Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dicuekin Shaka
Shazia tersenyum kikuk.
"I-iya, Bu. Harganya mahal banget," sahut Shazia seraya membayangkan wajah Shaka yang tampak lumayan tampan saat di restauran tadi. Tapi hanya cukup tadi saja anak itu terlihat tampan, karena sebelum-sebelumnya kalau ketemu jangan kan keliatan tampan, yang ada muka anak itu selalu keliatan ngeselin.
Shazia masih ingat betul berapa banyak uang yang harus Shaka keluarkan untuk membayar makanan berikut booking tempat. Nominal yang sangat fantastis. Tapi....kenapa anak itu bersikap biasa saja, seakan harga segitu tidak lah seberapa. Padahal ia yakin jika anak itu pasti telah menguras semua uang tabungan nya.
Mengingat Shaka, Shazia jadi ingat jika ponselnya mati dan harus segera di charger agar nanti ia bisa menghubungi anak itu untuk mengucapkan terima.
"Bu, Shazia mau bersih-bersih dulu ya!"
Aliyah mengangguk senyum.
Shazia bergegas ke kamar mandi. Namun saat mendekati pintu, ia berhenti dan berbalik badan.
"Bu !" seru Shazia.
Aliyah yang hendak menuangkan isi paper bag ke dalam piring pun menoleh.
"Kenapa?"
"Sebenarnya..."
Kening Aliyah mengernyit melihat Shazia yang ingin bicara tapi tampak ragu.
"Sebenarnya kenapa, sayang?"
"Sebenarnya itu.....bukan makanan dari mas Emran. Tapi....dari Sha-Shaka," jelas Shazia dengan perasaan gugup.
Aliyah tampak terdiam sejenak sebelum kemudian ia bertanya." Kamu serius ini dari nak Shaka?"
Shazia mengangguk-angguk kan kepalanya.
"Kok bisa nak Shaka kirim makanan ini buat ibu? Apa kamu bisa menjelaskan nya sama ibu?"
Shazia sedikit menundukkan pandangan dan me re mas jemari. Suatu kebiasaan spontan jika gadis itu merasa gugup atau diambang dilema.
"Sebenarnya...." Shazia menjeda ucapan nya, membuat Aliyah menanti-nanti dengan rasa penasaran.
"Sebenarnya, Shazia enggak pergi sama mas Emran, Bu. Tapi.....Shazia pergi sama Sha-Shaka. Shaka yang mentraktir Shazia makan di kafe cinta dan termasuk yang mengirimkan ibu makanan itu."
Setelah berterus terang, Shazia menggigit bibir bawah dan menunduk semakin dalam. Ia sudah pasrah jika sang ibu akan menceramahi nya lagi seperti saat Shaka mengantarnya pulang. Yang terpenting ia sudah berkata jujur tanpa menutupinya dari sang ibu. Lagian kasihan Shaka yang sudah mengeluarkan uang banyak. Makanan itu darinya kenapa harus di claim dari Emran yang tak tau apa-apa pikir Shazia.
"Ooh. Kalau begitu ibu salah mengucapkan terima kasih nya dong ya. Mestinya, ibu berterima kasih sama nak Shaka, bukan sama nak Emran."
Shazia langsung mengangkat wajah, dan menatap sang ibu dengan tatapan 'cuma gitu doang respon ibu!'
"Ya udah. Kalau gitu nanti tolong kamu sampaikan ucapan terima kasih ibu buat nak Shaka ya?" tutur Aliyah.
Shazia tersenyum kikuk.
"I-iya, Bu. Kalau gitu Shazia mau mandi dulu ya Bu." Gadis itu pun segera ngacir ke kamar mandi.
Shazia menutup pintu kamar mandi dan menyender di daun pintu tersebut. Ia tersenyum lega karena sang ibu tak lagi menceramahinya 'sebagai wanita sholehah dan calon istri yang baik, alangkah baiknya kamu membatasi pertemanan dengan seorang laki-laki untuk menjaga perasaan nak Emran'. Ck, ibunya itu tak tau saja jika pria itu tadi sudah menelantarkan nya di masjid dalam situasi hujan lebat. Dan gara-gara pria itu, ia di kejar-kejar Dirgantara sampai masuk ke area pemakaman.
"Apa enggak sebaiknya aku ceritakan aja soal sikap orang tua mas Emran ke aku! tapi gimana kalau ibu jadi sedih ?"
Sejujurnya, Shazia lelah juga jika harus memikul beban perasaan ini sendirian. Dan entah sampai kapan ia sanggup bertahan. Shazia menghela nafas pasrah. Biarlah. Biar kan waktu yang menentukan bagaimana perjalanan cinta nya bersama Emran, dan bagaimana endingnya nanti.
Shazia segera menyalakan ponsel nya setelah terhubung dengan colokan charger dengan rasa tak sabaran. Ia ingin segera melihat apakah Shaka membalas pesan-pesan nya?
Setelah menyala, ia langsung membuka aplikasi chat. Bibir gadis itu mengerucut karena Shaka tak membalas satu pun pesan nya, hanya tampak centang biru saja. Itu artinya, Shaka hanya membaca chat nya tanpa minat membalasnya.
"Apa Shaka marah ya. Kenapa dia enggak mau balas satu pun pesan ku?" gumam Shazia dengan perasaan tak enak.
Tapi meski seakan dicuekin, Shazia tak putus asa. Gadis itu kembali mengirim pesan. Mengucapkan terima kasih atas nama pribadi dan ucapan terima kasih dari ibu nya.
Tak lama, pesan nya dibalas Shaka.
"Sama-sama."
Shazia terbengong dengan arah tatap pada layar ponsel. Hanya gitu doang balasnya? Entah mengapa ia merasa tak puas dengan respon Shaka yang hanya dua kata itu seakan irit bicara. Padahal aslinya bawel banyak omong. Shazia ingin nya Shaka membalas nya dengan kalimat panjang, seperti biasanya jika berbicara dengan nya.
Shazia kembali mengirim pesan pada Shaka dengan harapan pesan nya kali ini dibalas panjang oleh anak itu.
Sedetik kemudian, pesan nya dibalas lagi.
"Okey."
Shazia kembali terbengong. Alih-alih ingin di balas dengan kalimat panjang, Shaka justru membalas nya dengan kata lebih irit lagi, yaitu hanya satu kata saja.
Sebaliknya, Emran lah yang justru mengirim pesan begitu banyak dengan segala alasan. Dan kata-kata yang puitis. Shazia mendengkus sebal membaca pesan-pesan Emran, dan memilih membiarkan nya begitu saja. Ia masih merasa kecewa pada pria itu gara-gara sikapnya yang plin plan, tak seperti yang pria itu katakan sebelum menjemput ibunya.
"Apa aku telpon Shaka aja kali ya!"
Shazia tak putus harapan. Gadis itu masih memiliki ide yang lain. Ia kemudian segera menelpon Shaka.
Senyum pun mengembang di bibir gadis itu saat mendengar telpon nya terhubung.
"Halo, Assalamualaikum, Sha_"
"Waalaikum salam. Maaf, aku sedang sibuk."
Tut
Tut
Shazia terdiam dengan mulut terbuka. Shaka menyela ucapan nya. Tak hanya itu, anak itu pun langsung menutup telpon nya, seakan tak ingin memberikan kesempatan padanya untuk berbicara.
Bibir Shazia kembali mengatup dengan sendirinya.
"Kamu benar-benar sibuk atau hanya ingin menghindar aja, ka? semarah itu kah kamu sama aku? Ya aku tau, aku salah sudah meninggalkan kamu. Tapi kamu sendiri kemana saat aku nungguin kamu?" gumam Shazia yang merasa bersalah, tapi tak ingin disalahkan sepenuh nya. Karena gara-gara anak itu juga yang membuatnya terpaksa ikut dengan Emran.
Pagi hari, Shazia mendekati Aliyah yang sedang bersiap-siap akan pergi ke rumah makan miliknya. Hari ini adalah hari pertama Aliyah akan membuka rumah makan nya.
"Lho, kok belum siap-siap?" Tanya Aliyah.
"Ini sudah siap, Bu," balas Shazia.
Aliyah tersenyum gemas.
"Masa iya, ke kantor pakai pajamas gitu."
Shazia terdiam dengan perasaan yang bingung.
"Hei, kenapa diam saja? sudah jam tujuh lho. Emangnya kamu enggak takut datang telat, sayang."
Shazia menghela nafasnya dalam-dalam sebelum ia berkata jujur, dan mungkin kejujuran nya ini bisa saja membuat ibunya shock atau marah padanya. Tapi, Shazia sudah pasrah jika ibunya akan memarahinya.
"Bu !!" ucap Shazia pelan.
"Hem." Aliyah menyahut tanpa melihat pada Shazia. Tangan nya sibuk menata barang-barang ke dalam kantong besar.
"Sebenarnya, Shazia sudah enggak kerja di kantor lagi. Shazia......." Shazia menjeda ucapan nya, membuat Aliyah menoleh padanya.
"Shazja sudah dipecat sama big bos, Bu."
demi cinta jadi sopir pun d lakukan y shaka,tpi sayang yg d cintai cma nganggap adik aja.Tapi semoga mba shaziamu segera menyadari perasaannya.
Ihh nyebelin bgt keluarga pak ramlan benalu.
Waduh coky masa kamu lupa kalau bossmu absurt tapi baik hati itu sudah bucin sama mbak Shazia, jadi mau ada cewek cantik & tajir gak akan terlihat?? 😂😂😂 Gimana kalau Tasya buatmu saja🤭😅😅😍😍