Caca, seorang mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di London, terpaksa bekerja sebagai pengasuh anak CEO kaya, Logan Pattinson, untuk mencukupi biaya hidup yang mahal. Seiring waktu, kedekatannya dengan Logan dan anaknya, Ray, membawa Caca ke pusat perhatian publik lewat TikTok. Namun, kisah cinta mereka terancam oleh gosip, kecemburuan, dan manipulasi dari wanita yang ingin merebut Logan. Ketika dunia mereka dihancurkan oleh rumor, Caca dan Logan harus bertahan bersama, menavigasi cinta dan tantangan hidup yang tak terduga. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk mengalahkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Viral
...Jangan lupa klik like dan komentar ya teman-teman! Mohon dukungannya untuk cerita ini! Terimakasih banyak semua! ❤️❤️...
...****************...
Caca membuka matanya perlahan. Cahaya pagi menembus tirai tipis kamarnya, menyinari wajahnya yang masih setengah sadar. Dengan gerakan malas, tangannya terjulur ke meja kecil di samping tempat tidur, meraih ponsel yang tergeletak di sana. Rutinitasnya setiap pagi selalu dimulai dengan melihat apa yang terjadi di dunia maya. Namun, kali ini berbeda.
Matanya tiba-tiba membulat, rasa kantuk langsung menghilang ketika ia melihat layar ponselnya. Puluhan ribu likes. Ribuan komentar. Notifikasi followers baru yang tidak berhenti muncul. Semua ini berasal dari video TikTok yang ia unggah semalam—video bersama Ray Pattinson. Satu juta views!
“Ya Tuhan! Satu juta?” gumam Caca, suaranya bergetar karena tak percaya. Tangannya menutupi mulutnya. Adrenalin mengalir deras, membuat tubuhnya terasa lebih hidup dari sebelumnya. Ia segera duduk tegak, matanya terus terpaku pada layar ponsel, memperhatikan angka-angka yang terus bertambah.
Dengan penuh antusias, ia memutar tubuh ke arah sahabatnya yang masih tertidur pulas di kasur sebelah. "Yeji! Bangun! Bangun sekarang! Aku viral!" teriaknya sambil menggoyang-goyangkan bahu Yeji.
Yeji mengerang pelan, lalu menarik selimut menutupi wajahnya. “Caca... Kenapa sih? Masih pagi sekali,” ucapnya dengan nada malas. “Tolong jangan bangunkan aku tanpa alasan yang penting...”
“Yeji! Aku viral!” ulang Caca dengan nada lebih tinggi, hampir seperti jeritan. “Videoku sudah dilihat satu juta orang! Bayangkan, satu juta!”
Yeji perlahan membuka satu matanya, menatap Caca dengan pandangan kusut. “Viral? Video yang mana? Jangan bilang video memasak anehmu lagi,” tanyanya dengan nada datar, masih setengah sadar.
“Bukan!” seru Caca. “Ini video yang kuunggah semalam, video bersama Ray. Kau ingat, kan? Saat aku menceritakan pengalaman aku menjadi pengasuhnya?”
Caca menyodorkan ponselnya ke arah Yeji, memperlihatkan layar penuh notifikasi yang terus bertambah. Yeji menghela napas panjang, duduk perlahan sambil mengusap wajahnya yang kusut. “Baiklah, selamat atas pencapaianmu. Aku turut senang. Tapi... bisakah aku kembali tidur sekarang? Aku masih mengantuk.”
“Yeji, ini bukan sekadar pencapaian biasa. Ini luar biasa! Aku tak pernah membayangkan videoku bisa dilihat sebanyak ini dalam waktu semalam,” kata Caca sambil tersenyum lebar, matanya berbinar-binar penuh semangat.
Yeji mendengus pelan, lalu kembali berbaring. Ia menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Namun, mimpi yang tadi indah kini sudah hilang, dan rasa kantuknya tak kunjung kembali. Dengan senyum usil, ia menurunkan selimut sedikit dan melontarkan kalimat yang membuat Caca terdiam.
