Once Again
Warna biru membentang begitu luas dan cerah di atas sana. Sinar keemasan dengan silaunya terlihat samar menyoroti semesta. Gumpalan putih mengarak perlahan seperti siput. Hembusan angin sejuk membawa aroma pepohonan yang begitu khas.
Tubuh yang merenggang melepas penatnya akan kesibukan dunia dalam menyambung hidup. Suasana yang begitu cerah menemani waktu istirahat kerja yang mendorong mereka seperti mesin.
Mengulas garis melengkung, pada wajahnya — senyum lembut itu terulas begitu indah. Tatapannya lurus tajam, kilauan pada matanya mulai terpatri, seperti pantulan air yang jernih — kala menikmati pemandangan hijau asri dan langit yang cerah. Udaranya terhirup segar oleh penciumannya dan begitu sejuk menelusup masuk pada sela-sela bajunya. Tidak mungkin bagi dirinya untuk tidak terlena akan suasana. Angin sepoi-sepoi terus mengusik rambutnya lembut. Kelopak matanya perlahan mengatup — terpejam, mencoba merasakan suasana yang lebih intens. Dia terus menghirup udara segar hingga tercium aroma tipis lain dalam hidungnya.
'Manis.'
Pria itu kembali menghirup harum manis samar yang terbawa hembusan angin. Untuk memastikan bahwa penciumannya tidak keliru. Mata yang masih terpejam akan kenikmatan yang tenang beralih menjadi menerka — mencoba untuk menilik sesuatu dalam penciumannya. Hingga aroma itu kembali terhirup.
Mata pria itu terbuka lebar dan mencoba mencari wangi tipis —— yang membuat rasa penasaran menyeruak, bukan sekadar ingin tahu, tapi ada yang menyentuh ingatannya yang samar. Pandangannya mulai berpendar, melihat ke sekeliling taman, seakan aroma samar itu terlihat terarah oleh penciumannya.
Saat dia berbalik ke arah kanan, tampak pohon besar yang hijau rindang tak jauh dari dia berdiri. Aroma itu berasal dari sana. Segera dia berjalan ke arah pohon itu, menapaki jalan setapak batu bata berwarna putih rusak.
Postur tubuh yang tinggi dan tegap terlihat menghadap pohon itu. Setelan jas berwarna cream memeluk tubuhnya begitu gagah dan menawan. Tubuh tampak belakang terlihat tampan meskipun wajahnya itu tidak nampak. Jika dilihat kembali, punggung pria itu terlihat lebar dan besar. Rasanya — punggung itu mampu menampung sesuatu di atasnya.
Bias samar warna hijau melingkup disekitar pohon tersebut. Rimbunnya dedaunan yang bergemerisik memberikan keteduhan di bawahnya. Terlihat sinar matahari yang luas mencoba menelusup masuk melewati celah-celah dedaunan. Sorot keemasan samar berwarna hijau terlihat memanjang seperti pipa kecil dan menari-nari di permukaan tanah.
Mata yang terus menelaah mencoba menjangkau apa yang bisa dia tangkap dalam tengadahan kepalanya. Hingga dia menangkap bunga dari pohon itu begitu rimbun — bergelayut merunduk, seperti lonceng-lonceng kecil. Bunga itu masih terkuncup rapat. Tapi setelah didekati aroma manis itu tidak tercium. Pria itu mulai terheran dan mencoba menghirup kembali.
"Kenapa wanginya tidak begitu tercium?"
"Haruskah kucoba sekali lagi?"
Pria itu kembali menghirup dengan matanya yang terpejam. Udara masuk melalui hidung dan mencoba memilah. Aroma manis itu kembali tercium tidak terlalu pekat namun jelas tercium. Mata pria itu kembali terbuka lebar dan mencoba mencari wangi yang membuat dirinya begitu penasaran dan ingin menguliknya.
Bukan hanya sekedar penasaran tapi ada sesuatu yang menjangkit ingatannya.
Tapi dia tidak tahu apa itu.
Seperti benang yang sudah terikat. Pria itu dengan mudah menemukan asal wangi tersebut.
Sosok wanita berambut hitam dengan panjang sebahu sedang duduk menghadap danau di balik pohon itu. Seketika pria itu mulai terdiam. Entah dejavu atau ada memori lama. Dia merasa tidak asing. Pikirannya mulai berkelana sambil menatap punggung wanita tersebut. Tiba-tiba kenangan itu kembali datang.
