NovelToon NovelToon
Cinta Sang CEO Dan Gadis Gendut Season 2

Cinta Sang CEO Dan Gadis Gendut Season 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor jahat
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irh Djuanda

Almira Dolken tidak pernah menyangka hidupnya akan bersinggungan dengan Abizard Akbar, CEO tampan yang namanya sering muncul di majalah bisnis. Sebagai gadis bertubuh besar, Almira sudah terbiasa dengan tatapan meremehkan dari orang-orang. Ia bekerja sebagai desainer grafis di perusahaan Abizard, meskipun jarang bertemu langsung dengan bos besar itu.

Suatu hari, takdir mempertemukan mereka dengan cara yang tak biasa. Almira, yang baru pulang dari membeli makanan favoritnya, menabrak seorang pria di lobi kantor. Makanan yang ia bawa jatuh berserakan di lantai. Dengan panik, ia membungkuk untuk mengambilnya.

"Aduh, maaf, saya nggak lihat jalan," ucapnya tanpa mendongak.

Suara berat dan dingin terdengar, "Sepertinya ini bukan pertama kalinya kamu ceroboh."

Almira menegakkan tubuhnya dan terkejut melihat pria di hadapannya—Abizard Akbar.

"Pak… Pak Abizard?" Almira menelan ludah.

Abizard menatapnya dengan ekspresi datar. "Hati-hati lain ka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberangkatan Abizard dan rencana dibalik kebaikan Abigail

Ayah Abizard yaitu Yoseph memutuskan untuk membawa Abizard berobat ke Amerika. Ia tak ingin penerus perusahaannya harus meninggal tragis karena kanker.

"Aku sudah memutuskan,dan aku tak ingin menundanya lagi." ujar Yoseph.

Kali ini Melisa,istrinya tak bisa menentang. Abigail pun setuju dengan keputusan pamannya tersebut. Walau ia bisa mengambil kesempatan ini untuk merebut Almira,namun ia pun tak ingin melihat sepupunya menderita.

"Benar Tante, aku yakin jika Abizard dirawat di sana kemungkinan besar dia akan sembuh." tambah Abigail.

Melisa menatap Abizard yang duduk di sofa dengan tatapan penuh kasih, matanya berkaca-kaca. Keputusan Yoseph memang berat, tapi ia tahu suaminya benar. Ini adalah kesempatan terbaik bagi Abizard untuk sembuh.

"Zard... Mama tahu ini mendadak. Tapi kamu harus mendengarkan Ayahmu. Kesempatan ini bisa menyelamatkan hidupmu," ucap Melisa sambil duduk di samping Abizard, menggenggam tangannya dengan lembut.

Abizard terdiam, pikirannya berputar. Ia tahu niat keluarganya baik, tapi meninggalkan semuanya, terutama Almira, terasa seperti meninggalkan separuh jiwanya.

"Aku nggak tahu, Bu... aku belum siap meninggalkan Almira," jawab Abizard pelan.

"Aku sudah menyakitinya terlalu dalam. Pergi tanpa penjelasan lagi akan menghancurkannya."

Yoseph menatap putranya dengan tegas.

"Abizard, bisakah kau memikirkan dirimu sendiri? Jika kau tak ingin membuatnya menderita, cukup turuti perintahku. Semua akan baik-baik saja."

Abigail yang berdiri di dekat jendela mengangguk setuju.

"Zard, Paman benar. Soal Almira, aku akan menemaninya dan menghiburnya jika kau mengizinkanku." bujuk Abigail.

Abizard menatap lekat Abigail. Ia merasa berat mendengar ucapan sepupunya itu sebab Abizard sangat mengenal bagaimana sifat Abigail.Namun kali ini Abizard merasa Abigail tulus membantunya.

"Baiklah Yah,aku setuju dengan keputusanmu. Dan Abi,aku ingin kau menjaganya untukku."ucap Abizard.

Abigail hanya mengangguk.Sementara Melisa mengusap air matanya, mencoba tersenyum meski hatinya penuh rasa takut.

"Kita semua ada di sini untukmu, Zard. Kamu nggak sendiri."

Setelah hening beberapa saat, Abizard akhirnya menghela napas panjang, menyadari bahwa ini memang jalan terbaik. Ia harus berjuang, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang mencintainya.

