novel ini karya Mei Indriyani
bercerita tentang Hasan dan wati. menikah karena dijodohkan oleh orang tua mereka. ketika pernikahan mereka berusia 10 tahun, mereka diuji. hasan jatuh cinta kepada seorang gadis yang berkenalan dengannya di bus pada usia pernikahan mereka 1 tahun. dan bertemu kembali pada usia pernikahan mereka sudah 10 tahun. hati sudah tidak memperhatikan penampilan nya yang membuat Hasan jadi ilfeel. sehingga ketika bertemu dengan angel dia jatuh cinta. Hasan dan angel berbeda agama. tetapi cinta yang mempertemukan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei Indriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resepsi di Rumah Mertua dan Pindah Ke Kontrakan
Assalamu'alaikum" ucap kami
"Wa'alaikumussalam" jawab mereka.
"Ayo masuk nak, kita akan segera melaksanakan doa syukuran. Kemudian setelah itu makan dan istirahat. Karena malamnya acara resepsi kalian. Orang tua dan adik nak wati akan datang kan malam" sambil mereka mempersilahkan kami duduk di pelaminan yang ada di dalam ruang tamu.
"Insya Allah. Iyah bu" jawabku.
Kue dan makanan yang mau di pakai dalam doa syukuran sudah tertata rapi. Pak hatibi sudah mulai berdoa dengan hikmat.
Selesai doa kami makan. Kemudian keluarga suamiku ber foto-foto bersama kami. Setelah itu kami masuk kedalam kamar suamiku.
***
Kamarnya di dominasi warna hitam. Dari cat dinding, plafon, sprei dan gorden nya semuanya warna hitam. Kamar suamiku sangat luas dan memiliki kamar mandi plus toilet di dalamnya. Kamar mandi nya hampir sebesar kamarku. Tetapi dalam kamarnya bernuansa warna hitam. Jadinya, Aku hanya terdiam diri di depan pintu kamarnya. Karena rasanya seram melihat kamarnya.
"Dek, kenapa hanya berdiri di situ? " tanyanya.
"A-ku ta-kut kak. " jawabku terbata.
"Takut kenapa? " tanyanya lagi.
"Aku takut dengan kamar kakak. " jawabku dengan suara sangat pelan. Suamiku mendekati ku.
"Emang kenapa dengan kamar kakak? " tanyanya dengan perasaan bingung. Karena menurutnya kamarnya biasa-biasa saja.
"Kamar kak, sangat menyeramkan menurut dek. Kenapa serba hitam semuanya? Dek merasa seperti masuk di rumah hantu. " jawabku.
"Astagfirullah, di sini tidak ada hantu dek. Adek tidak suka sama warnanya? " tanyanya dengan sabar menghadapi ku.
"Iyah kak, maaf ya? Ade baru ini kesini malah sudah banyak protes. " ujar ku.
"Tidak apa-apa de. Nanti ka minta sama bunda sprei dan gorden warna cerah. Kemudian besok warna cat nya di ganti. " ujarnya.
"Iyah kak, maaf sudah merepotkan kak. " ucap ku.
"Ade tidak merepotkan kak. Adek mandi saja supaya segar kita istirahat. Kak minta sprei sama gorden yang warna cerah sama ibu dulu. " ucapnya.
"Iyah kak. Adek mau mandi dulu. " selesai aku mandi suamiku masuk membawa sprei dan gorden warna biru muda. Dia juga meminta orang untuk menggantikan lampunya dengan lampu yang lebih terang. Kami berdua kerja sama ganti sprei dan gorden agar cepat bisa beristirahat.
Setelah semua nya selesai aku langsung berbaring dan suamiku masih mandi dahulu baru mau istirahat. Tak lama kemudian aku tertidur. Ketika aku bangun jam 3 sore.
***
Selesai makan malam aku langsung di make up. Persiapan resepsi. Tema yang mereka gunakan warna Burgundy dan maroon sebagai warna utama untuk menciptakan kesan lux yang cantik. Sedangkan kami memakai baju adat berwarna gold.
Jam 8 malam acara di mulai. Tamu undangan kali ini lebih banyak dua kali lipat dari tamu undangan ku. Alhamdulillah acara resepsi di rumah suamiku berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun.
***
Jam 11 kami pamit istirahat terlebih dahulu. Karena aku merasakan kurang enak badan. Efek datang bulan. Untung nya mereka sangat pengertian. Orang tua dan adikku pun pamit pulang. Karena besok hari senin adikku harus sekolah.
