Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Bertemu Dengan Keluarga Wiratama
SEBELUM BACA BAB INI, BACA BAB SEBELUMNYA KARENA KEMARIN TIDAK KE COPY SEMUA SAAT AKAN DIPINDAHKAN. UNTUK PERHATIAN AKU UCAPKAN TERIMA KASIH.
***
Bab 16
Argani merasakan kelembutan dada Andhira. Dia bukannya segera membantu istrinya untuk duduk, dia malah memeluknya.
Andhira masih menata perasaannya yang panik karena terjatuh tiba-tiba, belum sadar dengan posisinya saat ini. Dia berada di atas Argani.
"Kyaaaaa!"
Andhira semakin shock ketika sadar apa yang sedang terjadi kepadanya. Pelukan Argani membuatnya sulit menjauh.
"M-Mas ...!" Napas Andhira tertahan ketika mulut Argani beraksi di dadanya.
Seakan sadar dengan apa yang sedang dilakukan olehnya, Argani menghentikan perbuatannya. Dia dan Andhira saling beradu pandang. Sebelah tangan Argani yang ada di punggung sang istri naik dan menarik perlahan tengkuknya. Bibirnya menyentuh bibir ranum yang berwarna merah muda.
Tubuh Andhira menegang ketika bibirnya dicium oleh Argani. Sentuhan lembut laki-laki itu perlahan membuainya. Dia pun membalas ciuman suaminya.
Seakan tidak mau mengakhiri cumbuannya dengan Andhira, Argani akan kembali menciumnya setelah mereka mengambil oksigen. Keduanya terjatuh dalam perasaan yang sama, saling menyentuh dan menikmati sampai tidak sadar posisi Andhira kini dalam kungkungan Argani.
Tautan bibir mereka terlepas setelah kehabisan napas. Argani ingin melanjutkan ke tahap berikutnya. Dia memberanikan diri menyentuh tubuh lain sang istri. Suara deesaaahaan Andhira membuat Argani semakin berani menyentuhnya.
"Mama!"
Suara teriakan Arya membuyarkan dunia baru yang akan dibangun oleh Argani. Keduanya langsung berdiri dan berlari ke kamar untuk melihat putra mereka.
Terlihat Arya sedang duduk sambil mengucek mata. Begitu melihat Andhira, dia minta susu.
Argani menghela napas. Senjata pusakanya sudah berdiri tegak. Meyakinkan dia kalau dirinya sudah bisa berfungsi kembali, tinggal diuji.
Melihat Andhira menyusui Arya, Argani memilih keluar kamar karena takut tidak bisa menahan diri lagi. Dia masuk ke dalam kamarnya yang ada di samping.
Sementara Andhira menyusui dalam diam. Pikirannya melanglang buana akan kejadian di ruang tengah tadi. Dia tidak menolak sentuhan suaminya. Justru menyukai perbuatan Argani yang begitu lembut ketika menyentuh dirinya, sehingga dirinya terbuai dan menginginkan lagi, bahkan lebih.
"Tidak apa-apakan kita melakukannya? Kita ini pasangan suami-istri?" batin Andhira.
Sentuhan hangat pada bibirnya masih bisa Andhira rasakan. Sudah lama sekali dia tidak merasakan ini. Terakhir dia merasakan ciuman ketika bersama Andhika sebelum pergi ke pesta.
"Apa aku sudah menaruh hati kepada Mas Gani? Bagaimana jika perasaan aku ini tidak berbalas?" batik Andhira yang sudah berpikiran negatif. Rasanya dia tidak beruntung dalam percintaan.
Andhira membuat makanan untuk Arya. Sementara bayi itu mandi bersama Arga. Wanita itu tidak tahu kalau suaminya mandi lagi untuk meredam gairah pada tubuhnya yang terasa panas.
"Mas, kita pulang jam berapa?" tanya Andhira.
"Kita makan di luar sekalian pulang," jawab Argani.
Masih ada waktu sekitar dua jam. Jadi, mereka memilih menemani Arya main. Diam-diam Argani dan Andhira mencuri-curi pandang.
***
Argani membawa Andhira dan Arya makan ke sebuah restoran mewah yang terjaga kebersihan dan higienis. Siapa sangka mereka bertemu dengan keluarga Wiratama.
"Dhira ... Gani? Kebetulan sekali. Ayo, kita makan bersama!" ajak Pak Bagas.
"Ayo, kalian jangan menolak keinginan orang tua," lanjut Bu Rosdiana sambil menarik tangan Argani.
