Gibran harus merelakan kisah cintanya dengan Shofiyah yang telah dia bina selama 8 tahun kandas karena orangtua Shofiyah tak menerima lamarannya dan membuatnya harus menyaksikan pernikahan kekasih yang begitu dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluar dari BEM
Kejadian sebelumnya membuatnya sangat trauma kekampus, tapi dengan baik hatinya Shofiyah selalu mengantar jemputnya dan tidak membiarkannya seorang diri.
Fitri menangis menceritakan kisah pilu yang menimpanya, dia selalu bersyukur bisa berteman dengan Shofiyah.
"Aku bersyukur karena Shofiyah datang tepat waktu, aku tidak tahu apa jadinya aku jika dia tidak datang menolongku". Fitri menunduk dengan tangisan berderai.
Rafa mengeraskan rahangnya, bisa-bisanya ada anggotanya bertindak asusila seperti itu, dia menatap tajam Rendi dengan tatapan membunuh, dia menghampirinya.
"Bugh". Pukulan keras itu membuat Rendi terjungkal kebelakang dengan kursinya.
" Kenapa kalian tidak mengatakan sebelumnya ". Murka Rafa kepada Shofiyah.
" Aku hanya tak mau mengulang masa kelam sahabatku kak, aku masuk anggota BEM untuk melindungi semua sahabatku terutama mendapatkan perlindungan dari kampus untuk menindak lanjuti kasus ini. Saya menunggu waktu yang tepat untuk membongkarnya". Shofiyah membalas tatapan tajam ketua BEM dia hadapannya itu.
"Kau masuk hanya karena itu?? Tanya Rafa tidak percaya".
" Kalian semua anggota BEM selalu berbuat seenaknya kepada mahasiswa lain karena kalian mendapatkan keistimewaan karena anggota tapi kalian sendiri lupa jika tugas yang kalian bawah itu akan diminta pertanggungjawaban ". Shofiyah memandang tajam mereka semua.
" Kalian yang menjadi anggota BEM harusnya memberikan contoh dan membuat mahasiswa yang berada di kampus itu nyaman dan membantu mereka jika diperlukan tapi dalam prakteknya kalian adalah manusia seenaknya". Murka Shofiyah karena selama ini memang dia menyaksikan sendiri bagaimana kelakuan anggota BEM itu.
Mereka semua menunduk karena mereka tahu Shofiyah menyaksikan bagaimana kelakuan mereka karena Shofiyah juga anggota BEM, apalgi memang Shofiyah terkenal rajin dan berbakat.
"Shofiyah apa maksudmu berkata seperti itu?? ". Rafa murka seketika mendengar ucapan Shofiyah yang merendahkan teman-teman perjuangannya.
" Maaf kak, saya hanya berkata dengan fakta, saya bahkan memiliki buktinya atas kelakuan beberapa anggota BEM terutama kaum senior termasuk si Rendi itu!! ". Shofiyah menantang Rafa dan kini berhadapan langsung dengannya.
Lelaki tampan berperawakan tinggi itu menatap shofiyah dengan dalam, dia tahu gadis dihadapannya ini adalah gadis paling jujur dan tegas yang pernah dia temui. Itulah yang membuat dia kagum dengan kepribadiannya.
"Kakak mengenal saya dengan baik bukan, saya bukan orang yang suka berbohong apalagi bertindak seenaknya tanpa ada bukti, aku bisa memperlihatkan kelakuan mereka sekarang juga". Shofiyah kembali menantang Rafa untuk melihat faktanya.
Sedangkan semua senior yang dimaksud Shofiyah menjadi ketar-ketir mendengar ucapannya, mereka sudah tingkat akhir jangan sampai mereka dikeluarkan dari kampus.
"Shofiyah, apa kamu bermaksud jadi mata-mata di BEM?? Shock Rafa tidak menyangka apa yang dilakukan Shofiyah.
Shofiyah menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan ucapan seniornya itu.
" Selama ini saya menghormati kalian, saya melakukan kewajiban saya dengan sangat baik dan penuh tanggung jawab, apakah itu kalian pikir hanya sekedar jadi mata-mata?? Shofiyah memandang mereka semua sendu.
"Saya sangat menghargai insitusi kampus terutama BEM yang mengajarkanku banyak hal tapi saya juga sangat kecewa karena senior yang harusnya menjadi panutan malah selalu berbuat seenaknya. Saya merekamnya bukan untuk membuat kalian dalam masalah tapi hanya untuk melindungi diri jika kalian menyerangku". Shofiyah memandang mereka semua dengan mata berkaca-kaca.