***
Dua malam kami tinggal di rumah orang tua suamiku. Kemudian kami memutuskan untuk tinggal di kontrakan. Supaya kami bisa hidup mandiri. Mertuaku juga memiliki kontrakan. Dan untung nya di kontrakan mertuaku ada satu petak yang penghuni sudah pindah kemarin karena sudah memiliki rumah sendiri.
"Apakah kalian yakin mau tinggal di rumah kontrakan? " tanya bapak mertuaku.
"Sangat yakin pak. Kami pengen memulai dari nol semuanya. " ucap suamiku.
"Kebetulan ada satu kontrakan yang penghuni sudah keluar karena telah selasai rumah baru mereka di bangun. Kalian tinggal di situ saja. Tidak perlu kalian bayar sewanya. " ucap ibu mertua ku.
"Benar sekali kata ibu kalian, dari pada susah-susah kalian cari kontrakan. Ini juga dekat rumah kami dan dekat rumahnya orang tua nya wati. " tambah ayah mertuaku.
"Tapi pak, bu kami pengen mandiri ini malah masih bapak dan ibu bantu. " ucapku
"Tidak apa-apa nak, kami juga punya hadiah pernikahan untuk kalian berdua. " ucap mereka kompak.
"Apa lagi ini? Kami jadi merasa tidak enak. " ucapku sambil melirik suamiku.
"Iyah pak ibu, cukup kontrakan saja untuk tempat tinggal kami sementara. " ucap suamiku.
"Keputusan bapak dan ibu tidak bisa di tolak. Ini sertifikat tanah sudah atas nama wati. Ini modal kalian. Jadi jika sudah ada rezeki kalian kurang membangun rumah. Dan kebutuhan dalam kontrakan ibu dan bapak yang beli. Kalian tidak bisa menolak apapun alasan nya. Hanya ini yang bisa kami berikan. " ucap ibu mertuaku.
"Biar kami saja yang beli isi dalam kontrakan bu. Ini lumayan hasil amplop resepsi kami. " ku coba rayu mertuaku.
"Pokoknya itu tanggungjawab ibu dan bapak. Kalian simpan saja duit tersebut. Untuk modal masa depan kalian. Tak ada bantahan lagi. " ucap ibu mertuaku dengan tegas.
"Ya udah, mau gimana lagi. Sudah tidak bisa menolak. Terima saja dek. Jika tidak ibu akan mengamuk. " kata suamiku.
"Iyah kak, Terima kasih banyak atas semuanya. Aku sangat beruntung bisa mengenal dan jadi bagian kalian. " ucapku sambil berlinang air mata karena terharu memiliki keluarga yang sangat baik dan menyayangi ku walaupun bukan lahir dari rahim mereka. Keputusan kami sangat di dukung penuh oleh mereka. Malah, Semua isi kontrakan mereka yang isi. Padahal kami pengen beli sendiri dengan hasil uang amplop. Tapi itu kata mereka jadi modal hidup kami.
"Satu lagi. Ayah pengen kalian melanjutkan pendidikan walaupun hanya lewat paket. Kalian putus sekolah karena ekonomi kita dahulu sedang tidak baik-baik saja. Tahun ini wati ikut ujian paket b dan kamu ikut ujian paket a. " ujar ayah mertuaku.
"Iyah pak, Terima kasih banyak sekali lagi. " ucap kami kompak.
Sorenya setelah kata mertuaku sudah siap semua baru kami pindah ke kontrakan. Ternyata semua barang-barang dalam kontrakan sudah di tata oleh mereka. Kami kurang menempati saja.
***
Baru sebulan pernikahan kami, suamiku memanen hasil sawahnya dan alhamdulillah hasil panennya lumayan banyak. Sebagian kami ambil untuk bagikan kepada orang tua yang kurang mampu dan kami simpan sebagai bahan makanan kami selama 4 bulan kemudian. Sisanya kami jual dan hasinya kami tabung. 5 bulan Kemudian kami penen kedua. Hasilnya lebih banyak dari sebelumnya. Kami hanya ambil untuk yang biasa kami berikan kepada orang yang lebih membutuhkan seperti janda, orang tua yang tidak bisa bekerja lagi, yatim piatu dan untuk makan 4-5 bulan lagi dan sisanya kami jual. Pas di harga beras naik. Setelah kami hitung-hitung sudah bisa untuk membangun rumah sederhana.
---
Bersambung
tpi klo buat selirnya.... g ada pelit2nya...