Spontan Argani menghempaskan tangan ibu mertuanya. Dia tidak suka dipaksa. Dia pun merangkul tubuh Andhira, lalu berjalan masuk.
Pak Bagas dan Bu Rosdiana berjalan mengikuti pasangan suami-istri itu. Keduanya saling melempar senyum.
Putri dan Adji mengikuti langkah ibunya. Acara makan malam di luar ini untuk merayakan kesuksesan Adji dalam bisnisnya.
Akhirnya mereka semua makan bersama di meja yang panjang karena ada enam orang dewasa dan satu bayi. Arya di tempatkan di antara Andhira dan Pak Bagas. Laki-laki paruh baya itu ingin dekat dengan sang cucu. Mau tidak mau dituruti.
Putri diam-diam menggoda Argani. Kaki wanita itu digesekkan ke kaki suami Andhira. Tentu saja laki-laki itu marah. Dia tendang kaki wanita yang duduk di sampingnya.
"Sayang, tukaran kursinya. Aku ingin dekat Arya," kata Argani kepada Andhira.
Awalnya Andhira tidak paham kenapa suaminya ingin tukaran tempat duduk. Begitu sadar siapa orang yang duduk di samping Argani, dia pun setuju.
"Sayang, makan sayur dan daging. Jangan makan yang pedas, kamu masih menyusui," ucap Argani dengan penuh perhatian sambil mengambilkan sayur sop ikan.
"Terima kasih, Mas," balas Andhira, lalu memakannya.
Putri, Adji, Bu Rosdiana, dan Pak Bagas memerhatikan Andhira dan Argani. Mereka tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangga keduanya harmonis.
"Dhira, tempo hari aku bertemu dengan Selena. Kamu tahu kan siapa dia? Dia itu selingkuhan Dhika dan hamil anaknya," ucap Putri membuat suasana hati Andhira berubah.
"Oh, pelakor yang ngaku-ngaku punya anak dari adikku? Sepertinya kamu sudah kena tipu berita hoax yang disebarkan olehnya." Argani, 'lah, yang berbicara.
Semua orang menoleh ke arah Argani yang sedang menyuapkan sepotong daging ayam bakar ke mulut Andhira. Dia melakukan itu agar istrinya tidak bicara.
"Kalau kamu tidak percaya, silakan saja cek, lakukan tes DNA. Apakah dia anak Dhika atau bukan. Karena wajah tidak ada mirip-miripnya dengan keluarga Atmadja. Berbeda dengan Arya yang wajahnya mirip sekali dengan Dhika dan juga aku mau pun papa," lanjut Argani sambil mengelus pipi Arya dengan jari telunjuknya.
"Kenyataan Selena adalah wanita simpanan Dhika tidak bisa dipungkiri," tukas Putri dengan seringai jahat. Dia ingin menyakiti hati Andhira.
"Sama seperti kamu yang menjadi simpanan beberapa om-om, 'kan?" Argani terus membalas ucapan Putri.
Andhira menatap suaminya yang banyak bicara, apalagi kata-katanya bisa membuat Putri sakit hati. Dia juga tidak suka kepada saudara tirinya ini. Jadinya, dia ikut merasa senang ketika suaminya juga terus melakukan serangan balik kepadanya.
Mata Bu Rosdiana dan Pak Bagas melotot. Mereka tidak mengira Argani akan mengatakan hal itu. Mereka tidak tahu kalau Putri menjadi simpanan banyak laki-laki. Setahu mereka Putri hanya menjalin hubungan dengan Pak Dewanto. Duda kaya raya meski usianya sudah di atas 50 tahun.
"K-kau ...!" Putri menunjuk muka Argani.
Proyek Adji bisa lolos dan berjalan lancar juga karena Putri ikut terlibat, tanpa sepengetahuan sang adik. Kebetulan Pak Yoga kenalan Argani. Laki-laki paruh baya yang mata keranjang itu bercerita tentang Putri yang mau jadi simpanannya asal mau kerja sama dengan Adji.
Perusahaan Pak Bagas mengalami kesulitan keuangan karena Papa Anwar menghentikan penanaman modal. Ayah mertua Andhira juga menarik saham dari perusahaan itu. Untuk bertahan, Pak Bagas dan keluarganya melakukan segala cara.
"Jangan berani kau menyakiti Dhira. Karena aku dan keluargaku tidak akan tinggal diam!" ucap Argani dengan nada tegas.
Andhira rasanya ingin menangis bahagia ketika Argani melakukan ini semua untuknya. Keluarga Atmadja memang memperlakukan dirinya dengan sangat baik, sehingga tidak ada alasan untuk pergi meninggalkan mereka.
***