"Shofiyah kami". Mereka tergagap melihat mata Shofiyah berkaca-kaca.
" Saya mengundurkan diri dari BEM kak, saya tidak mau berurusan dengan manusia-manusia yang seenaknya dan tidak bertanggungjawab. Dan saya hanya minta tindak keadilan untuk sahabat saya jika tidak, saya sendiri yang akan mencari keadilan pada pihak kampus dan kupastikan jika kalian semua akan bertanggungjawab ". Permisi". Shofiyah meninggalkan mereka dengan rasa kecewa mendalam.
" Shofiyah tunggu, kita masih bisa membicarakan ini dengan baik tanpa harus keluar dari sini". Kak Rafa menghentikan Shofiyah, menurutnya BEM sangat membutuhkan orang-orang yang berdedikasi dan bertanggungjawab seperti Shofiyah.
"Maaf kak, keputusanku sudah bulat, saya tidak mau berurusan dengan kalian yang selalu seenaknya, dan bertingkah kurang ajar, saya Yakin kak Rafa bisa memberikan keadilan untuk sahabat saya dan orang-orang yang menjadi korban Rendi jadi tolong biarkan saya keluar dan jangan sampai saya sendiri yang mencari keadilan pada pihak kampus". Permisi.
Rafa terduduk lemas mendengar ucapan Shofiyah, dia tidak menyangka orang-orang yang dia pimpin ternyata seperti itu. Rafa masuk kedalam ruangan kembali dan berhadapan dengan mereka langsung.
"Kalian harusnya malu pada diri kalian sendiri jika seperti ini, kalian beruntung jika Shofiyah tidak membeberkan kelakuan kalian kepada petinggi kampus dan sekarang aku akan berbuat keadilan sesuai keinginan Shofiyah dan kau Rendi kau dikeluarkan dari kampus dengan tidak hormat, kau bisa mencari pembelaan jika kamu mau masuk penjara". Rafa memandang tajam Rendi seakan membunuhnya.
"Kalian yang memang menyaksikan kelakuan Rendi harus menjadi saksi nantinya karena jika Rendi tak mau keluar dari kampus sendiri maka saya pribadi akan meminta pihak kampus mengeluarkan Rendi secara tidak hormat. Rapat selesai silahkan meninggalkan ruangan.
"Dan kau Rendi pastikan tidak berbuat macam-macam apalagi sampai membalas Shofiyah dan temannya karena dia punya bukti kejahatanmu, berpikirlah ribuan kali sebelum kau masuk penjara". Ucap Rafa meninggalkan ruang sidang.
Rendi yang mendengar ucaoan Rafa menjadi pucat dan ketakutan, dia sangat takut masuk penjara apalagi itu diketahui oleh orang banyak, ayahnya adalah seorang kepala desa yang sangat disegani di kampungnya, apa jadinya dirinya jika beliau tahu kelakuannya selama ini.
Dia lebih baik keluar dari kampus dengan terhormat daripada membuat malu keluarga besarnya apalgi di kampung keluarganya termasuk orang berpengaruh.
"Makasih yah, sudah mendapatkan keadilan untukku, aku sungguh beruntung memilikimu". Fitri memeluk sahabatnya itu dengan sayang dan menangis Haru.
" Aku hanya memberikan manusia tidak tahu diri itu pelajaran yang tidak akan dia lupakan dalam hidupnya". Shofiyah membalas pelukan sahabatnya itu dengan sayang pula.
"Maaf yah karena ini membuka luka lama untukmu, tapi aku hanya ingin membuatmu mendapatkan keadilan".
" Tidak sayang, aku yang harusnya berterima kasih atas semua yang kau lakukan untukku. Kau tidak hanya menjadi teman yang baik untuk ku tapi juga sahabat rasa saudara yang kental".
"Ya sudah, aku antar kamu pulang dan aku akan kemabali kesini menunggu Gaby pulang bersama-sama.
" Baiklah terima kasih yah".
"Sama-sama sayangku".
Mereka berjalan keluar kampus untuk mengambil motor shofiyah dan mengantarkan Fitri pulang ke kos yang lumayan jaraknya itu.
Setelah sampai shofiyah berpamitan kepada Fitri untuk kembali kekampus untuk mengambil barang-barang nya dan menunggu Gaby pulang dari kampus setelah kegiatan ospek itu.
Setelah sampai Shofiyah masuk kembali ke ruangan mengambil barang-barang nya kemudian berlalu dari hadapan senior dan teman-temannya yang berada disana dan memandangnya dengan sendu.