“Apakah ini pertanda kau akan semakin dekat dengan Tuan Pattinson?” tanya Yeji dengan nada licik, senyum nakal terlukis di wajahnya.
Mendengar itu, senyuman Caca memudar. Ia menghela napas panjang dan memalingkan wajah. “Kau ini! Kenapa selalu membicarakannya? Tidak ada hubungannya sama sekali dengan ini semua.”
Yeji menurunkan selimut sepenuhnya dan menatap Caca dengan heran. “Tidak ada hubungannya? Kau yakin? Bukankah alasan kau viral ini karena kau menjaga anaknya?” tanyanya, nada suaranya terdengar seperti sedang mengajari.
Caca terdiam. Ia tahu Yeji benar. Video itu viral sebagian besar karena orang-orang penasaran dengan Ray—anak kecil lucu dengan latar kehidupan yang jelas menunjukkan kemewahan. Namun, justru karena Yeji benar, Caca merasa enggan mengakui.
“Baiklah, aku salah bicara.” Yeji tertawa kecil, kembali merebahkan diri. “Tapi serius, jangan terlalu terbuai. Dunia maya itu bisa sangat kejam kalau kau tidak hati-hati.”
Caca mengabaikan komentar Yeji. Ia kembali sibuk membaca-baca komentar di videonya. Sebagian besar memuji Ray yang menggemaskan, sementara beberapa lainnya penasaran dengan siapa dirinya. Caca tersenyum, jemarinya menggulir layar dengan cepat. Ia mulai berpikir, jenis video apa lagi yang bisa ia buat nanti?
-
Cahaya matahari musim dingin menembus jendela besar perpustakaan UCL, menciptakan kehangatan kecil di antara hawa dingin yang menggigit. Perpustakaan itu dipenuhi mahasiswa yang sibuk berkutat dengan laptop dan buku, mempersiapkan tugas akhir semester sebelum liburan dimulai. Di sudut ruangan, Caca dan Yeji duduk bersebelahan di sebuah meja kayu panjang, dikelilingi oleh tumpukan buku yang nyaris tak tersentuh.
Yeji menatap Caca dengan alis terangkat, kepalanya sedikit dimiringkan. "Sampai kapan matamu akan terus terpaku pada ponsel itu?" tanya Yeji dengan nada bercampur heran dan sedikit geli.
Caca, yang sedang asyik menggulir layar ponselnya, hanya tersenyum lebar. "Entahlah, notifikasinya terus berdatangan. Aku tidak bisa menahannya," jawabnya sambil terkikik kecil. Tangannya menggenggam erat ponsel seperti itu adalah benda paling berharga di dunia.
Yeji menghela napas, lalu kembali memusatkan perhatian pada bukunya. "Baiklah, tapi jangan sampai lupa dengan tugas akhir kita. Kau tahu, tenggat waktu semakin dekat."
"Tenang saja," jawab Caca santai tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Setelah beberapa menit hening, Yeji tiba-tiba berbicara lagi. "Kau akan ikut ke Festival Musim Dingin kita, kan?" tanyanya sambil membuka halaman baru di bukunya.
Caca mendesah pelan. "Entahlah. Aku mungkin akan sibuk dengan Ray." Matanya masih terpaku pada ponselnya, jari-jarinya sibuk mengetik.
Yeji meletakkan bukunya dengan suara sedikit keras. "Jangan bilang kau tidak akan datang!" serunya, wajahnya memancarkan ketidakpercayaan.
Caca akhirnya mengangkat kepala, menatap sahabatnya dengan senyum lebar. "Tentu saja aku akan berusaha datang. Jangan panik begitu," katanya sambil tertawa kecil.
Yeji memutar matanya, tapi akhirnya ikut tersenyum. "Baguslah. Aku tidak bisa membayangkan festival tanpa dirimu."
