Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Zio tiba di restoran, ia melihat motor Arsy belum ada. Zio menunggu Arsy diparkiran.
Zio berpikir jika Arsy masih dalam perjalanan menuju kemari. Jadi ia berinisiatif untuk menunggu disini saja. Nanti baru sama-sama masuk kedalam restoran.
Pengunjung tidak terlalu ramai, meskipun ini hampir mendekati makan siang. Tidak seperti hari Sabtu dan Minggu.
"Sudah lama sampai? Kok tidak masuk, menunggu didalam, kan lebih enak?" tanya Arsy.
"Gak apa-apa, aku sengaja menunggu kamu disini, biar nanti bisa masuk sama-sama," jawab Zio dengan senyum lebarnya.
Arsy tidak lagi berkata, ia masuk lebih dulu lalu disusul Zio dibelakangnya. Arsy mengajak Zio ke ruangannya dan meminta kepada pelayan untuk disiapkan makan siang untuk mereka berdua.
"Kamu harus berhati-hati dengan Jaydon, dia itu orangnya licik," ucap Zio memperingati Arsy agar tidak terlalu dekat dengan Jaydon.
Arsy mengangguk pelan, dia juga sudah mencari tahu siapa Jaydon? Karena Arsy tidak akan sembarangan pada orang yang tiba-tiba dekat padanya.
Tidak berapa lama pelayan pun masuk dengan mengantar makanan. Zio dan Arsy pun mulai makan setelah pelayan itu keluar.
Zio tidak tahu jika perusahaan Jaydon dibuat kacau oleh Arsy. Hingga saat inipun, komputer di perusahaan Jaydon masih belum berfungsi.
"Kenapa kalian bermusuhan?" tanya Arsy setelah selesai makan.
"Persaingan di dunia bawah memicu untuk saling bermusuhan. Masing-masing ingin menjadi yang terkuat dan paling berkuasa," jawab Zio apa adanya.
"Tapi, kan bisa berdamai?"
"Ya, pola pikir seseorang beda-beda. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi, mau dengan cara apapun tidak akan bisa diajak berdamai. Dunia bawah, dunia bisnis pasti ada persaingan dan saling menjatuhkan," jawab Zio menjelaskan.
Arsy manggut-manggut membenarkan. Seperti keluarganya yang selalu banyak musuh, padahal mereka tidak memusuhi siapapun.
Namun musuh datang dengan sendirinya dari kelompok mafia hingga pesaing bisnis. Dari situ bisa diambil contoh, jika seseorang sudah punya ambisi, maka akan sulit terkendali.
"Pulang yuk!" ajak Arsy. Karena mereka juga sudah selesai makan.
"Kamu tidak melayani pelanggan?" tanya Zio. Zio bertanya seperti itu berharap Arsy berlama-lama disini, dan ia juga bisa bersama Arsy.
"Hari-hari biasa, pengunjung tidak terlalu ramai, paling mereka datang untuk makan siang dan malam saja," jawab Arsy.
Zio tidak lagi bertanya, iapun bangkit dari duduknya karena Arsy juga sudah bangkit.
Para pelayan berbisik-bisik saat melihat nona nya berjalan dengan seorang pria. Karena sebelumnya tidak pernah seperti itu.
"Aku sudah beberapa kali melihat nona Arsy berjalan berdua dengan pria culun itu. Apa itu pacarnya nona ya? Tapi nona kok seleranya seperti itu?" ucap si A.
"Hus, jangan bicara seperti itu, kalau aku pribadi nih ya? Yang penting cowok itu baik, penampilan bisa di ubah, tapi karakter...." Si B menggeleng tanpa meneruskan ucapannya.
"Iya, tapi aku perhatikan cowok itu tampan kok, meskipun penampilannya seperti itu. Tapi kayak gak asing ya? Seperti pernah lihat," timpal si C.
"Ehem, jangan membicarakan kejelekan orang lain, nanti terkena diri sendiri. Ibarat kita menepuk air didalam ember, percikan akan terkena muka kita sendiri," tegur Meydi yang mendengar obrolan mereka.
Mereka pun berhenti membicarakan Arsy dan Zio. Mereka takut jika Meydi melapor kepada boss mereka. Walaupun Meydi bukan orang seperti itu.
Sementara Zio dan Arsy yang berada di parkiran tidak tahu jika mereka di omongin oleh orang lain.
Jika mereka mendengarnya sekalipun, mereka juga tidak akan perduli dengan omongan orang tersebut.
