Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 7 ~
Yuna, telah sampai di negara China bersama dengan Bibi Lala. Dia tinggal di apartemen milik sepupunya, kemarin malam setelah bertengkar dengan Raka dia menghubungi Darren sepupunya. Dia memutuskan untuk tinggal di sini menjauh dari Raka, dan keluarganya. Wanita itu sudah sangat kecewa terhadap Raka, yang sudah membohongi nya. Ternyata dibelakangnya pria itu telah berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Padahal, Yuna tidak pernah jahat pada sang sahabat. Tetapi mengapa Livia tega mengkhianatinya, dan bermain api dengan pria yang sangat dicintainya itu.
" Aku salah apa Bi, kenapa Mas Raka dan Via mengkhianati aku? Aku kurang apa, kok Mas Raka tega menduakan aku dengan sahabatku sendiri? " kata Yuna sembari mengusap air matanya yang turun tanpa kompromi menjatuhi pipinya.
Sementara itu, Bibi Lala mencoba menenangkan nya, dan memeluknya erat. Yuna menengadah menatap nanar wajah sang asisten kepercayaan, yang sudah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri tersebut. Sementara itu, Bibi Lala mengajak wanita itu untuk tidur dan beristirahat di kamarnya. Sebab, semalaman Yuna tidak tidur sama sekali, dan terus menangisi Raka.
" Kali ini, Bibi mohon Nyonya Muda harus istirahat. Sayangilah tubuh anda Nyonya, Bibi tidak ingin Nyonya sakit! " ujar Bibi Lala penuh kasih sayang.
Yuna menghela napasnya, " Baiklah Bibi, kali ini Yuna akan menuruti apa kata Bibi, " ujarnya sembari tersenyum tipis.
Sementara itu, Bibi Lala mencubit hidung sang Nyonya muda. " Nah, ini baru Nyonya Muda saya! " katanya tersenyum lebar.
" Ih Bibi, terima kasih ya. Yuna Sayang Bibi! " ujar Yuna tersenyum bahagia, sembari merangsek masuk ke dalam pelukan Bibi Lala.
Walaupun Yuna sudah berumah tangga dan memasuki kepala tiga, wanita itu benar-benar menunjukkan sifat kekanak-kanakannya pada Bibi Lala.
***
" Baiklah, kalau begitu kamu boleh tinggal di kediaman Wijaya. Tapi, kamu harus menjadi pelayan di sana. Sebab, aku takut istriku tahu kalau kamu tinggal di keluarga kami! "
Livia mengangguk, " Terima kasih,Tuan. " ujarnya sembari tersenyum manis.
Sementara Raka, memutar kedua bola matanya jengah. " Saya melakukan ini demi Yudha, bukan berarti saya ada rasa dengan kamu! "
" Baik Tuan, saya mengerti. "
Raka berbalik meninggalkan wanita yang sangat dibencinya tersebut. Sementara itu, Livia tersenyum penuh kemenangan.
" Hari ini kamu boleh membenciku, tapi ingat sebentar lagi, kamu akan bertekuk lutut di hadapanku, Raka. Dan, sebentar lagi aku akan menggeser posisi Yuna sebagai Istri dari Raka Wijaya hahahaha! " batin Livia.
" Mama sedang apa? "
Livia menoleh, dan menatap putranya heran. " Hah, kenapa kamu tiba-tiba ada di sini? Bukankah kamu sedang belajar ya? "
" Loh, aku kan sudah belajarnya. Mama main yuk? " ujar Yudha sembari memeluk pinggang ramping sang ibu.
Tapi sayang, Livia mendorongnya dan hendak menginjak kaki anak itu, tapi dia mengurungkan niatnya. Yudha menangis sembari menatap wajahnya.
" Mama kenapa Mama jahat pada Yudha? " ujarnya sembari terisak-isak.
" Karena kamu adalah anak pembawa sial, kalau saja aku tidak melahirkan kamu. Pasti aku sudah menikah dengan Raka sejak dari dulu. Ini semua karena kamu ya, aku sampai dihina oleh semua orang. Semua gara-gara kamu, makanya aku membencimu! " teriak Livia tepat di telinga anaknya dan berlalu pergi menuju kamarnya.
Wanita itu bersiap-siap untuk memasakkan makanan untuk Raka. Dia ingin membuat Raka terkesan dengannya, ya walaupun saat ini dia hanyalah seorang pelayan.