"Baiklah Bu,Ayah ,aku akan pergi."

Malam itu, suasana di rumah keluarga Abizard terasa begitu berat. Yoseph segera mengatur keberangkatan mereka, memastikan segala sesuatunya berjalan lancar.

Melisa bergegas menyiapkan barang-barang Abizard, meski hatinya terus dihantui rasa cemas. Ia tahu perjalanan ini penting, tapi melihat putranya berjuang melawan penyakit membuatnya merasa hancur. Sementara itu, Abigail membantu menyiapkan dokumen dan keperluan lain untuk perjalanan Abizard.

"Zard, pesawat kita berangkat pukul 10 malam. Kita harus berangkat ke bandara dalam satu jam," ujar Yoseph tegas sambil melihat jam tangannya.

Abizard berdiri di depan jendela kamarnya, menatap langit malam yang gelap. Pikirannya penuh dengan bayangan Almira. Ia ingin sekali bertemu dengannya, memeluknya, dan menjelaskan semuanya. Tapi ia tahu itu hanya akan membuat perpisahan ini semakin sulit.

Abigail masuk ke kamar Abizard, membawakan jaketnya.

"Kamu siap?" tanya Abigail pelan, suaranya penuh perhatian.

Abizard mengangguk, meski hatinya masih berat.

"Aku siap. Tolong, Abi… jaga Almira. Jangan biarkan dia terlalu lama terjebak dalam kesedihan."

Abigail tersenyum tipis, menepuk pundak Abizard.

"Aku janji akan menjaganya sebaik mungkin."

Tak lama kemudian, Yoseph memanggil dari ruang tamu, memberi isyarat bahwa sudah waktunya mereka pergi. Abizard menghela napas panjang, lalu mengambil kopernya dan berjalan keluar kamar. Melisa langsung menggenggam tangan Abizard erat, menahan air matanya.

"Ibu bangga padamu, Zard. Kamu harus kuat, ya," ucap Melisa sambil mencium kening putranya.

Di perjalanan menuju bandara, Abizard memandang jalanan kota yang perlahan mulai sepi. Kenangan bersama Almira terus berputar di pikirannya—senyum hangatnya, tawa ringannya, dan cara Almira selalu membuatnya merasa hidup. Ia berjanji dalam hati, jika takdir memberinya kesempatan kedua, ia akan kembali dan memperjuangkan cintanya.

Sesampainya di bandara, mereka segera menuju ruang tunggu. Waktu terasa begitu cepat, dan suara pengumuman penerbangan membuat dada Abizard semakin sesak.

"Sudah waktunya, Zard," ujar Yoseph sambil menepuk pundaknya.

Abizard menatap Melisa dan Abigail sekali lagi sebelum akhirnya melangkah menuju pintu keberangkatan. Ia berbalik sejenak, melambaikan tangan dengan senyum yang dipaksakan.

Melisa menatap punggung Abizard yang perlahan menghilang di balik pintu, menahan isak tangisnya. Abigail berdiri di sampingnya, matanya berkaca-kaca.

"Dia akan baik-baik saja, Tante," ucap Abigail mencoba menenangkan.

Melisa mengangguk, meski hatinya tetap dipenuhi kekhawatiran.

Di sisi lain, Almira duduk di kamarnya, menatap ponselnya dengan perasaan campur aduk.Hatinya sakit setelah bertemu Abizard. Ia tak menyangka kisah cintanya yang begitu singkat berakhir seperti ini.

Tak pernah terbayangkan oleh Almira bahwa malam itu, Abizard sedang berada ribuan meter di udara, meninggalkan kota itu dengan membawa cinta yang belum selesai.

Dan di dalam hatinya, Abizard berharap… perjalanan ini bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjuangan baru.

Pesawat mereka akhirnya lepas landas menuju Amerika. Abigail memeluk Melisa dengan hangat.

"Semua akan baik-baik saja Tante." tenang Abigail.

Di balik itu semua, ada senyum samar tercipta dari bibir Abigail walau tanpa ekspresi sama sekali. Kalian bisa tebak apa yang dipikirkan Abigail?.

