NovelToon NovelToon
Dunia Tempat Kamu Berada

Dunia Tempat Kamu Berada

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:468
Nilai: 5
Nama Author: rsoemarno

The World Where You Exist, Become More Pleasant

_______

"Suka mendadak gitu kalau bikin jadwal. Apa kalau jadi pejabat tuh memang harus selalu terburu-buru oleh waktu?"
- Kalila Adipramana

_______

Terus-terusan direcoki Papa agar bergabung mengurus perusahaan membuatku nekat merantau ke kabupaten dengan dalih merintis yayasan sosial yang berfokus pada pengembangan individu menjadi berguna bagi masa depannya. Lelah membujukku yang tidak mau berkontribusi langsung di perusahaan, Papa memintaku hadir menggantikannya di acara sang sahabat yang tinggal tempat yang sama. Di acara ini pula aku jadi mengenal dekat sosok pemimpin kabupaten ini secara pribadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rsoemarno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04.) Berpartner

Chapter 4: Partnership

Tentu saja aku menolak ajakan pulang Mas Satya kemarin.

Alasannya? Tidak perlu dipertanyakan lagi kan?!

Yang pertama adalah Renata, kalau dia tau bisa-bisa geger dunia pergosipan YMB. Untung saja dia tidak mendengar ucapan ngawur Mas Bupati idolanya.

Yang kedua tentunya ini di ruang publik, lebih heterogen lagi orangnya daripada acara open house Pak Radja.

Terakhir, aku dan Mas Satya tidak punya hubungan apa-apa selain sesama anak dari orang tua yang bersahabat.

Bukannya aku tidak menyadari flirting tipis yang Mas Satya lemparkan. Tapi selama belum ada ungkapan secara langsung, aku tidak mau kegeeran sendiri.

"Mbak Kaal, mau ke kantor bupati jam berapa?" tanya Rama.

Aku mengerjap tersadar. Kulirik layar macbook yang masih setia menunjukkan halaman yang sama seperti di awal kubuka.

Sudah berapa lama aku melamun?

Kubiarkan file pekerjaan yang tidak kukerjakan tersebut dan beralih melirik arloji di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul 10.30 pagi

"Sekarang saja, Ram. Daripada nanti habis jam makan siang malah pada susah ditemui." jawabku. "Udah disiapin semua kan filenya?"

Rama menepuk tasnya bangga. "Aman, Mbak. Tinggal berangkat."

"Yaudah, yuk! Berangkat. Renata, Santika sama Yudha jaga markas dulu yaa. Ntar makan siang kalau mau pesan online, pesan aja. Bill-nya jangan lupa kirim ke aku."

Setelah meninggalkan pesan ke anak-anak yang lain, aku segera melangkah keluar diikuti oleh Rama yang kali ini mendampingiku kunjungan ke kantor bupati. Rama terpilih karena ia sudah cukup sering keluar masuk area kantor pemerintahan kabupaten. Jabatannya sebagai wakil ketua di karang taruna tingkat kabupaten membuatnya banyak mengenal orang-orang penting yang menduduki kursi pemerintahan saat ini.

"Bantu arahin jalan yang jelas ya, Ram."

Untuk saat ini YMB belum memiliki mobil yayasan serta sopirnya. Karena mobilitas anggotanya yang masih cukup luang dan bisa memanfaatkan kendaraan pribadi masing-masing apabila ada kepentingan mendesak. Akan tetapi, aku selalu meminta anak-anak untuk menggunakan mobilku terlebih dahulu untuk kepentingan yayasan. Jika terpaksa harus menggunakan kendaraan pribadi, aku meminta mereka untuk selalu reimburse uang transportasi ke yayasan.

Memasuki gerbang kantor bupati, Rama mulai mengarahkan jalan menuju gedung yang kami tuju. Lokasi kantor bupati ini berupa kompleks kantor pemerintahan, dengan 5 gedung bertingkat tiga yang berisi dinas-dinas pendukung pemerintahan, serta 1 gedung utama sebagai kantor kerja bupati dan wakil bupati.

