Prabu Jayabaya yang merasa bahwa tugasnya sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyat sudah usai, melakukan moksa untuk sampai di alam keabadian. Namun takdir berkata lain. Sang Maha Pencipta justru memasukkan roh nya ke dalam tubuh seorang lelaki culun dan miskin bernama Jay yang baru saja meninggal dunia karena sebuah kecelakaan aneh.
Sebagai Jay, Prabu Jayabaya merasa harus menemukan kebenaran atas kecelakaan yang direkayasa ini. Siapa dalang nya juga orang orang yang terlibat di dalamnya.
Di bantu Ratih yang menurut Prabu Jayabaya adalah titisan dari istri nya, Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay, satu persatu kebenaran akhirnya terungkap dengan jelas.
Bagaimana caranya Prabu Jayabaya yang kini menjadi Jay mengungkap misteri kecelakaan maut yang menewaskan Jay yang asli ini terjadi? Simak kisah selengkapnya dalam "New Journey of the Legendary King".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kantor
*****
Hiruk-pikuk orang berlalu lalang memenuhi jalanan pinggiran selatan Kota Surabaya. Hari ini adalah Senin jam 6.30 pagi yang merupakan jam puncak lalu lintas di seluruh wilayah Kota Surabaya yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur sekaligus kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia. Kesemuanya berlomba-lomba memacu kendaraan mereka untuk sampai di tujuan agar tidak terlambat masuk kerja.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Jay yang diperintahkan untuk kembali masuk kerja oleh kepala kantor nya setelah dinyatakan sembuh oleh Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo. Pun Jay baru yang kini mulai menguasai beberapa kemampuan dari dirinya dahulu, tak sabar ingin segera masuk kantor nya karena ingin mencari sesuatu.
Lepas dari Bundaran Waru, Jay memacu motor baru nya melintasi jalan Bypass Jombang Mojokerto yang merupakan jalan menuju ke kantor Balai Cagar Budaya tempat ia bekerja. Meskipun ingatan ingatan dari pemilik asli tubuh Jay sangat membantu Prabu Jayabaya memahami kondisi dunia modern saat ini, tetapi ia masih harus banyak belajar untuk menyelaraskan diri agar tampil selayaknya Jay sebelumnya.
Begitu sampai di gerbang masuk kantor Balai Cagar Budaya Trowulan, pak Gimin satpam yang bertugas langsung menghentikan kendaraan Jay.
"Maaf Pak, ada keperluan apa ke kantor kami? Kepala kantor masih belum datang loh", tanya Pak Gimin dengan sopan selayaknya menanyai tamu yang baru ia lihat.
Jay tersenyum tipis mendengar omongan pak Gimin sambil membuka helmnya. Penampilan Jay sekarang memang berbeda 180 derajat dari sebelumnya. Tak ada lagi kacamata tebal dan rambut gaya belah tengah yang menjadi ciri khasnya. Dengan rambut potongan Tapper Cut nya dan tanpa kacamata, ia menjelma bak foto model papan atas dengan ketampanan maksimal.
"Aku tahu Pak Min kalau Pak Warsito itu datangnya pasti jam 8 meskipun rumahnya dekat. Lagian Pak Min ini masak udah pikun sampai lupa dengan aku? "
Mendengar ocehan Jay, Pak Gimin langsung memperhatikan lekat-lekat sosok yang ada di hadapan nya. Suaranya terdengar familiar tetapi penampilan nya memang tak bisa ia kenali.
"Anda ini siapa?? Kok kenal sama saya? .. "
Jay langsung menepuk jidatnya seketika. Pak Gimin adalah salah satu dari beberapa gelintir orang di kantor itu yang dekat dengan nya.
"Ini Jay, Pak Min. Jayendra Maheswara Sarjana Antropologi, staff urusan arkeologi Balai Cagar Budaya Trowulan. Sudah puas??", Jay merentangkan kedua tangan nya lebar-lebar.
" Duh Gusti Allah nyuwun ngapura, ini beneran Mas Jay? Anak buahnya Pak Danang? ", Pak Gimin mengucek matanya seolah tak percaya.
" Lah memangnya ada Jay yang lain di kantor ini selain aku? "
"Tapi tapi kok berubah jadi ganteng begini, kemarin kemarin?.. "
"Kemarin kemarin kenapa? Culun? Jelek? Katrok? Kutu buku? Apa lagi, sebutkan saja.. "
Pak Gimin langsung salah tingkah mendengar omongan Jay barusan. Dia sungguh masih merasa bahwa perubahan penampilan Jay yang sekarang terlalu drastis untuk dipercayai.
"Hehehehe, maaf Mas Jay. Saya cuma benar-benar pangling dengan perubahan penampilan Mas Jay yang sekarang. Lebih yahut dan oke.
Kalau penampilan Mas Jay seperti ini, para mahasiswi yang magang pasti kepincut sama Mas Jay", puji Pak Gimin dengan tulus.
"Ah bisa saja.. Ya sudah, aku mau parkir motor dulu. Nanti sambung lagi obrolan nya, sudah mau ceklok nih", Jay melangkah menuntun motor laki nya ke parkiran dekat pos satpam dan segera menuju tempat pemindai sidik jari.
" Wehh wehh wehh, kalau penampilan nya jadi begini sudah pasti para perempuan yang dulu menghina Mas Jay bakal nyesel banget sekarang. Hidup memang terus berubah.. ", gumam Pak Gimin sambil menatap punggung Jay yang kemudian menghilang di lorong masuk kantor.
Berubah nya penampilan Jay sontak membuat heboh di Kantor Balai Cagar Budaya Trowulan. Tak cuma Pak Gimin saja yang pangling dengan penampilan baru Jay, staff kantor yang lain juga pada melongo melihat kemunculan Jay. Bahkan Riyanti, staff administrasi kantor yang dulu pernah menghina penampilan Jay sampai jatuh karena sambil berjalan terus menatap Jay yang sedang asyik membaca laporan di komputer kantor.
Hal ini membuat Jay langsung bertindak menghampiri Riyanti meskipun perempuan itu terkenal judes dan galak.
"Mbak Yanti baik-baik saja? Ada yang sakit? "
"T-t-tidak ada M-mas Jay.. A-aku baik baik saja", wajah Riyanti memerah menahan malu karena kecerobohannya sendiri. Buru-buru ia mengumpulkan berkas yang ia bawa dan segera meninggalkan tempat itu. Jay pun segera kembali ke mejanya dan Danang kepala bidang arkeologi atasan Jay pun langsung mendekatinya.
"Wah hebat kau sekarang Jay, si Ratu Es Batu itu bisa jatuh juga dalam pesona penampilan baru mu..
Aku puas sekali melihat ia jatuh tadi hahaha", Danang yang pernah ditolak mentah-mentah cintanya sama Riyanti benar-benar senang.
" Heh, apaan sih bos? Ada orang apes malah diketawain? Jahat tau... ", oceh Jay sambil memperhatikan foto-foto ekskavasi situs peninggalan sejarah di wilayah Kabupaten Kediri.
" Habisnya jadi perempuan sok cantik dan jual mahal gitu. Pantas saja sampai umur hampir kepala 3 masih belum juga laku hehehe...
Oh iya Jay, besok kau ikut aku ke Kediri ya. Itu program ekskavasi Situs Kunjang. Kayaknya itu pas deh sama keahlian mu sebagai peneliti arkeologi. Lagipula, ada beberapa mahasiswa yang ikut kesana. Kau pasti suka.. ", cerocos Danang panjang lebar.
" Lah kan kemarin aku baru pulang dari Nganjuk, bos. Masak sudah disuruh berangkat lagi? Kan sekarang gilirannya Tommy ", protes Jay segera.
" Jangan menolak. Kemarin waktu kau sakit, Tommy sudah mengambil semua tugas termasuk jatah mu. SPPD nya nanti kau minta sama si Ratu Es Batu ( julukan Riyanti), aku mau menghadap bos besar dulu ", usai berkata demikian, Danang langsung ngeloyor pergi begitu saja, meninggalkan Jay yang menghela nafas berat.
Jay lalu memeriksa berkas Situs Kunjang sesuai dengan arahan Danang atasannya. Meskipun Danang hanya selisih satu tahun lebih tua, bagaimanapun juga ia adalah atasan Jay di kantor.
Beberapa foto ekskavasi awal Situs Kunjang tak begitu menarik perhatian Jay. Tetapi pada foto ke 18, mata Jay langsung melebar melihat sebuah lingga yoni berangka tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi. Itu adalah tahun dimana ia sebagai Prabu Jayabaya memberikan anugrah pada penduduk Desa Hantang dengan 12 dukuh nya berupa pemberian hak sima ( bebas pajak) kepada mereka sebagai imbalan saat membantu mengalahkan pasukan musuhnya.
'Mengapa ada lingga yoni berangka tahun seperti ini? Seingat ku, aku tidak pernah memberikan anugrah apapun untuk penduduk Kunjang.
Tapi tunggu, bukankah ini adalah tempat kediaman Resi Mpu Karsana, pandita sakti mandraguna itu? Apa jangan jangan ada peninggalan orang tua itu disana yang bisa ku gunakan untuk meningkatkan kemampuan ku? Hemmmmm, aku harus ikut ke Kediri', batin Jay dalam hati.
Lepas jam istirahat siang, Kepala Kantor Cagar Budaya Trowulan Pak Warsito Sukoco yang baru pulang dari undangan di Jombang, memanggil Jay bersama Danang dan beberapa mahasiswa magang di kantor itu ke dalam ruangan nya. Di situ juga ada Riyanti dan Windi, staff administrasi yang bertugas sebagai sekertariat kantor. Melihat perubahan penampilan Jay, sang pimpinan tercengang.
"Wah, kau benar-benar membuat ku kagum Jay. Bisa-bisa nya kau mirip seperti artis ibukota yang lagi tenar itu. Semoga kau tidak ikut menjadi playboy seperti dia. Kau benar-benar bintang baru kantor ini", ucap Pak Warsito sambil tersenyum.
" Jangan begitu Pak, saya cuma ingin berubah sedikit saja, tidak ada niat menyamai siapapun ", ujar Jay merendah.
" Nah ini baru namanya anak buah teladan. Di puji tidak terbang, di hina tidak tenggelam. Bagus Jay, bagus..
Nah untuk kalian para mahasiswa magang, besok kalian ikut Jay dan Danang ke Situs Kunjang. Belajarlah baik-baik pada mereka, kalau ada kesulitan dalam memahami silahkan tanya ke mereka. Dua-duanya adalah ahlinya dalam urusan arkeologi", Pak Warsito mengalihkan perhatiannya pada 3 mahasiswa dan 2 mahasiswi jurusan Antropologi universitas ternama itu.
"Baik Pak Warsito. Mas Jay dan Mas Danang, mohon bimbingan nya", ujar seorang mahasiswi cantik berambut hitam panjang segera. Jay dan Danang pun segera menganggukkan kepala nya.
Pak Warsito segera memberikan arahan perihal ekskavasi Situs Kunjang termasuk yang berhubungan dengan orang-orang dari Dinas Pariwisata Kediri. Jay dan Danang dengan penuh perhatian menyimak arahan itu sedangkan Riyanti dan Windi mencatat serta memperhitungkan biaya perjalanan dinas mereka.
Menjelang jam tutup kantor, pertemuan itu selesai. Semua orang diperkenankan untuk pergi kecuali Jay.
"Memangnya ada apa Pak Warsito, kok saya tidak diijinkan pulang? ", tanya Jay segera.
" Kau lihat mahasiswi yang menjawab omongan ku tadi Jay? "
"Yang berambut panjang itu Pak? "
"Iya, yang itu. Besok waktu terjun ke lapangan, tolong awasi dia. Aku tidak mau dia kenapa kenapa", pesan Pak Warsito sambil menghela nafas panjang.
'Memangnya apa hubungannya Pak Warsito dengan mahasiswi itu sampai berpesan segala? Jangan jangan..
Ah sudahlah, itu bukan urusan ku'
"Baik Pak, akan saya lakukan apa yang menjadi perintah bapak", jawab Jay segera.
Pak Warsito manggut-manggut senang lalu mengizinkan Jay untuk pulang. Jay segera membereskan barang nya lalu melangkah menuju ke arah parkiran, tiba-tiba dari belakang terdengar suara perempuan berkata,
"Mas Jay, tunggu aku.. !"
semoga dalam naungan perlindungan Tuhan Gusti Allah...
sekarang anaknya raja