___

Hari berlalu, kini Almira mencoba menerima semua yang telah terjadi padanya. Ia pun mencoba bangkit dan menata hidup tanpa memikirkan tentang Abizard. Sudah seharian ia mengirim surat lamaran ke setiap perusahaan yang ditujunya . Namun belum satu pun panggilan yang mencoba menghubunginya .

Huftt

Almira mengusap keningnya yang mulai basah oleh keringat. Namun dari kejauhan sepasang mata memperhatikannya. Tak lama sosok itupun turun dan mencoba menghampiri Almira.

"Almira" pekiknya.

Suara bariton itu membuat lamunan Almira buyar Almira langsung menatap sosok pria yang semakin mendekat.

"Abigail?." gumam Almira.

Abigail tersenyum simpul setelah semakin dekat dengannya .

"Almira,apa yang kau lakukan di sini?." tanya Abigail.

Almira menatap Abigail dengan tatapan terkejut, masih mencoba mencerna keberadaan pria itu di hadapannya.

"Aku… aku baru saja mengirim lamaran kerja di perusahaan ini," jawab Almira canggung, menundukkan kepalanya.

Abigail tersenyum, sedikit lebih lebar dari sebelumnya.

"Oh, benarkah? Seharusnya aku tahu lebih cepat kalau kamu tertarik bergabung di sini. Aku bisa memastikan kamu mendapatkan posisi yang tepat."

Almira mengerutkan kening. "Tunggu… jadi ini perusahaan milikmu?"

Abigail tertawa kecil, kemudian mengangguk.

"Tidak juga. Kebetulan orangtuaku yang meminta ku untuk meneruskan bisnisnya. Kalau aku tahu kamu butuh pekerjaan, Almira, aku pasti sudah menawarkannya langsung padamu."

Almira terdiam sejenak, merasa sedikit ragu. Ia ingat pertama kali bertemu dengannya di perusahaan yang dipimpin Abizard. Namun Almira tak ambil pusing.

"Terima kasih, Abi. Aku… aku benar-benar butuh pekerjaan sekarang," ucap Almira dengan suara pelan.

Abigail menatap Almira lekat, matanya seolah penuh arti.

"Tentu, Almira. Aku senang bisa membantumu. Besok datanglah ke kantor.Kita bisa bicara lebih detail tentang posisi yang cocok untukmu."

Almira mengangguk perlahan.

"Baik, aku akan datang."

Sebelum beranjak, Abigail menepuk pundak Almira dengan lembut.

"Dan aku ingin kau tidak bersedih lagi ,Al. Aku janji akan selalu ada untukmu, terutama untuk saat ini."

Almira mencoba tersenyum, meski ada rasa tak nyaman yang samar muncul di hatinya. Ia tahu Abigail selalu ramah, tapi kali ini… ada sesuatu yang terasa berbeda, seolah Abigail memiliki rencana yang tak terlihat.

Malam itu, Almira berbaring di tempat tidurnya, memikirkan semua yang terjadi. Pikirannya kembali pada Abizard—ke mana pun ia melangkah, bayangan pria itu selalu mengikuti. Ia merindukan senyumnya, suaranya, dan caranya membuatnya merasa istimewa.

Namun sekarang, kenyataan menuntutnya untuk melanjutkan hidup. Almira menghela napas panjang, bertekad menerima pekerjaan di perusahaan Abigail dan menjalani hari-hari barunya, meski ada sesuatu yang belum bisa sepenuhnya ia percayai.

Di lain tempat, Abigail duduk di ruang kerjanya, menatap foto Abizard di ponselnya. Senyum tipis terukir di bibirnya.

"Tenang, Zard… aku akan menjaga Almira. Bahkan lebih dari yang kau minta."

Apakah Almira akan terjebak dalam permainan Abigail? Atau justru menemukan kebenaran di balik niat baik sepupu Abizard itu?

1
Irh Djuanda
tunggu ya kak,author pengen cerita yang berbeda dari biasanya
amatiran
apalah ini Thor, buatlah Abizard sembuh jangan lama lama sakit, gak enak kalo pemeran utamanya menderita /Frown/
amatiran
is kok ada ya sepupu kayak Abigail. gedek aku.
amatiran
keren .
amatiran
waduh kok makin seru
amatiran
ser seran awak ikut bacanya /Drool/
amatiran
Almira jadi rebutan /Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!