NovelToon NovelToon
Cinta Habis Di Orang Lama

Cinta Habis Di Orang Lama

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Cinta yang habis di orang lama itu, nyatanya bukan karna belum move on, tapi karna dia punya ruang tersendiri.
-anonim-

Kisah cinta pertama yang harus berakhir bukan karena tidak lagi saling mencintai.

"Aku terdiam menutup mataku, berpikir apa yang akan kukatakan. Akhhh Malika... kenapa ini begitu sulit? Tuhan tau betapa keras usahaku untuk melupakanmu, tapi sepertinya kini hanya dinding yang ada di hadapanku. Dulu ada satu titik, kita yakin pada kata selamanya, saat kamu meninggalkanku, rasanya aku menjadi seperti zombie. Aku yakin aku telah melewatinya tapi melihatmu kembali dihadapanku, kenapa aku jadi menggila seperti ini?."

Full of love,
From author 🤎

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Aku mendapat pekerjaan sebagai penjaga toko roti dari salah satu tetanggaku, letaknya tidak jauh dari rumah. Aku bisa pulang pergi menggunakan ojek kesana.

Aku sungguh bersyukur karena pekerjaan ini tidak berat, dan aku bisa sambil belajar jika tidak ada pembeli.

Sudah beberapa hari ini, Carlo datang menjemputku saat tutup toko.

"Ka, aku tunggu di depan ya".

"Hmmm", jawabku.

"Lo kamu jangan setiap malam kesini, aku kan ga enak sama orangtua kamu".

"Udah malam, besok sekolah ayo kita pulang", ajak Carlo.

Sesampainya di rumah aku mengatakan hal sama lagi.

"Lo ini terakhir ya, mulai besok kamu jangan jemput aku lagi kalau ga aku ga mau jadi teman kamu lagi".

"Iya Malika, udah sana masuk", Carlo mengusap kepalaku.

Aku berjalan masuk rumah dan melambaikan tangan padanya, memintanya untuk pulang.

Keesokan malamnya ia tetap menjemputku saat tutup toko.

"Lo kan aku udah bilang kemarin, kamu teman aku atau bukan sih?!", kataku kesal.

"Udah ah jangan manyun gitu, ayo pulang", ucap Carlo sambil mencubit pipiku pelan.

Aku memukul tangannya dan memberi tampangku ang tidak terima dengan perlakuannya.

Aku berangkat lebih pagi ke sekolah agar tidak bertemu Carlo di jalan. Lalu selama di sekolah aku juga menghindarinya. Seperti dugaanku, ia tetap menjemputku saat tutup toko.

"Ayo Ka udahan marahnya, biar aku kasih penjelasan dulu".

Tapi aku tetap tidak memperdulikannya dan hanya berdiri menunggu pesanan ojekku datang. Carlo memegang lenganku,

"Ayo Ka beri aku kesempatan untuk aku jelasin dulu tapi ga disini, ayo sekalian aku antar pulang nanti aku jelaskan kenapa aku keras kepala menjemputmu. Orangtuaku juga tau hal ini, dan mereka mengijinkanku untuk menjemputmu Ka".

Aku mendelik ke arahnya saat ini menyebut kata orangtua, ya ampun sungguh malu, aku jadi bertambah tidak enak hati.

Kemudian ojek pesananku datang. Sebelum aku mendekat, Carlo sudah menghampiri ojek itu duluan.

"Pesanan atas nama Malika pak?".

"Iya benar, kakak Malika?".

"Bukan, dia pacarku", ucap Carlo sambil menunjuk ke arahku.

"Bukan pak, aku pulang sama bapak aja", ucapku.

"Pak, aku ini sungguh pacarnya, dia lagi marah sama saya, jadi ga mau saya jemput. Ini saya kasih ongkos karena bapak udah datang", Carlo memberikan beberapa lembar uang pada ojek itu.

Bapak ojek itu, ragu menerima uang itu dan bertanya padaku.

"Ade bener pacarnya orang ini? Apa bapak perlu panggil polisi atau satpam dek?".

Mendengar kata satpam atau polisi, aku tidak ingin membuat keributan hanya karena masalah sepele, akhirnya aku menyerah.

"Ga perlu pak, maaf saya jadi merepotkan", ucapku lemah.

"Ya udah, jangan berantem lagi sama pacarnya ya dek", ia mengambil uang itu dari Carlo dan berlalu pergi.

Carlo kembali memegang lenganku,

"Ayo Ka kita pulang, jangan bicara disini".

"Hmm", kataku acuh tak acuh lalu berjalan ke arah motornya.

Sesampainya depan rumahku, aku langsung mengembalikan helm Carlo dan hendak masuk rumah tanpa menatapnya.

"Ka, tunggu, aku mau bicara", Carlo kembali memegang tanganku.