" Astaga, apakah dia masih menangis? Aku harus melihatnya terlebih dahulu! "
Saat tiba di ruang keluarga, ternyata Yudha sudah tidak ada. Alhasil, dia merasa lega dan kembali bekerja.
***
Yuna, bangun dari tidurnya dia kemudian duduk menyender di kepala ranjang. Hari mulai gelap, itu artinya sebentar lagi malam akan tiba. Bibi Lala datang menghampirinya, lalu dia duduk di samping ranjang.
" Nyonya Muda, tadi Budi menghubungi saya. Semuanya sudah dibereskan dan rumah siap untuk dijual. Para pekerja sudah digaji dan diberi pesangon juga. Sehingga, jika mereka tidak bekerja mereka bisa memiliki uang untuk modal usaha. " ujar Bibi Lala menjelaskan.
" Baik Bibi, terima kasih ya! " ujar Yuna sembari menyunggingkan senyumnya.
Lala mengangguk, " Ya sama-sama, B--maksudnya Nyonya Muda." jawab Lala sedikit canggung karena tidak biasanya dia memanggil Nyonya Muda.
Ya, semalam Yuna memintanya untuk memanggilnya dengan sebutan lain. Dia benar-benar ingin melupakan semua tentang Raka, jadi dia tidak ingin dipanggil Ibu lagi. Sebab, sebutan tersebut mengingatkan dirinya akan Raka Chandra Wijaya.
" Bibi pasti canggung? Tidak apa-apa Bi, kedepannya juga akan terbiasa seperti itu. Aku berterima kasih sekali, karena Bibi mau menemani aku tinggal di negara ini. Kalau tidak, aku tidak tahu harus bagaimana lagi " ujar Yuna sembari menepuk pundak sang asisten rumah tangganya tersebut.
"Baik N--nyonya Muda! " ujarnya mantap.
***
Saat ini keluarga Wijaya sedang makan malam bersama. Semenjak Yuna pergi, Raka kembali tinggal di kediaman milik Ayah dan Ibunya. Sembari menunggu Yuna ditemukan, dia membawa anaknya untuk pulang ke kediaman Wijaya.
" Jadi, kamu tidak tahu ibu kandung Yudha siapa? " tanya Ibu Raka menatap buah hatinya.
Raka yang sedang menyiapkan makanan untuk Yudha, menoleh ke arah sang ibu. Pria itu mengangguk mengiyakan.
" Aih, tapi kenapa tidak jujur pada Yuna? Sekarang menantu kesayanganku sudah pergi, kau ini benar-benar tidak bisa diandalkan, Raka " ujar Marlina.
" Lalu, gadis itu siapa? Sampai-sampai kau tidak ingin dia kenapa-kenapa? "
Raka menghentikan kegiatannya yang sedang mengunyah makanan, " Dia sahabatku, Aishah. "
" Tidak ada persahabatan antara lelaki dan perempuan. Mustahil itu terjadi Raka, pantas saja Yuna pergi kau ini memang berantakan ya? " tanya Chandra penuh penekanan," Papa kecewa padamu, " kata Chandra lagi sembari meninggalkan ruangan makan itu.
" Mama juga kecewa padamu Raka! " ujar sang ibu sembari menyusul ayahnya.
Sementara itu, Livia di balik dinding merasa lemas mendengar percakapan keluarga Wijaya ini. Apalagi saat dia mendengar perkataan dari Raka, ternyata orang yang sangat di cintainya itu benar-benar rumit. Dia bersaing bukan hanya dengan Yuna, tapi dengan sahabat dari Raka. Sebab, Yuna saja kalah apalagi dirinya.
Namun, dia tidak akan menyerah karena fakta tersebut. Dia akan mencoba untuk mendapatkan cinta dari Raka Chandra Wijaya. Supaya, dia bisa naik kasta menjadi istri seorang konglomerat seperti Raka.
" Pokoknya aku akan terus merayu Raka, sampai dia mau menikah denganku hihihi " ujarnya sembari tertawa kecil.
Sementara itu, Raka dan Yudha masih makan malam bersama.
" Pa, Nenek dan Kakek kenapa? Kok mereka tidak makan bersama kita? " tanya Yudha polos.
Raka mengusap lembut rambut coklat putranya, " Tidak apa-apa Sayang, makanlah dulu. Papa nanti akan berbicara dengan keduanya. Kamu makan yang banyak ya, habiskan semuanya "
Yudha mengangguk, " Baik Papa! "
" Apa yang harus aku lakukan, antara Yuna dan Aishah mana yang harus aku lebih utamakan?" batin Raka.
Bersambung