Arman berselingkuh dari istrinya karena cinta masalalu yang hadir ditengah rumah tangga yang mulai dia bina. pernikahan karena perjodohan itu awalnya tak dia terima dengan baik sampai akhirnya dia mulai menyadari kesalahannya dan ingin memperbaiki nya tapi sang Istri Aurora akhirnya menyerah dan pergi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persidangan
Aurora akhirnya sampai kerumah yang sudah dia beli sebelum pergi dari Arman dan barangnya pun telah ada disini. Dia kemudian meletakkan sikembar ketempat tidur box yang berada di kamarnya.
Rumah sederhana dengan 3 kamar itu akan menjadi saksi ketika dirinya akan berjuang membesarkan kedua anak kembarnya.
"Kita akan mulai berjuang dirumah ini nak, ummi akan berusaha semampu ummi untuk membesarkan kalian". Aurora mengecup dahi sang anak bergantian.
Sedangkan dirumah Sakit tempat dibawahnya ibunda Arman itu untuk berobat karena mengalami serangan jantung mendadak karena shock atas perbuatan sang anak dan perginya menantu kesayangannya beserta dengan cucunya.
"Inilah alasanku mempertahankan Aurora bagaimanapun acaranya, terus kenapa ayah dan bunda membiarkannya pergi??". Tanyanya kepada sang ayah dengan ketus.
" Kelihatannya otakmu sudah bergeser sampai kau bisa bersikap gila dan egois begitu. Kau mau membunuh Aurora pelan-pelan ha!! ". Hardik pak Marwan dengan penuh amarah.
" Tapi aku harus mengorbankan nyawa untuk kebahagiaan bunda!! ". Ucapnya dengan lirih.
Bugh.. " Ayah tak punya anak yang tak punya hati seperti mu, enyah kau dari hadapan ku!! ". Hardik pak Marwan mendorong Arman hingga terjungkal dari tempat duduknya.
" Ayah, aku!! ". Arman terbata-bata melihat kemarahan ayahnya.
" Pergi dari sini, semenjak manusia sial dan murahan itu kembali kau menjadi manusia gila yang tidak punya pikiran dan sekali lagi saya tegaskan jangan pernah menggangu Aurora dan kedua cucuku jika kau melakukannya maka akan ku buat hancur semuanya terutama karier mu!! ". Hardiknya menunjuk kasar anaknya itu.
" Tapi aku anak ayah". Protesnya tidak terima
"Saya tak punya anak seperti mu yang tidak punya hati dan egois". Pak Marwan meninggalkan sang anak setelah mengatakan hal itu.
Arman mematung mendengar bentakan dan teriakan sang ayah kepadanya. Dia tidak menyangka jika keluarganya akan hancur saat dia kembali bersama Rania.
"Aku tidak akan membiarkan Aurora tenang, dia harus tetap di sini dan menerima semuanya. Dia hanya manusia beruntung karena telah ku nikahi". Ucapnya dengan penuh amarah.
Dua hari berlalu, keadaan keluarga Arman tidak kunjung membaik, jatuhnya kondisi sang ibu dan marahnya sang ayah kepadanya membuatnya susah untuk datang menjenguk ibunya. Dia kini tengah mencari keberadaan Aurora dan anaknya dan akan memaksanya untuk tinggal kembali dirumah besar mereka dan menerima Rania menjadi madu karena dia sudah menikahi siri wanita itu keesokan harinya setelah pertengkaran itu.
Panggilan pengadilan pun datang sesuai yang dikatakan oleh Aurora dan Arman memenuhi panggilan itu dengan sombongnya. Dia tidak tahu jika Aurora telah mengantongi banyak sekali bukti untuk membuatnya terlepas dari pernikahannya.
"Saya tidak ingin bercerai dari istri saya pak Hakim karena anak saya masih kecil dan membutuhkan kedua orangtuanya, belum lagi kedua orangtua saya sangat menyayanginya". Arman mengucapkannya dengan lantang dan percaya diri.
Hakim kemudian mengalihkan pandangannya pada Aurora.
"Maaf pak hakim, satu-satunya kesalahan yang tidak bisa saya maafkan dalam pernikahan adalah perselingkuhan dan KDRT. Saya masih bisa bertahan jika itu masalah materi dan yang lainnya, tapi jika suami saya memiliki wanita lain tanpa izin saya dan menahan saya dengan kekerasan agar tetap bersamanya dan yang lebih parahnya lagi dia melakukannya saat saya akan melahirkan anak kami dan menikahi selingkuhannya seminggu setelah saya melahirkan maka saya dengan tegas ingin bercerai". Ucap Aurora dengan tegas dan lantang.
