SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
*******
Dua tahun kemudian...
Waktu terasa begitu cepat berlalu, seakan tak terasa sudah beberapa waktu berlalu sejak Rayan kembali menjalani kehidupan sebagai seorang yang sendiri.
Setiap hari ia sibuk dengan rutinitas yang di jalaninya, mengurus bisnis, menjadi guru di pesantren teman ayahnya, dan juga menjadi seorang dosen di perguruan tinggi tempatnya mengajar.
Seiring berjalannya waktu, perasaannya mulai stabil dan perlahan ia mulai menerima kenyataan pahit yang ia alami dulu.
Rayan merasa terpecah oleh kesibukannya dalam bekerja, seolah waktu yang ia miliki kian menyusut.
Luka yang ia rasakan akibat kegagalan dalam berumah tangga seakan terabaikan oleh segala rutinitas yang ia lalui.
Bahkan, di sudut-sudut kesepian, ia tetap sibuk dengan pekerjaanya.
Rayan terus mencoba menyembunyikannya agar bisa melanjutkan kehidupan tanpa harus meratapi luka itu terus menerus.
Suatu hari, ketika Rayan sedang dalam perjalanan pulang dari pesantren, ia tidak sengaja berpapasan dengan seorang gadis yang menabraknya akibat sedang terburu-buru.
BRUK!!
Rayan yang mencoba menghindar, tetap saja tertabrak oleh gadis itu.
" Maaf kak! maaf! " ucap gadis itu yang tidak sengaja menabrak Rayan menggunakan skateboardnya.
" Nggak apa apa mbak. " jawab Rayan tidak keberatan.
Ia hampir saja jatuh kedalam selokan, karena gadis itu menyenggolnya dengan cukup keras.
" Maaf kak! sekali lagi maaf. saya sedang buru buru. " ucap gadis itu lagi.
" Iya, nggak apa apa mbak. silahkan. " jawab Rayan sambil mempersilahkanya untuk pergi.
Rayan melihat wajahnya yang tampak gelisah dan cemas.
Karena sedang terburu buru, gadis itu pun dengan cepat berlalu pergi.
Hari semakin sore, tiba-tiba langit mulai terlihat mendung, Rayan mempercepat langkahnya untuk kembali kekontrakannya.
" Sepertinya mau turun hujan. " gumam Rayan.
Tidak berselang lama hujan pun turun dengan sangat derasnya.
Ketika hujan mulai turun deras, Rayan menyadari bahwa ia tidak membawa payung dan segera berlari menuju salah satu pohon besar untuk berteduh.
" Kenapa aku lupa jufa bawa payung hari ini? Udah tau sedang musim hujan, Rayan! Rayan!" keluhnya dalam hati.
Rayan mencoba untuk berpikir positif dan merenungkan situasinya saat ini.
Sambil berlindung di bawah pohon, Rayan menggali isi ranselnya dengan harapan menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menggantikan payung.
"Hmm, apa ya yang bisa kupakai? Mungkin ada jaket atau plastik yang bisa kugunakan sementara," gumamnya pelan.
Saat Rayan tengah fokus memeriksa isi ranselbya, dari kejauhan tampak seorang gadis berlari menuju ke arahnya.
Rupanya, ia juga ingin berteduh di bawah pohon yang sama dengan Rayan.
Tak ingin gadis itu merasa risih, tanpa berpikir panjang, Rayan pun mengambil keputusan untuk bergeser sedikit ke belakang pohon agar gadis itu bisa berteduh dengan nyaman.
Karena ia tahu betul, terkadang suasana hujan dan suasana sepi bisa menimbulkan rasa takut bagi sebagian orang.
Rayan merasa lega karena bisa memberikan ruang bagi gadis itu untuk berteduh walau hanya sejenak, dan menikmati suasana hujan yang sedang turun.
" Hampir aja basah. " ucap gadis itu sambil memeriksa beberapa buku yang ia bawa.
Namun karena hujan turun semakin lebat, membuat air hujan mulai menembus dedauan pohon dan membasahi keduanya.
" Aduh gimana nih? hujanya makin lebat. " gumam gadis itu yang takut buku-bukunya akan basah.
Rayan yang mendengar itu, langsung mengeluarkan sebuah kantong plastik dari dalam ranselnya kemudian menghampiri gadis itu untuk memberikan kantong plastiknya.
Dengan ragu ia memberanikan diri untuk menyapanya.
" Ee.. maaf! ini saya punya kantong plastik. " ucap Rayan yang menghampiri gadis itu dari belakang.
Mendengar ada suara, dengan cepat gadis itu langsung berbalik melihat Rayan, karena senang ada yang menawarkanya kantong plastik untuk membungkus buku-bukunya agar tidak basah.
" Loh! kamu kan pria yang tadi? " ucap gadis itu kaget melihat Rayan.
" Maaf! " ucap Rayan yang tidak mengingatnya.
" Kakak nggak ingat aku? aku gadis yang sudah menabrak kakak dengan skateboard itu loh. " ucap gadis itu menjelaskan.
" Ooh.. iya. " jawab Rayan ingat.
" Maaf, ini ada kantong plastik. kamu bisa gunakan untuk melindungi buku bukumu. " lanjut Rayan.
" Oh terima kasih kak. " jawab gadis itu menerimanya.
Dengan cepat ia membungkus semua buku bukunya agar tidak semakin basa.
" Permisi. " ucap Rayan berlalu pergi, karena tidak ingin ada fitnah yang terjadi di antara mereka.
" Eh! tunggu! " ucap gadis itu.
Namun Rayan sudah pergi sambil berlari.
" Aku belum sempat tanya namanya. " gumam gadis itu menyayangkan.
" Tapi dia benar benar sangat tampan. " lanjutnya sambil tersenyum mengingat Rayan.
Petir mulai bersautan, dengan cepat gadis itu pergi karena tidak ingin hal buruk terjadi padanya.
***
Dua hari kemudian, di tempat yang sama, Rayan kembali bertemu dengan gadis itu.
Kali ini, pertemuan mereka begitu tak terduga saat ia melihat gadis tersebut terjatuh ketika sedang menaiki skateboardnya.
"Kenapa harus bertemu lagi seperti ini?" gumam Rayan dalam hati, merasa seolah-olah pertemuan tersebut bukanlah suatu kebetulan semata.
Ia memperhatikan gadis itu yang berusaha bangkit, namun tampak kesakitan dan malu.
" Ssstt.. " ringis gadis itu yang merasa kesakitan.
Lutut dan juga sikutnya terlihat memar, akibat menghantap aspal cukup keras.
" Kamu nggak apa apa? " tanya Rayan menghampirinya.
" Loh! kakak lagi? " ucap gadis itu tersenyum senang melihat Rayan.
" Mau saya antar keklinik? " Tawar Rayan.
" Em! " jawab gadis itu mengangguk cepat.
Rayan membantu gadis itu berdiri dan segera mengajaknya menuju klinik terdekat.
Sesampainya di sana, gadis itu langsung ditangani oleh dokter yang kompeten di bidangnya.
Sementara itu, Rayan menunggu di luar ruanga, sambil memegang erat skateboard milik gadis itu.
" Berat juga! " gumam Rayan sambil memperhatikan skateboard itu.
Tiba-tiba saja, pintu ruangan dokter terbuka dan dokter itu muncul bersama gadis tersebut.
" Mm... lukanya tidak parah, hanya lecet ringan saja," ucap dokter tersebut sambil menunjukkan hasil pemeriksaan pada Rayan.
Di dalam hati, Rayan merasa lega sekali mendengar kabar baik itu.
"Terima kasih, Dok," balas Rayan sambil tersenyum ramah.
" Sama sama pak, kalau begitu saya permisi. " ucap dokter itu pamit.
" Iya dok. " jawab keduanya.
Keduanya pun keluar menuju depan.
" Mm.. terima kasih ya kak, karena sudah menolongku bahkan udah dua kali. " ucap gadis itu.
" Iya, sama sama. " jawab Rayan sambil memberikan skateboardnya kembali.
" Oh ya, namaku Saffiya Ray. " ucap gadis itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tanganya.
" Rayan Aditya. " jawab Rayan menunduk sedikit, seraya menghargai gadis itu.
" Ouh! " gumam Saffiya tersenyum senang.
" Kalau begitu saya permisi dulu. " ucap Rayan pamit.
" Iya, sekali lagi terima kasih kak. " jawab Saffiya.
Rayan segera naik taksi menuju tempat kerjanya.
Sementara Saffiya masih tersenyum bahagia, karena setekah sekian lama menahan rasa penasaran yang menggoda, akhirnya ia mengetahui nama sang penolong yang selama ini ada di benaknya.
" Ternyata namanya Rayan," batin Saffiya sambil memainkan jemarinya.
Tidak hanya itu, rasa terima kasih yang mendalam pun tumbuh di hatinya.
Ia merasa bahwa pertemuan itu bukanlah kebetulan semata, melainkan telah menghadirkan sinar harapan dalam kehidupannya yang kala itu terasa suram.
" Oh, kenapa aku jadi senang begini? Bukankah itu hanyalah suatu pertemuan singkat? Tapi, rasanya ada yang berbeda dari Rayan. Ah, mungkin aku terlalu banyak berpikir." Saffiya menggelengkan kepalanya seolah ingin mengusir lamunan tentang sosok Rayan.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa ada perasaan hangat yang mulai menumbuhkan benih-benih rasa kagum dalam dirinya pada pria itu.
###NEXT####
Salam Hangat Dari Penuliss...