Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Malam itu, bintang-bintang bersinar redup di atas Kerajaan Eryndor, menyelimuti istana dengan ketenangan. Di luar tembok tinggi istana, kehidupan rakyat berjalan dengan hiruk pikuk yang biasa.
Namun, di dalam istana, sebuah drama tengah berlangsung, menyelimuti hati seorang Putri muda dengan rasa takut dan gelisah.
Lyra baru saja kembali dari petualangan kecilnya di luar tembok istana. Dengan hati-hati, ia menyelinap masuk melalui pintu kecil di belakang taman istana.
Seluruh tubuhnya masih merasakan kebebasan yang baru saja ia nikmati. Berjalan di pasar malam, bercengkerama dengan teman-teman nya dari kalangan rakyat jelata, dan merasakan angin malam yang sejuk.
Di luar sana, ia bukanlah seorang putri. Ia hanyalah Lyra, seorang gadis muda yang penuh rasa ingin tahu dan semangat hidup.
Namun, kebebasan itu sirna seketika, saat ia melangkah masuk ke dalam koridor istana yang dingin. Langkah kakinya yang lembut hampir tak terdengar, tetapi detak jantungnya berdentam keras di dadanya.
Ia tahu, jika tertangkap, hukuman nya tidak akan ringan. Kali ini, keberuntungan tidak berpihak padanya. Di ujung koridor, bayangan seorang wanita berdiri menunggu. Ratu, dengan mata tajam dan wajah tanpa ekspresi, menatap putrinya dengan dingin.
...****************...
"Elyra", suara Ratu mengalun lembut, tetapi penuh dengan ketegasan, "dari mana kamu?".
Lyra terdiam, mencoba mencari alasan yang masuk akal. Namun, ia tahu bahwa tidak ada gunanya berbohong. Ibunya pasti sudah mengetahui kebenaran nya.
"Saya... saya hanya ingin menghirup udara segar, ibunda", jawab Lyra pelan, suaranya hampir berbisik.
Ratu mendekat, setiap langkahnya menggema di koridor.
"Kamu tahu betul bahwa seorang Tuan Putri tidak boleh berkeliaran di luar istana tanpa izin. Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu ingin mempermalukan keluarga kerajaan?".
Lyra menunduk, merasa kata-kata ibunya seperti duri yang menusuk hatinya.
"Saya tidak bermaksud mempermalukan siapa pun. Saya hanya ingin merasakan kebebasan, meskipun hanya sebentar".
Ratu menghela napas panjang, lalu melangkah berjalan menjauh. Sebelum benar-benar pergi, Ratu berbalik.
"Elyra, kamu adalah seorang Putri. Tanggung jawabmu jauh lebih besar dari sekadar keinginan pribadimu. Buatlah dirimu sedikit berguna".
Air mata mulai menggenang di mata Lyra, tetapi ia menahan nya.
"Selama ini, kalian tidak pernah mempedulikan saya. Tidak ada yang pernah bertanya pada saya. Tidak pernah ada yang berbicara lembut dengan saya. Tidak ada yang pernah perhatian pada saya", akhirnya Lyra menumpahkan semua yang selama ini dia pendam.
Ratu menatap putrinya dengan tatapan keras, "kamu selalu pandai membantah. Seperti wanita itu".
Lyra terdiam, dia hanya menunduk dan menahan tangisnya. Ibunya selalu saja membandingkan Lyra dengan pelayan wanita itu.
Ratu mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.
"Pernikahanmu telah ditetapkan. Kamu akan menikah dengan Pangeran Cedric dari Kerajaan Eldrath. Ini adalah keputusan yang sudah disepakati oleh ayahmu".
Lyra terkejut. Kata-kata itu bagaikan pukulan keras yang menghantam dirinya.
"Pangeran Cedric? Tapi... saya bahkan belum pernah bertemu dengan nya."
"Kamu tidak perlu bertemu dengan Pangeran Cedric. Ini adalah keputusan terbaik untuk kerajaan kita", jawab Ratu dengan tegas.
Dia melanjutkan, "pernikahan ini akan memperkuat aliansi kita dengan Kerajaan Eldrath".
"Ibunda, saya bisa saja menerima keputusan ini, namun saya ingin bertanya satu hal".
Ratu tetap diam. Dia tidak berminat dengan putrinya.
Karena Ratu hanya diam, akhirnya Lyra membuka suara, "mengapa bukan kedua kakak saya yang menikah? Mereka lebih tua dari saya, bahkan kakak sulung juga belum menikah".
Ratu mengepalkan tangan nya, "jangan berani menyebut ketiga anak ku".
Lyra tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Tapi saya tidak mengenal dia! Bagaimana bisa saya menikahi orang yang belum pernah saya lihat?"
"Kali ini, kamu harus berguna, Elyra..", ucap Ratu dengan wajah dingin.
Lyra merasa hatinya hancur. Ia tahu bahwa pernikahan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi tentang politik dan kekuasaan. Ia merasa seperti alat yang digunakan untuk kepentingan orang lain, tanpa ada yang benar-benar peduli pada perasaan nya.
Setelah beberapa saat, Ratu berjalan meninggalkan Lyra sendirian di koridor.
"Tapi saya juga putri anda... bukan hanya ketiga kakak saya", ucap Lyra, Ratu masih bisa mendengarnya namun dia tidak peduli.
Lyra berdiri di sana, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Namun, di dalam hatinya, sebuah tekad mulai tumbuh. Ia mungkin tidak bisa menolak pernikahan ini, tetapi ia akan membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar alat politik.
Ia akan menunjukkan bahwa dia adalah seorang Putri yang pantas dihormati dan disayangi.
Dengan langkah berat, Lyra berjalan menuju kamarnya. Malam itu, meskipun hatinya dipenuhi dengan kesedihan, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah.
Ia akan menemukan cara untuk mengendalikan hidupnya dengan caranya sendiri, meskipun dia harus berjuang sendiri.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan