Dua orang sahabat yang terbiasa bersama baru menyadari kalau mereka telah jatuh cinta pada sahabat sendiri setelah jarak memisahkan. Namun, terlambat kah untuk mengakui perasan ketika hubungan mereka sudah tak seperti dulu lagi? Menjauh tanpa penjelasan, salah paham yang berakibat fatal. Setelah sekian tahun akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah mereka bersama setelah semua salah paham berakhir?
Ikuti lika-liku perjalanan dua sahabat yang manis dalam menggapai cinta dan cita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EuRo40, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Ana melangkah keluar dari kelasnya. Ia bernapas lega setelah otaknya bekerja keras menjawab kuis yang diberikan oleh dosen. Ia bukan murid yang pintar, tetapi juga tidak bodoh-bodoh amat. Hanya perlu belajar lebih keras lagi.
Suara perutnya sudah menandakan kalau cacing-cacing di sana kelaparan minta jatah. Ana tersenyum melihat seorang lelaki yang sudah lima bulan ini menjadi kekasihnya. Wajah yang tegas dengan lesung pipi yang membuatnya semakin mempesona.
Galang namanya, senior tingkat akhir di kampus yang sama dengannya, tetapi mereka berbeda fakultas. "Kamu, udah lama?" tanya Ana begitu ia sampai di samping Galang.
"Baru, gimana kuisnya? Bisa?" tanya Galang seraya menggenggam tangan Ana.
"Bisa, tapi aku keringat dingin." Galang terkekeh melihat raut wajah Ana.
Bagi Galang Ana itu sangat ekspresif, apa yang sedang Ana rasakan pasti akan terlihat di wajahnya, gadis itu tidak bisa berbohong. Ana juga ceria, kadang manja dan suka lupa segalanya jika sudah fokus belajar dan nonton.
Galang menyukai semua yang ada pada Ana. Sejak melihatnya pertama kali saat sedang ospek, gadis itu langsung menarik perhatiannya. Namun, bukan hal mudah untuk mendekati Ana, ia butuh waktu hampir enam bulan hanya untuk bisa kenal dekat dengan Ana dan berbulan-bulan untuk meyakinkan Ana tentang perasaannya hingga akhirnya Ana menerima menjadi kekasihnya lima bulan yang lalu.
Walau sempat ragu karena hadirnya seorang dari masa lalu Ana, Seno. Namun, Ana bilang mereka hanya teman SMA. Meski Galang tahu tatapan mata dan perhatian Seno tidak seperti teman. Lelaki itu mencintai Ana, itu jelas sekali terlihat dan Galang tidak akan biarkan Ana dekat dengannya.
"Kita makan, yuk. Kamu pasti lapar udah mikir berat!" Galang melangkah bersama Ana.
"Iya, perutku juga udah bunyi, anaknya minta makan," ucap Ana tersenyum.
"Hus, anak dari mana? Anak cacing? Nanti kedengaran orang bisa salah paham." Lesung pipi Galang terlihat ketika lelaki itu tersenyum geli. Ia dan Ana tidak pernah melakukan hal yang melebihi batas. Selama berpacaran mereka hanya saling menggenggam tangan, mencium dahi, itu saja.
Ana tertawa, ia senang menggoda Galang. Sampailah mereka di mobil Galang. Pacar Ana itu membukakan pintu untuk sang kekasih. Setelah Ana masuk, Galang berjalan ke pintu bagian kemudi. Ia masuk lalu melirik Ana, safety belt telah terpasang.
"Kamu mau makan di mana?" tanya Galang.
"Aku mau makanan Jepang," jawab Ana.
Satu lagi yang Galang suka, Ana tidak seperti perempuan lain yang sering mengatakan 'terserah' ketika ditanya mau apa, yang akan membuat lelaki pusing kepala lalu ngambek ketika pilihan si lelaki tidak sesuai dengan keinginannya. Ia merasa menjadi lelaki yang beruntung.
Galang mengangguk lalu menyalakan mobilnya. Ia melaju menuju restoran yang dituju. "An, maaf ya. Aku beberapa hari ini sibuk, jadi tidak bisa meluangkan waktu buat kamu. Maklum, aku lagi ngurus skripsi dan dosen pembimbingnya itu agak suit gitu."
"Iya, Kak. Aku ngerti. Nggak apa-apa."
Ponsel Ana berbunyi. Ia segera mengeluarkan ponselnya dari tas. "Siapa?" tanya Galang.
"Seno," jawab Ana.
"Mau apa, dia?" tanya Galang lagi.
"Nggak tahu, aku angkat dulu, ya." Ana mengangkat telepon dari Seno.
"Halo, Sen. Ada apa?" tanya Ana. Galang mencoleknya lalu berkata tanpa suara untuk menyalakan mode loudspeaker. Ana menurutinya.
"An, lo di mana?" tanya Seno.
"Gue lagi sama Galang, kita mau makan," jawab Ana.
"Oh, Gue pikir lo masih di kampus. Ya udah kalau gitu, gue tutup ya. Have fun."
Sambungan telepon lalu terputus. Seno menutup teleponnya. Ana memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
"Dia, mau apa, sih, telepon kamu terus?" Galang tidak suka kedekatan Ana dan Seno. Tidak, bukan hanya dengan Seno. Galang tidak suka jika Ana dekat dengan lawan jenis.
"Nggak tahu, dia nggak bilang, begitu tahu aku nggak di kampus langsung di tutup. paling juga masalah kuliah."
Ana bukannya tidak tahu kalau Galang tidak suka. Namun, ia pura-pura tidak sadar. Ana tidak suka jika Galang posesif. Ia tidak mau pertemanannya di kekang.
Sejujurnya Ana menerima Galang menjadi kekasihnya bukan karena suka, melainkan karena ia tidak mau Seno kembali berharap padanya, juga agar Ana bisa melupakan seseorang nun jauh di sana. Katakanlah Ana jahat karena menjadikan Galang pelarian, memanfaatkan perasaan Galang.
...----------------...