NovelToon NovelToon
Balasan Buat Suami Selingkuh

Balasan Buat Suami Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ratna

Menikah dengan pria idaman adalah dambaan tiap wanita. Adelia menikah dengan kekasihnya bernama Adrian. Di mata Adelia Adrian adalah laki-laki yang baik, taat beragama, perhatian sekaligus mapan. Namun ternyata, setelah suaminya mapan justru selingkuh dengan sekretarisnya. Apakah Adelia mampu bertahan atau justru melangkah pergi meninggalkan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Sial, Kamu Di Pecat!

Keduanya duduk di sofa dengan tangan gemetar. Orang yang datang itu ternyata bukan pegawai biasa melainkan presdir muda yang tampan namun tegasnya minta ampun. Ia sengaja datang lebih awal untuk berkeliling di ruang-ruang kantor karyawannya melihat kinerja bawahannya.

Jengkel juga karena mendapati satu ruangan terkunci rapat dan waktu ingin masuk dalam waktu yang cukup lama baru di bukakan. Ia merasa di remehkan.

"Kalian pikir aku pelayan yang di suruh menunggu di luar. Ingat, aku bisa pecat kalian berdua kalau berani macam-macam di kantorku!" peringat presdir.

"Ma ... maaf, jangan pecat saya Pak," ucap Adrian. Bagaimanapun orang yang tengah berdiri di depannya adalah orang terpenting perusahaan. Seseorang yang bisa membuat Adrian kere seketika.

Presdir muda itu melihat ke sekeliling ruangan Adrian. Beberapa barang kelihatan berserakan seperti ada yang sengaja melakukannya. Lalu pandangannya tertuju pada celana dalam seorang wanita yang teronggok di sudut bawah sofa. Ia membelalak kaget lalu menatap tajam ke arah Adrian dan sekretarisnya bergantian.

"Kamu." Tunjuk presdir itu pada sekretaris Adrian.

"Saya?" tanyanya.

"Iya, saya tunjuk kamu ya kamu!" sentak presdirnya.

Sekretaris Adrian gemetaran, ia yakin pasti ada kesalahan yang di perbuatnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Ya."

"Coba kamu ambil di bawah sofa itu, mungkin milik kamu yang belum sempat kamu pakai," sindir presdirnya.

Wajah sekretaris itu menjadi pias manakala ia menengok ke bawah menemukan celana dalam berwarna pink menyala teronggok di bawah sofa.

"I .. itu_." Sekretaris Adrian tidak mampu menjawab, bibirnya gemetaran.

"Cepat ambil! Dan segera pakai di toilet sana!" sentak presdir.

"Ba ... baik."

Buru-buru sekretaris itu mengambil celana dalamnya dan masuk ke dalam toilet yang berada di ruangan Adrian.

"I ... ini, tidak seperti yang bapak lihat," ucap Adrian gugup. Ia membela dirinya seolah tidak terlibat sama sekali.

"Kamu pikir, aku buta dan bodoh!"

"Aku bangun perusahaan ini bukan untuk menjadi tempat pelacuran!"

"Kau boleh melakukan apa yang kamu suka. Tapi tidak di kantorku!"

"Kamu pikir aku tidak bisa menurunkan posisimu! Ingat kau hanya karyawan di sini, bukan pemilik perusahaan. Jadi, jangan berpikir bisa bertindak seenaknya di kantorku!" bentak presdir.

Sekretaris Adrian sudah keluar dari toilet. Ia berjalan menghampiri Adrian membawa rasa takut bersamanya.

"Kau juga, dengarkan aku!"

"Kalian berdua aku skors karena telah melakukan aktivitas asusila. Jadi, kalian akan menjadi pasangan office boy dan office girl yang khusus membersihken toilet."

"Ini sudah keputusan mutlak, tidak bisa di ganggu gugat. Jika kalian keberatan, kalian bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini!"

Keduanya saling melihat satu sama lain lalu Adrian menatap tajam pada presdir di depannya.

"Ini penghinaan terhadap ijazah saya. Saya lulusan S2, tidak akan sudi menjadi cleaning servis."

"Terima kasih atas tawarannya, tapi lebih baik saya melamar kerja di tempat lain. Daripada menjadi cleaning servis!"

"Permisi."

Langkah Adrian di ikuti sekretarisnya, mereka tidak menyangka hari ini akan menjadi gari kiamat bagi mereka.

"Dasar, sudah untung aku masih mau mempekerjakan kalian," gerutu presdirnya.

Ia pun keluar dari ruangan Adrian, namun matanya tiba-tiba tertuju pada bingkai foto kecil gambar seorang wanita cantik dan Adrian memeluknya dari belakang.

"Wanita ini? Bagaimana bisa berpelukan dengan laki-laki mata keranjang seperti Adrian. Mungkinkah?"

Berbagai spekulasi muncul di jepala presdir tampan itu. Namun setelah ia menanyakan pada salah seorang karyawan di kantornya. Perempuan itu tak lain adalah Adelia istri pertama Adrian.

"Ternyata, nasibmu malang sekali," gumamnya.

Di pinggir jalan Adrian mau naik taksi, karena selama ini mobil yang di pakai adalah mobil kantor. Ia terpaksa mengembalikan kunci mobilnya karena bukan lagi karyawan di sana.

"Pak, aku ikut dong." Sekretaris cantik itu mau ikut Adrian.

"Eh, tidak usah. Bisa-bisa aku di marahin istriku di rumah," tolak Adrian.

"Gimana sih, bapak ini. Kan kita senengnya bareng-bareng, masa pas susahnya aku di tinggalin," balas sekretarisnya.

"Terserah apa yang kamu pikirkan. Pokoknya, aku mau pulang. Pusing kepalaku!"

"Brak!" Adrian menutup pintu taksi cukup keras.

"Jalan, Pak."

Sekretaris Adrian hanya bisa menatap kecewa ke arah taksi yang meluncur pergi meninggalkannya. Ia menyesal kenapa berani bermain api dengan bosnya. Kini balasan yang terjadi bertubi-tubi. Selain kehilangan keperawanannya. Ia juga kehilangan pekerjaannya.

"Maaf, Pak. Kalau nutup pintunya jangan kenceng-kenceng. Apa bapak mau servisin, kalau pintu mobil taksi saya rusak?" perongat sopir taksi.

"Kamu berani mendikte saya, mobil kamu ini pun saya bisa beli!" bales Adrian belagu. Ia lupa jika dirinya sekarang sudah menjadi pengangguran.

"Bener nih, kalau bapak orang kaya mana mungkin naik taksi butut saya ini," balas sopir taksi itu tak kalah telaknya.

Adrian pun terdiam, pikirannya terlalu kacau balau. Kejadian hari ini benar-benar di luar dugaannya. Apa kata Salsa nanti. Pasti akan marah besar jika tahu dirinya sekarang pengangguran.

'Tidak, Salsa tidak boleh tahu.'

'Bisa-bisa dia minta cerai padaku.'

'Aku masih membutuhkannya,' batin Adrian.

Melamun memikirkan nasibnya yang tengah di rundung kesialan. Tak sengaja mata Adrian menangkap postur wanita di pinggir jalan yang mirip Adelia.

'Adelia?'

Wanita itu tidak seperti biasanya kelihatan lebih cantik dan penampilannya elegan. Adrian melihatnya dari balik kaca mobilnya. Ia hampir tidak percaya jika yang di lihatnya tadi adalah Adelia.

"Eh, tolong berhenti, Pak."

"Bisa kita balik ke arah sana?" tanya sopirnya.

"Tidak bisa, Pak. Ini jalan searah, bisa-bisa mobil saya di tilang polisi."

Adrian tidak bisa berbuat apapun, kecuali hanya bisa melihat Adelia dari kejauhan hingga terhalang pandangannya oleh kendaraan lainnya.

'Bagaimana dia bisa berubah secantik itu? Apakah aku yang sudah rabun,' pikir Adrian.

Adrian tiba-tiba merasa rindu pada Adelia. Wanita itu tidak banyak tingkah seperti Salsa. Tapi, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mencari istrinya. Egonya terlalu tinggi.

Sesampainya di rumah, bukannya di sambut hangat oleh Salsa. Rumah malahan sepi tak ada pembantu yang wira-wiri seperti biasanya.

"Salsa!"

"Salsa!" panggil Adrian.

"Kemana sih dia," gumam Adrian. Ia menaiki tangga mencoba mencari Salsa di kamar utama.

Kaget melihat di atas ranjangnya berserakan paperbag barang belanjaan Salsa.

"Loh, kok pulang lebih awal, Mas."

"Iya, enggak ada kerjaan di kantor jadi aku pulang," bohong Adrian.

"Ya sudah, kebetulan aku lagi bingung nih mau pakai yang mana untuk acara ulang tahun temenku nanti," kata Salsa.

Adrian makin pusing melihat kamarnya berantakan penuh barang Salsa. Entah berapa duit yang ia habiskan untuk membeli semua barang mahal itu.

"Kau habiskan uangmu?" tanya Adrian.

"Ya, iyalah. Kan bentar lagi Mas dapet duit lagi. Buat apa sih ada uang kokdi anggurin," kata Salsa seenaknya. Ia menempelkan satu helai baju barinya di dadanya.

"Cantik ya Mas, kalau aku pakai baju ini," celoteh Salsa.

"Hemm."

Adrian rasanya kurang bernafsu menjawab perkataan Salsa. Ia masih ingat peristiwa pemecatannya di kantor. Benar-benar memalukan.

"Mas kenapa sih wajahnya di tekuk gitu?" tanya Salsa.

"Capek." Adrian menjatuhkan tubuhnya di antara tumpukan baju baru Salsa.

"Eeh ... minggir dulu. Baju baruku bisa lusuh semua nih," protes Salsa. Ia memaksa menggulingkan tubuh Adrian ke samping dan mengambil baju-bajunya.

"Ini tuh mahal tahu, aku udah lama pingin baju limited edition ini," kata Salsa mengagumi pilihannya.

"Tolong pijitin kakiku," pinta Adrian.

"Enggak, ah. Aku kan lagi hamil, Mas. Masa sih kamu suruh mijitin kakimu. Panggil tukang pijit kan bisa. Tinggal bayar, beres deh," balas Salsa.

"Ya sudah aku mau tidur. Ngantuk."

Adrian menyesalkan kenapa menikahi wanita seperti Salsa. Wanita itu sama sekali tidak perhatian padanya.

---Bersambung--

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!