"Mungkinkah?" gumamnya.
Terkejut.
Dering ponsel berbunyi membuat pria itu mengalihkan perhatiannya. Rasa penasarannya tertunda akan refleks tangannya yang segera mengangkat ponselnya. Suara dari sebrang mulai terdengar.
"Halo Tuan." Sopan dan begitu tenang, suara pria itu terdengar menelusup telinganya.
"Selamat siang Tuan, hari ini ada jadwal meeting jam dua siang dan saya mohon Tuan segera kembali," lanjutnya.
"Baiklah, saya akan pergi kesana." Percakapan berakhir tanpa basa basi.
Jam 13:15 terlihat pada layar ponsel. Waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru saja pria itu menikmati suasana cerah hari ini. Pelepasan penat yang tidak cukup seperti waktu layar ponselnya yang cepat meredup. Segera dia berpaling dari layar ponselnya.
Pandangan yang sudah ke depan kembali, sosok wanita tersebut tidak lagi ada di kursi taman. Matanya menjentik lebar seraya mencoba mencari kesekeliling namun tidak ada. Begitu cepat dan tak terdengar derap langkah, wanita itu begitu cepat menghilang seperti angin yang berlalu.
Pria itu berpikir sejenak, namun dia segera melepaskan pikiran itu. Menurutnya itu tidaklah penting. Dia pun segera bergegas pergi meninggalkan pohon yang penuh akan kenangan. Langkahnya menjauh, tapi hatinya tetap tertambat pada aroma samar yang seolah memanggil kembali masa lalu.
...•...
...Hanya karena wangi itu, aku kembali mengingat dirimu. Bagaimana wangi itu menyeruak seperti deburan ombak yang menghantam seseorang di pinggir pantai. Bagaimana seseorang itu terjatuh akan deburan tersebut. Seperti diriku —...
...yang selalu jatuh dalam wangi penuh kenangan....
...Hanya itu kenangan tentang dirimu yang menjadi jalanku —— menemukanmu....
...Bisakah semesta dengan kata sebuah kebetulan, kembali mempertemukan kita?...
...Aku hanya ingin berterima kasih dengan pertemuan yang selalu tidak terduga — dan bahkan saking tidak terduganya, aku terjerat dalam pertemuan lampau — antara kau dan wangi itu....
...Aku ingin melihat bagaimana rupa wajahmu dan bagaimana lengkung senyum —— serta gelak tawamu — terlukis di wajah pemilik suara yang begitu lembut, ceria dan menenangkan itu....
...Aku ingin merekam itu dalam ingatanku. Aku ingin tahu apa yang kau lihat, apa yang kau lukis dan apa yang kau tulis....
...Rasanya begitu gila ketika menghirup wangi yang aku ingat, namun kamu bukan orangnya....
...Sampai kapan aku akan terus kecewa — akan obsesi dengan apa yang tidak bisa aku lihat bentuknya. Hanya wangi yang membekas jelas....
...•...
Sepanjang perjalanan, pria pemilik mata biru itu — tak henti riuh memikirkan wanita yang pernah dia temui dalam kegelapan. Tidak hari ini, tapi hari-hari berikutnya. Dia begitu menaruh perasaan pada wanita yang dia temui tak terduga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
🌞Oma Yeni💝💞
jatuh cinta hanya dari aromanya saja /Awkward/ Awalnya aku tergoda oleh aroma parfum Paris hilton yg keluar dari tubuh seorang pemuda. Tanpa sadar, aku mendekat dan terpana melihat wajahnya yang tampan. Namun cuma sesaat, lalu ku renggut Krah bajunya dan berkata. Parfum kita kok sama??? dia kaget, lalu berbisik padaku. " Salahin pabrik, kenapa produksi parfum banyak-banyak, bukan cuma sebotol." Aku jadi malu, namun egoku bicara.
"Oh, gitu ya. Besok aku berhenti pakai aroma ini!" Jeritku kesal. Lalu aku pergi berharap tak bertemu dia lagi saking aku malu.
Tapi,,, takdir berkata lain.... Bersambung....🤭
2025-07-04
1
Aksara_Dee
wangi itu SDH tersimpan di otak kecilnya
2025-07-06
1
florenna
hai kak, aku mampir nih.. ngga expect tatanan kata nya secantik ituuu ><
2025-03-02
1