampar aku? Papi mau pukul aku kayak dulu papi pernah mukul aku waktu aku pernah ngelabrak perempuan selingkuhan papi itu? Papi aja bisa sayang banget sama anak selingkuhan papi, tapi kenapa sama aku gak? Apa aku ini bukan anak papi? Apa aku ini-"
"Rara cukup!"
Plak!
Sebuah tamparan keras menghantam pipinya dan itu dari papinya sendiri.
"Rara!" Danira langsung berlari saat melihat apa yang di lakukan suaminya terhadap Rara, putri mereka.
"Sayang, Rara, kamu-" Danira tidak berani mendekati putrinya saat Rara memberikan jarak di antara mereka.
"Rara sayang, mami-"
"Makasih pi, Makasih karena udah nunjukin ke aku kalau sebenernya papi itu memang gak pernah sayang sama aku. Aku akan selalu ingat tamparan ini, dan aku gak akan pernah lupain malam ini, Pi. Karena untuk kedua kalinya aku mendapatkan perlakuan buruk dari papi saat bahas perempuan jal@ng itu!"
Brak!
Rara langsung menutup pintu kamarnya dan membantingnya dengan begitu keras hingga membuat suara dentumannya terdengar hingga ke lantai satu.
***
biasanya terjadi peristiwa seperti ith dulu baru semua masalah terselesaikan🙂
mending buang aja😌
sini aku jitak kepalamu anton biar sadar
😡😡😡
🙏👍🌹❤😁