"Apa anda memiliki bukti apa yang anda katakan?? Tanya pak Hakim dengan wibawa.
" Tentu pak Hakim saya juga tahu jika suami saya telah menikahi selingkuhannya itu tanpa persetujuan saya. Itu artinya suami saya bahkan bisa saya pidanakan, tapi saya tidak menginginkannya, saya hanya ingin lepas dari pernikahan ini dan mendapatkan hak asuh anak saya". Aurora menatap tegas pak Hakim dibalik cadarnya.
"Secara hukum, anak di usia seperti anak saya, harusnya diasuh oleh ibunya karena dia membutuhkan asi. Jadi tolong yang mulia berikan kepada saya hak asuh anak dan saya tidak meminta apapun selain itu bahkan untuk nafkah anak saya". Ucap Aurora tegas.
" Saya keberatan yang mulia, dia tidak bisa membesarkan anak saya dengan baik, dia tidak memiliki materi yang cukup untuk bisa membesarkan kedua anak kami". Arman menjawab dengan keberatan. Dia sangat kesal karena Aurora bisa melawannya seperti ini.
"Maaf yang mulia, itu tidak benar, walau saya bukan orang kaya, tapi saya memiliki penghasilan lebih dari cukup hanya untuk membesarkan anak-anak saya. Saya bekerja di SD Wahdah, dengan gaji UMR dan saya juga memiliki usaha online dan saya juga seorang penulis novel dengan gaji yang cukup jadi jika hanya sekedar membesarkan dan membiayai anak-anak, saya masih sanggup". Ucapnya lagi.
"Baiklah sidang akan dilanjutkan minggu depan dengan menghadirkan saksi dan bukti-bukti jika memang benar yang anda katakan tadi. Maka sidang ini saya pending menunggu depan". Ucap sang Hakim mengetuk palu tanda berakhirnya sidang.
Saat keluar dari persidangan Arman menghalangi jalan Aurora karena dia harus mengancam Aurora bagaimanapun caranya.
"Kembalilah kerumah, maka akan ku maafkan segala kelakuanmu itu!! ". Arman memandang Aurora dengan sombong dan melipat tangannya didada tanda dia sangat marah.
" Tapi Maaf saya tidak bisa, mau kau jungkir balik pun saya tidak akan mau!! ". Ejeknya dengan yakin.
" Sudahlah Arman biarkan saja dia jika dia ingin bercerai, to kita sudah menikah dan bisa mendaftarkan pernikahan kita pada negara setelah kalian bercerai ". Rania berucap dengan santai dan merasa senang jika Arman dan Aurora bercerai.
Itu artinya dia akan menjadi satu-satunya menantu keluarga dan istri Arman.
" Itu bagus seperti yang dikatakan istrimu, aku malah tidak keberatan dan pasti senang sekali". Jawab Aurora dengan santai.
Mendengar perkataan Aurora muka Arman berubah sangat masam, dia seperti tidak terima jika Aurora mengikhlaskan nya dengan mudah.
"Aku tidak akan melakukannya, terserah apa katamu. Kau harus tunduk padaku dan tetap bersama orangtuaku. Mereka sudah mengangkat derajatmu dan keluargamu jadi tahu dirilah sedikit untuk membalas budi".
Aurora menganggukkan kepalanya tanda paham jika manusia dihadapannya ini memang stress dan merasa bos yang seenaknya memerintah.
"Tapi sayangnya saya tidak mau, apalagi jika harus berurusan denganmu dan keluargamu yang parasit itu".
" Kau harus mau, jika tidak kau akan menanggung akibatnya". Ancamnya lagi.
"Terserah lah, aku cape ngomong sama manusia batu tidak tahu diri seperti mu. Sudah tahu dirinya salah malah selalu mencari pembenaran pada orang yang tidak tahu apapun". Aurora meninggalkan mereka tapi tetap tidak bisa karena Arman mencegatnya lagi.
" Aku bilang kau harus patuh, kau manusia tidak tahu diri dasar perempuan miskin!! ". Teriaknya menggelegar.
Bahkan Hakim yang menjadi pemimpin sidang menyaksikan sendiri bagaimana Arman mencengkram kuat pergelangan tangan Aurora dan berusaha menyeretnya dengan kasar.
" Berhenti sekarang juga atau kulaporkan kau kepolisi dengan pasal perzinaan dan kupastikan kalian berdua masuk kedalam penjara!! ". Aurora menyentakkan tangan Arman dengan kasar sehingga meninggalkan tanda merah yang sangat kentara karena kulitnya yang putih.