Percakapan mereka terpotong oleh suara seorang pria yang tiba-tiba menyapa dari belakang. "Hai," katanya lembut.
Caca menoleh dan langsung mengenali sosok pria itu. Kenta Matsumoto, senior di Fakultas Psikologi yang dikenal ramah dan karismatik. Dengan senyuman khasnya, Kenta tampak santai namun tetap terlihat rapi dengan sweater cokelat dan celana jeans.
"Kenta!" seru Yeji, tampak bersemangat.
Kenta mengambil tempat di kursi kosong di sebelah Caca, meletakkan buku catatan kecil di atas meja. "Bagaimana dengan esai kalian? Sudah selesai?" tanyanya sambil menyunggingkan senyum kecil.
Caca terdiam. Ia sama sekali belum menyentuh tugasnya sejak tiba di perpustakaan. Yeji, yang menangkap kegugupan sahabatnya, menjawab dengan nada penuh sindiran. "Aku hampir selesai. Tapi entah dengan Caca. Dia lebih sibuk dengan TikToknya," katanya sambil melirik Caca dengan tatapan menyindir.
Caca mendengus, balas menatap Yeji dengan tatapan tajam. "Esai akan selalu ada, tapi viral tidak terjadi setiap hari," balasnya tegas.
Kenta terkekeh, melihat interaksi mereka yang penuh canda. "Viral? Apa yang terjadi?" tanyanya sambil menatap Caca dengan rasa ingin tahu.
Caca langsung bersemangat. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan layarnya kepada Kenta. "Lihat ini! Videoku mendapat satu juta tayangan!" katanya dengan penuh antusias.
Kenta mengambil ponsel itu, melihat sekilas video yang ditunjukkan Caca. "Wow, selamat! Ini pencapaian yang luar biasa," katanya tulus, mengembalikan ponsel itu sambil tersenyum.
"Terima kasih! Aku tidak menyangka video itu bisa sepopuler ini," ujar Caca, wajahnya berseri-seri.
"Video tentang apa?" tanya Kenta.
"Video tentang Ray, anak yang aku asuh. Kau tahu, aku jadi nanny paruh waktu," jelas Caca.
Kenta tampak sedikit terkejut. "Kau menjadi pengasuh?" tanyanya, alisnya terangkat.
Yeji, yang sejak tadi mendengarkan, ikut menyela dengan nada jahil. "Dan yang lebih mengejutkan lagi, anak yang dia asuh itu adalah anak konglomerat."
"Astaga, Yeji! Jangan dibesar-besarkan!" tegur Caca, pipinya memerah.
Kenta tersenyum kecil, mengangguk pelan. "Wah, itu cukup keren. Jadi kau punya akses ke kehidupan mewah, ya?" candanya.
Caca hanya mendengus pelan, sementara Yeji tertawa puas melihat reaksi sahabatnya.
"Ngomong-ngomong, apa ini berarti kau akan mentraktir kami untuk merayakan viralnya videomu?" tanya Kenta tiba-tiba, nadanya penuh kelicikan.
Caca menatapnya dengan ekspresi setengah jengkel. "Kalian ini benar-benar tahu cara memanfaatkan situasi, ya?" katanya sambil tersenyum tipis.
Yeji menepuk tangan Kenta dengan penuh semangat. "Itu ide bagus! Bagaimana kalau kita pergi makan setelah ini?"
Caca menghela napas, akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi jangan memilih tempat yang mahal, ya."
Ketiganya tertawa bersama, menarik perhatian beberapa mahasiswa lain yang memberikan tatapan masam. Sadar mereka terlalu berisik, mereka saling berbisik sambil terkikik pelan, menikmati momen kecil kebersamaan mereka di perpustakaan.
oh ya cerita ini menurut aku sangat menarik. apalagi judul nya jangan. lupa dukung aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia