Nabila Althafunisa tiba-tiba saja harus menikah dengan seorang pria bernama Dzaki Elrumi Adyatama, seorang pria yang usianya 10 tahun lebih muda darinya yang masih berstatus mahasiswa di usianya yang sudah menginjak 25 tahun. Dzaki tiba-tiba saja ada di kamar hotel yang Nabila tempati saat Nabila menghadiri pernikahan sahabatnya yang diadakan di hotel tersebut.
Anehnya, saat mereka akan dinikahkan, Dzaki sama sekali tidak keberatan, ia malah terlihat senang harus menikahi Nabila. Padahal wanita yang akan dinikahinya itu adalah seorang janda yang memiliki satu putra yang baru saja menjadi mahasiswa sama seperti dirinya.
Siapakah Dzaki sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
"Ngapain di sini, Zel? Gak ada kelas?" tanya Dzaki saat Hazel malah kembali memandang ke jendela tanpa menyahutinya.
"Ada bentar lagi," sahut Hazel malas-malasan.
"Oh," ujar Dzaki.
Dzaki membuka laptopnya dan langsung saja yang terdengar di ruangan itu adalah bunyi keypad laptop milik Dzaki. Ia sibuk tanpa memedulikan Hazel. Dzaki tahu Hazel masih kesal padanya mengenai obrolan terakhir di rumahnya waktu itu. Jadi lebih baik Dzaki diam dan fokus pada pekerjaannya.
Hazel sendiri tidak nyaman dengan keheningan itu. Ia pun bertanya, "lu sendiri ngapain?"
"Gua ada bimbingan bentar lagi," sahut Dzaki ramah. "Gua nunggu di sini aja dulu soalnya biasanya sepi. Jadi enak buat diem."
"Lu udah mulai beresin skripsi lu?"
"Iya. Target gua akhir semester ini, gua harus wisuda," ujar Dzaki sambil terus mengetik di laptopnya.
"Kalau enggak, DO 'kan lu?" Hazel dengan nada mengejek.
Dzaki mengalihkan pandangannya dari yang tertuju pada laptop, menjadi pada Hazel. "Lu ada masalah sama gua, Zel?" tanya Dzaki tenang.
"Gak ada, gua cuma nanya doang," ujar Hazel meremehkan.
"Iya. Lu bener, kalau gua gak cepet beresin kuliah gua, gua bakal DO. Jadi gua gak bisa terlalu fokus sama kerjaan gua untuk sekarang."
Hazel berdecak, "kerja? Bukannya lu sibuk nongkrong dan clubbing?"
Dzaki berusaha meredam emosinya. Ia tak bisa sembarangan pada sang putra sambung. Ia tak mau Hazel semakin membencinya. "Iya gua kerja, udah sejak tiga tahun lalu pas gua mulai skripsi gua. Keasyikan kerja, jadi skripsi gua terbengkalai. Kalau untuk minum dan ngerokok gua udah berhenti. Makanya sekarang gua lebih milih makan ini." Dzaki mengeluarkan dua buah permen lolipop dari dalam sakunya. Ia simpan di meja satu, dan membuka yang satunya lagi kemudian mengulumnya.
"Permen susu melon?" Hazel meraih permen itu.
"Iya, istri gua suka soalnya," ujar Dzaki dengan santainya kembali fokus pada laptopnya.
"Istri? Lu udah nikah?" Hazel tercengang.
"Udah. Baru-baru sih," Dzaki mengulum senyumnya.
"Tapi gua gak dapet undangan?"
"Gua emang belum bikin resepsi. Baru nikah agama aja."
"Kenapa?" tanya Hazel sambil membuka permen itu juga.
Dzaki mencoba mencari alasan. "Nunggu gua lulus dulu."
Hazel memasukkan permen itu ke dalam mulutnya. "Nyokap gua juga suka permen susu melon," gumamnya tanpa curiga apapun. Dzaki hanya tersenyum mendengar Hazel mengatakan itu.
Juga, hati Hazel yang memanas karena melihat sang kekasih bersama dengan Dzaki tadi, sekarang kembali adem ayem. "Bang, lu kenal sama cewek gua?"
"Cewek lu? Siapa?" Dzaki penasaran.
"Leoni."
"Leoni cewek lu?" Dzaki begitu terkejut.
"Iya. Baru kok jadiannya, waktu awal masuk aja."
"Leoni anaknya temen nyokap gua. Gua udah kenal dia dari kecil. Tapi dia lebih tua dari lu, Zel?" komentar Dzaki tanpa sadar. Padahal ia sendiri menikahi ibu dari Hazel yang berumur sepuluh tahun lebih tua darinya.
"Dia cewek pertama yang gua suka, Bang," ujar Hazel tersipu. "Gua langsung nembak dia waktu itu. Awalnya dia nunjukin kalau dia tertarik juga sama gua sampai dia nerima gua. Tapi kesininya gua gak ngerti kenapa dia malah jadi dingin sama gua."
Dzaki senang tiba-tiba saja Hazel mencurahkan perasaannya padanya. Ini menjadi jalan untuk Dzaki mendekati sang putra sambung. "Pasti ada sesuatu yang bikin dia mutusin buat dingin sama lu."
"Contohnya?"
"Kayak lu bikin sesuatu yang bikin dia kesel kali?" tebak Dzaki.
Hazel memainkan gagang lolipop yang dimakannya. Kemudian ia ingat kejadian waktu itu. 'Gara-gara gua nolak dia waktu itu bukan ya?' gumam Hazel.
"Leoni orangnya gimana, Bang?" tanya Hazel. Jika Dzaki sudah mengenalnya Leoni sejak lama itu artinya Dzaki sudah sangat mengenal Leoni.
"Leoni anaknya feminim, dia pinter juga. Cita-citanya dari dulu ngikutin jejak ayahnya jadi dokter. Cuma dia tumbuh jadi anak yang manja karena orang tuanya emang manjain dia banget."
"Kalo mantannya? Lu tahu?"
"Ada beberapa yang pernah jadian sama dia, tapi gak pernah lama."
"Lu sendiri? Pernah gak suka sama Leoni?"
"Gua?" Dzaki merasa konyol. Tak pernah ada perempuan yang mampu singgah di hatinya yang dipenuhi oleh Nabila sejak lama. "Bagi gua Leoni lebih kayak adik."
"Syukur deh kalau gitu," ujar Hazel lega.
"Cuma saran gua lu jauhin Leoni."
"Kenapa?"
Dzaki tidak akan secara gamblang mengatakan bahwa ia pernah melihat Leoni bersama pria lain beberapa waktu lalu kepada Hazel. Atau kebiasan Leoni yang kurang lebih sama seperti dirinya dulu. Bahkan lebih parah. Dunia malam sudah menjadi teman bagi Leoni.
"Lu kebagusan buat dia, Zel. Minimal cari yang udah punya kesadaran diri buat nutup auratnya."
Hazel tertegun mendengar saran Dzaki. Ia ingat sewaktu ia mengatakan bahwa dirinya dekat dengan seorang kakak tingkat pada sang ibu. Nabila langsung terkejut dan bertanya, apa dia berhijab? Saat Hazel mengatakan tidak, walaupun Nabila tidak mengatakan apapun, namun Hazel sangat tahu sang ibu tidak menyetujuinya.
d omonhin muluu dr kemaren☺️