Zio mengambil helm Arsy, lalu memasangkannya dikepala Arsy. Arsy terdiam dan keduanya saling pandang untuk beberapa detik.
"Terima kasih," ucap Arsy. Zio mengangguk lalu tersenyum, kemudian memberanikan diri menyentuh pipi Arsy.
Arsy menepis pelan tangan Zio, karena ia merasa tidak nyaman. Apalagi ini ditempat umum.
"Maaf," ucap Zio. Zio tidak untuk tidak menyentuh pipi Arsy. Itu sebabnya ia memberanikan diri.
Tapi jika pria lain, mungkin sudah dibanting ditonjok karena kurang ajar. Namun Zio? Entahlah, Arsy hanya menepisnya pelan.
Arsy naik keatas motornya, lalu pergi dari tempat itu. Disusul oleh Zio dibelakang sekaligus menjadi pengawal bagi Arsy.
Hanya begitu saja, Zio sudah merasa senang bukan main. Apalagi jika lebih? Mungkin Zio akan terus tersenyum sendiri dibuatnya.
"Terima kasih, sebaiknya kamu pulang saja," ucap Arsy setelah mereka tiba didepan gerbang mansion.
"Ya, aku hanya ingin memastikan jika kamu tiba dengan selamat. Ingat! Hindari Jaydon itu, dia orangnya licik." Sekali lagi Zio memperingatkan Arsy.
"Tenang saja, aku sudah tahu kok," jawab Arsy enteng.
Zio belum beranjak pergi sebelum Arsy masuk kedalam. Setelah Arsy masuk, barulah Zio pergi dari situ dengan perasaan tenang karena Arsy baik-baik saja.
Menurutnya, tidak ada yang lebih penting dari keselamatan Arsy. Dan juga, itu adalah kesempatan untuk ia terus bersama Arsy.
Zio melajukan motornya menyelusuri jalanan. Tanpa menghiraukan apapun, bahkan lampu merah pun ia langgar karena pikirannya hanya tertuju pada Arsy.
Zio tersadar saat motornya dihadang oleh motor polisi yang kebetulan melihatnya. Zio turun dari motornya dan membuka helmnya.
"Selamat siang Pak, bisa lihat SIM dan STNK nya?"
Zio mengeluarkan SIM dan STNK motornya, polisi memeriksa dengan teliti. Polisi melihat SIM Zio, kemudian memandang Zio dengan seksama.
Polisi mengerutkan keningnya. "Bisa lepas kacamatanya Pak?"
Zio menurut saja, polisi kembali mengamati Zio. Karena kurang yakin, polisi pun meminta KTP Zio. Sekali lagi polisi mengerutkan keningnya.
"Maaf Pak, Bapak terpaksa saya tilang. Karena bapak menerobos lampu merah, walaupun tidak menyebabkan kecelakaan."
"Damai saja ya, Pak. Soalnya tadi aku buru-buru."
Polisi mengangguk, lalu Zio mengeluarkan ponselnya dan mentransfer sejumlah uang ke rekening polisi tersebut.
Setelah menerima uang, polisi itu pun berterima kasih dan segera pergi dari situ. Zio mentertawakan dirinya sendiri karena keteledoran dan kekonyolan nya.
Seumur-umur, baru kali ini dia kena tilang. Biasanya, meskipun ugal-ugalan dijalan, Zio selalu lolos.
Zio melanjutkan perjalanan menuju perusahaan. Ia ingin menyibukkan diri dengan pekerjaan yang ia tinggalkan.
Hanya demi mengejar sang pujaan hati, Zio rela walau harus meninggalkan pekerjaannya.
Sementara Arsy sudah berada di dalam kamarnya. Ia beristirahat setelah selesai mandi.
"Kamu sudah makan Nak?" tanya Aleta yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.
"Sudah Ma, tadi mampir ke restoran bersama Zizi," jawab Arsy.
"Zizi? Zio maksudnya?" tanya Aleta yang tidak mengerti dengan putrinya yang memanggil orang seenak jidatnya saja.
"Siapa lagi? Sudah kayak kutu, maunya nempel terus," jawab Arsy keceplosan.
"Kamu suka dia, Nak? Seperti dia suka kamu. Dan papamu juga tidak masalah dengan hubungan kalian."
"Huh, bisa membahas masalah lain gak Ma? Bete aku dengarnya."
Aleta tersenyum lalu mengelus rambut putrinya dengan lembut. Aleta tahu jika putrinya juga menyukai Zio, tapi terlalu gengsi untuk mengakuinya.
lagi thor
paham...
jd jangan terlalu sombong