Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Wawancara Kerja
Setelah melakukan percintaan panas dengan kekasihnya, Danisa keluar dari kamar kostnya hanya memakai baju terusan saja tanpa memakai baju dalam. Dia memastikan Kirana masih di luar menunggunya.
Dan benar saja, dia melihat Kirana sedang duduk termenung sambil menatap lantai ubin.
"Ki, lo datang ke kost gue mau apa?" tanya Danisa ikut duduk di samping Kirana.
"Lho lagi ngapain sih? Siang-siang juga begituan." kata Kirana.
"Kebelet gue, udah lo jangan urusin gue. Mau apa kemari?" tanya Danisa merapikan bagian depannya yang terlihat ada bekas cupangan Bruno.
Kirana pun melihat bekas cupangan itu, lalu menghela nafas panjang.
"Lo bisa bantu gue ngga?" tanya Kirana.
"Kenapa lagi?"
"Tuan Bryan salah lihat waktu gue peluk anaknya untuk menenangkan dia yang sedang menangis, gue di usir. Dan besok ngga les anaknya lagi, gue langsung kabur dari rumahnya karena takut matanya melotot." kata Kirana.
"Terus, lo minta bantuan apa sama gue?" tanya Danisa.
"Lo ada uang ngga? Ibu kost nagih terus minta di lunasi uang kostnya, gue belum ada uang. Rencananya besok gue mau melamar pekerjaan di perusahaan kontraktor. Nanti kalau gue di terima gaji pertama gue buat bayar utang ke lo." kata Kirana.
"Berapa yang lo butuhkan?"
"Satu juta aja, biar gue bayar satu bulan dulu saka ibu kost. Pasti dia ngerti kok, bulan depan bisa di lunasi sekalian." kata Kirana lagi.
Danisa diam, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Kirana merasa lega, sahabatnya itu mau menolongnya.
Setidaknya untuk saat ini, dia tidak di tagih terus oleh ibu kost. Belum lagi ibunya setiap seminggu sekali meneleponnya untuk mengingatkannya pulang setelah sidang skripsi.
Danisa keluar lagi membawa uang satu juta yang di pinjam Kirana. Meski Danisa orangnya bebas dalam bergaul, tapi dia selalu baik pada Kirana. Mau membantunya apa saja.
"Nih, cukup ngga sejuta?" tanya Danisa.
"Cukup kok, terima kasih ya." kata Kirana.
"Iya, jangan sungkan minta bantuanku."
"Iya, lain kali kalau ada perlu minta tolong lagi sama lo. Maaf kalau gue ngerepotin lo." kata Kirana.
"Ngga apa-apa."
"Ya udah, gue pulang dulu. Nanti di cari lagi sama ibu kost. Heheheh ...."
Danisa tersenyum, lalu Kirana pergi meninggalkan Danisa yang masih diam di tempat duduknya. Bruno keluar dan memegang pundaknya.
"Udah selesai urusannya dengan sahabatmu?"
"Udah."
"Ayo kita lanjutkan lagi, baby."
Danisa tersenyum manja, lalu dia bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamarnya.
_
Kirana kini berada di kantor HRD, dia akan mengikuti tes masuk kerja lebih dulu sebelumnya sama dengan yang lain.
Beberapa kali dia bertanya pada teman yang sudah masuk ke dalam untuk tes, mereka menjawab pertanyaannya sangat mudah. Kirana lega, biar bagaimanapun meski dia melamar dengan ijasah SMAnya tapi dia sedang mengenyam pendidikan tingkat perkuliahan. Jadi jika ada pertanyaan lebih sulit, dia akan bisa berpikir dan menjawabnya dengan mudah. Pikir Kirana.
"Kirana Prameswari."
Kirana pun masuk, dia lalu duduk di depan pegawai yang akan mengetesnya sesuai pekerjaan yang dia tentukan di lembar surat lamaran.
"Kirana, kamu di sini mencantumkan masih kuliah ya?"
"Iya pak."
"Semenster berapa?"
"Semester akhir pak, sedang mengerjakan skripsi."
"Ooh, jadi mau lulus ya."
"Iya, mudah-mudahan lulus tahun ini."
"Begitu ya, lalu kenapa kamu mau bekerja di bagian cleaning servis?"
"Karena saya masih lulusan SMA pak."
"Padahal kami bisa memasukkanmu di bagian staf pegawai." kata pegawai yang mengetes Kirana.
Kirana diam, dia kaget juga. Tapi apakah bisa bernegosiasi? pikirnya.
"Kalau saya bisa di tempatkan di bagian staf pegawai tidak apa-apakah pak?"
"Ya kita lihat saja nanti ya. Kalau begitu, cukup wawancaranya ya. Nanti tunggu hasil pengumuman, kamu mencantumkan nomor ponselkan?" ucapnya.
"Iya pak."
"Ya, nanti kami hubungi kamu kalau di terima bekerja di perusahaan ini." kata pegawai itu.
"Baik pak, kalau begitu saya permisi."
Kirana pun keluar, dia lalu menghela nafas panjang. Perutnya lapar sekali, dari tadi pagi dia hanya makan sepotong roti saja dengan air putih.
Kirana pun mencari kantin, biasanya kantor juga punya kantin. Lalu dia berjalan mendekat pada seorang OB.
"Bu, kantin di mana ya?" tanya Kirana.
"Ada di belakang gedung ini neng." jawab OB itu.
"Oh ya, terima kasih."
Kirana melangkah menuju kantin, dia mencari jalan pintas untuk segera sampai di kantin. Karena perutnya benar-benar sangat lapar.
_
Kirana menunggu panggilan kerja di perusahaan kontraktor itu, dia berharap bisa di terima di bagian mana saja. Yang penting dia bisa bertahan hidup sampai sidang skripsi paling dekat waktunya. Tapi jika dia masih betah bekerja di perusahaan itu, bisa lanjut.
Tidak peduli ayahnya akan marah karena menolak di jodohkan atau menundanya. Lagi pula, jaman sudah modern masih saja di jodohkan. Pikir Kirana.
"Yang pentingkan bisa menghidupi keluarganya. Hidup terjamin tanpa kesusahan. Tidak penting pendidikan tinggi, perempuan itu tempatnya memgurus keluarga, begitu kata ayahnya menurut cerita ibunya.
"Ayah itu bagaimana sih pemikirannya, minta kuliah di bolehkan tapi ujung-ujungnya tetap di jodohkan juga." gumam Kirana.
Tok tok tok
Sedang asyik berpikir, suara ketukan pintu kamarnya dari luar.
"Kirana, kamu ada di dalam?" teriak ibu kost.
Kirana pun beranjak dari baringannya, lalu menuju pintu untuk membukanya.
"Ada apa bu?" tanya Kirana.
"Kamu baru bayar satu bulan, bulan ini belum di bayar. Kapan mau di lunasinya?" tanya ibu kost.
"Iya bu, nanti saya lunasi minggu depan. Mudah-mudahan saya di terima kerja." kata Kirana.
Ibu kost mendengus kesal, beberapa kali dia mendengar jawaban nanti-nanti dari Kirana.
"Ibu bosan dengar jawaban nanti minggu depan dari kamu. Masalahnya cuma kamu yang nunggak terus, jadi ibu tunggu minggu depan kamu bayar. Kalau minggu depan ngga bayar juga, terpaksa kamu pergi dari kostan ibu." kata ibu kost lagi dengan ketus.
"Iya bu, saya akan pergi dari kostan ibu jika saya tidak bisa bayari mnggu depan." jawab Kirana.
Ibu kost pun pergi dengan wajah kesal. Kirana juga heran, kenapa ibu kost jadi kesal seperti itu, padahal biasanya selama dia menunggak tidak apa-apa.
"Ibu kost kenapa ya akhir-akhir ini seperti itu? Padahalkan dulu tidak begitu." gumam Kirana.
Dia kembali ke ranjangnya lagi dan berbaring, belum lama berbaring ponselnya berdering nyaring.
"Halo?"
"Mbak Kirana Prameswari ya?"
"Ya, saya sendiri. Ada apa ya?"
"Oh, kami dari perusahaan kontraktor Bangun Jaya. Mau memberi kabar bahwa besok anda bisa datang ke kantor kami."
"Memangnya saya di terima pak?"
"Ya, anda di terima di perusahaan kami, datang jam tujuh pagi ya. Jangan telat."
"Baik pak, terima kasih atas informasinya."
"Iya sama-sama."
Klik
Kirana sangat senang dia di terima bekerja di perusahaan itu.
"Aaaah, akhirnya di terima juga. Mudah-mudahan aku bisa bekerja dengan baik di sana. Duh senang banget aku."
Kirana lalu menyiapkan baju dan tas yang akan di pakai besok. Dia tidak sabar sekali, meski sekarang masih siang. Dan untuk ke bekerja butuh waktu beberapa jam lagi.
_
_
_
**************