Rama memintaku memarkirkan mobil di area parkiran selatan lapangan yang terletak di depan gedung utama. Sembari berjalan, Rama menjelaskan berbagai dinas yang berkantor di kompleks kantor bupati ini.

"Di sini ada 5 gedung yang penamaannya ngambil dari tokoh pewayangan pandawa 5, Mbak. Mulai dari kita masuk tadi ada gedung Puntadewa, Werkudara, Janaka, Nakula, Sadewa. Bahkan gedung utamanya, dimana Bupati dan jajarannya berkantor itu nama gedungnya Pandawa Bharata."

"Yang akan kita temui hari ini Pak Rawat, Mbak Kaal. Beliau Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata. Untuk kantornya bukan di kompleks ini, ada di Jalan Pemuda, depannya stadion itu."

Aku mengerutkan kening bingung. "Oya? Lalu kenapa kita kesini?"

"Pak Rawat ada rapat dengan Mas Bupati pagi ini, Mbak. Dan beliau mintanya pertemuan diadakan sekalian aja di sini."

Aku mengangguk paham.

Rama menyapa ramah resepsionis di meja penerimaan tamu gedung Pandawa Bharata. Setelah menjelaskan maksud tujuannya, kami diarahkan menuju lantai 2 dimana berbagai ruang pertemuan mulai dari skala kecil sampai besar berada. Sang resepsionis membukakan salah satu ruang berukuran sedang untuk kami tempati sembari menunggu kedatangan Pak Rawat.

"Bu Kalila dan Mas Rama bisa menunggu terlebih dahulu di sini. Saya akan mengabari Pak Rawat mengenai kedatangan anda berdua."

Sekeluarnya wanita berpakaian seragam khas pegawai pemerintahan tersebut, aku langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan ini. Hal yang menarik perhatianku adalah berlimpahnya lukisan-lukisan mahal di lantai 2, bahkan di koridor pun juga tertempel berbagai lukisan.

"Banyak seniman pelukis ya, Ram?" celetukku.

"Gimana, Mbak?" tanya Rama bingung. Aku mengendikkan dagu ke arah lukisan-lukisan yang terpajang di ruangan ini.

"Ada sih, tapi ga banyak. Kebanyakan seniman penari sama pemusik, Mbak." kata Rama. "Kalau gosipnya sih lukisan-lukisan ini tuh hasilnya Mas Satya."

"Hasil cuci uang?!" tanyaku.

Rama menatapku terkejut. "Kok bisa-bisanya kepikiran cuci uang sih, Mbak?" tanyanya menahan tawa. "Orang biasanya nebak kalau Mas Satya tuh pelukis. Lah, Mbak Kalila?"

Aku ikut tertawa. "Bukannya biasanya gitu, Ram?" tanyaku yang lebih mengundang tawa Rama semakin berderai.

Pintu yang diketuk dari luar ruangan serentak menghentikan tawa kami. Tak lama muncul seorang pria paruh baya berpotongan cepak yang berwajah ramah.

"Halo, Ramaa... Apa kabar?"

Rama bergegas berdiri untuk menyalami pria tersebut. "Pak Rawat... Kabar saya, baik." sapanya. "Perkenalkan, Pak. Ini Mbak Kalila, founder Yayasan Muda Berguna. Mbak Kal, ini Pak Rawat, Kepala Disporapar Kabupaten."

"Seperti yang sudah kami sampaikan melalui proposal kerjasama kemarin, YMB ingin menjalin kerjasama dengan Disporapar dalam bentuk pelatihan kewirausahaan untuk para pemuda di kabupaten..."

Hampir satu jam kami duduk membahas lebih detail proposal kerjasama yang digagas oleh YMB dengan menggandeng Disporapar yang memiliki data legal para calon peserta.

"Untuk semua biaya yang muncul, termasuk transportasi dan uang saku peserta nanti berasal dari YMB, Pak Rawat. Dari dinas kami mengharapkan kontribusi penjaringan peserta yang tepat sesuai sasaran."

"Besar harapan kami kerjasama ini dapat terwujud, Pak. Mengingat Disporapar ini yang lebih paham bagaimana karakteristik pemuda-pemuda di kabupaten. Sementara YMB ingin mendampingi para pemuda mewujudkan cita-citanya menjadi orang sukses."

"Baik, Mbak Kalila. Dari Disporapar sangat menyambut baik rencana kerja sama ini. Setelah mendengar paparannya secara langsung juga saya lebih yakin lagi untuk bekerja sama dengan Yayasan Muda Berguna demi memajukan anak-anak muda kita."

Aku menjabat tangan Pak Rawat sebagai simbol kesepahaman kami akan keinginan untuk bekerjasama.

"Besok-besok mampir ke kantor kami, Mbak Kalila. Sekalian bahas lebih lanjut kegiatan yang akan diadakan." ajak Pak Rawat sekaligus pamitan harus pergi mendahului karena sudah ada acara lagi di tempat yang lain.

"Mbak, aku ke toilet dulu yaa.. Sudah di ujung jalan, nih." izin Rama meninggalkanku di dalam ruangan sendirian.

"Yang bersih, Ram!" teriakku sebelum pintu tertutup.

"Apanya yang harus bersih, Kalila?" pintu terbuka kembali menampakkan Mas Satya yang berjalan masuk ke dalam.

"Loh. Mas Satya kok di sini?"

Tanpa permisi Mas Satya mendudukkan dirinya di sebelahku yang kebetulan memilih duduk di sofa panjang untuk 2 orang.

"Ini kan kantor saya, Kalilaa.. Yaa wajar saya ada di sini. Kamu yang kenapa bisa ada di sini?"

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan ini. Daripada ruang kerja, ini lebih wajar disebut ruang pertemuan. "Ini ruang kerja Mas Satya?"

"Bukan, Kalila. Ini ruang penerimaan tamu, Bupati." jelas Mas Satya sabar. "Kayaknya kamu kepo banget sama ruang kerja saya, mau saya jamu di sana saja bagaimana?"

Aku spontan menggeleng. "Ini sudah selesai dan mau pulang."

"Kok sudah mau pulang? Kalila ke kantor saya ada keperluan apa kalau bukan menemui saya?" tanya Mas Satya dengan nada menggoda.

Aku memicingkan mata menatap Mas Satya yang terlihat menahan senyumnya. "Gausah pura-pura gatau deh, Mas. Kalau bukan karena Mas Satya ga mungkin Disporapar langsung mau kerjasama dengan organisasi baru di pertemuan pertamanya." kataku jengah.

Mas Satya merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi seraya melepaskan tawanya. "Pinter banget sih, Partnerku."

"Heh! Sembarangan!" tegurku.

Mas Satya menghentikan tawanya. Ia mendekatkan tubuhnya ke arahku yang membuatku menahan napas.

"Kalau begitu kapan Kalila jadi partnernya Satya?" bisiknya.

Aku menghembuskan napas perlahan, berusaha tetap tenang. Kutatap Mas Satya berani.

"Proposalnya aja belum pernah sampai. Bisa-bisanya tanya kapan mau berpartner?" sindirku.

Netra Mas Satya langsung berbinar bahagia. Ia sampai menegakkan tubuhnya penuh semangat.

"Kalau itu tunggu saja, Kalila. Mulai hari ini saya kirimkan proposal-proposal menjanjikan untuk kamu. Pokoknya akan saya pastikan kita berdua menjadi partner yang serasi." kata Mas Satya sambil berdiri dari duduknya.

"Sampai ketemu nanti sore, calon partnerku."

1
Shion Fujino
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
sweet_ice_cream
karya ini bikin aku merasa seperti ikut dalam ceritanya, sukses terus thor 🤗
Apaqelasyy
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!