Aku memasang timer pada HPku,

"Kamu cuma punya waktu 1 menit", ucapku sambil menunjukkan layar HP.

"Ka kok diwaktu gitu, aku jadi bingung mulai dari mana", ucap Carlo.

"55 detik lagi", ucapku

"54, 53, 52, 51...".

"Aku menyukaimu, sudah lamu aku menyukaimu, lebih dari teman. Apa kamu mau menjadi pacarku?".

Aku terdiam mendapat pertanyaan seperti itu dari Carlo, selama beberapa saat mata kami saling menatap.

Ah ini mungkin hanya bercanda, dia pasti hanya mengkhawatirkanku sebagai teman.

"Lo aku tau kamu sangat baik, kamu mengkhawatirkanku sebagai teman, mangkanya kamu jadi bilang begitu kan?".

"Aku serius Ka, mulai dari kelas 10 aku cemburu jika kamu tersenyum pada cowok lain selain aku. Aku menyukaimu, sungguh menyukaimu".

Kami sama-sama saling terdiam hingga HP ku berbunyi menandakan sudah 1 menit.

"Aku suka menghabiskan waktu bersamamu, selain karena khawatir, aku menjemputmu karena ingin bersamamu lebih lama. Sudah malam, aku tidak memintamu menjawab sekarang, jawablah jika kamu sudah siap, aku akan menunggu. Untuk sementara aku akan menurutimu dan tidak akan menjemput lagi".

"Masuk sana", ia membelai rambutku.

Aku menatapnya sebentar lalu berlalu masuk ke rumah.

Diatas tempat tidurku aku memikirkan kembali perkataan Carlo. Aku tidak pernah berpikir untuk memiliki pacar, selama ini aku hanya berpikir bagaimana caranya agar aku bisa pergi dari rumah ini, aku giat belajar karena ingin kuliah ketempat yang jauh dengan beasiswa. Apakah aku pernah menyukai seseorang? Aku pernah mengobrol tentang lawan jenis dengan teman-temanku, aku akui pernah menganggap beberapa teman atau kakak kelas yang aku anggap menarik, entah karena dia berprestasi atau karena ia ganteng, tapi aku selalu melakukannya hanya selewat saja. Bagaimana dengan Carlo? Selama ini hanya dia tempat aku berani bercerita tentang apapun, apa karena kami berteman dari kecil? Apa ia menyukaiku karena terbiasa berteman dari kecil? Carlo lumayan manis, beberapa temanku suka menanyakan Carlo padaku. Ia juga jago bermain sepak bola, aku suka melihatnya bermain sepakbola, melihatnya tertawa saat berhasil memasukkan bola ke gawang, membuatku tersenyum, apa aku menyukainya juga?.

Aku berangkat lebih pagi seperti kemarin agar tidak bertemu Carlo, selama di sekolah aku juga menghindarinya, canggung rasanya setelah mendengarkannya berbicara seperti itu kemarin.

"Drrttt... drrtt...".

Aku menerima beberapa pesan dari Carlo, namun aku hanya membacanya.

"Ka, kamu menghidari aku lagi ya?".

"Kenapa? Kalau kamu ga suka sama aku, setidaknya aku tetap mau jadi temanmu".

"Ka, kamu marah sama aku?".

"Ka, apa kamu baik-baik aja?".

"Ka, kalau kamu ga balas juga, nanti aku cari kamu ke toko, setidaknya aku harus melihatmu meski kamu ga mau pulang bareng aku".

Aku tidak mau ia datang ke toko, jadi aku membalasnya.

"Aku ga marah Lo".

"Apa kamu tidak mau kita berteman lagi, jadi kamu menghindariku?", tanya Carlo.

"Bukan begitu Lo".

"Apa kita tetap berteman?".

"Ya".

"Berjanjilah bersikap seperti teman, kamu tidak akan menghindariku lagi".

"Ok".

Aku hanya menjawab singkat saja di setiap pertanyaan.

Carlo tidak membalas pesanku lagi. Aku menjalani tugasku seperti biasa. Carlo juga menepati kata-katanya ia tidak menjemputku malam ini.

Sebelum tidur aku mengecek HP ku, ada beberapa pesan dari mama dan Carlo.

"Apa kamu sudah pulang?".

"Ya".

"Selamat tidur Malika".

Keesokan harinya, aku kembali bersikap seperti Malika yang dulu, melupakan rasa canggungku dan bersikap biasa kepada Carlo. Hanya 1 yang berbeda setelah pernyataan Carlo malam itu, sekarang ia lebih sering mengirimiku WA, dan setiap malam ia akan memastikan bahwa aku telah tiba di rumah.

1
Mustika Wati
suka cerpen ini, singkat, padat, alurnya jelas, dan relate dengan realita
fien: makasih kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!