NovelToon NovelToon
I Love You, Bestie!

I Love You, Bestie!

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Persahabatan / Chicklit
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: EuRo40

Dua orang sahabat yang terbiasa bersama baru menyadari kalau mereka telah jatuh cinta pada sahabat sendiri setelah jarak memisahkan. Namun, terlambat kah untuk mengakui perasan ketika hubungan mereka sudah tak seperti dulu lagi? Menjauh tanpa penjelasan, salah paham yang berakibat fatal. Setelah sekian tahun akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah mereka bersama setelah semua salah paham berakhir?
Ikuti lika-liku perjalanan dua sahabat yang manis dalam menggapai cinta dan cita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EuRo40, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Ana sedang tiduran santai di kamarnya menikmati hari libur kuliah. Ia mendengarkan musik sambil membaca novel. Suara pintu terdengar diketuk.

“Iya, sebentar!” ucap Ana. Ia turun dari tempat tidurnya dengan enggan lalu berjalan ke pintu. Membuka sedikit kemudian mengintip.

“Bunda? Ada apa?” tanya Ana.

“Itu, ada yang nyariin kamu di bawah. Katanya teman dekat kamu.” Arin memberi tahu pada Ana.

“Siapa?” tanya Ana lagi seraya membuka lebar pintunya.

Arin mengedikkan kedua bahu. “Kamu, lihat aja sendiri,” jawab Arin.

Ana yang penasaran lalu keluar kamar. “Eh, ganti baju dulu!” ucap Arin menghentikan langkah Ana.

“Emang ini kenapa?” tanya Ana.

“Nggak sopan! Terus nyisir, sana!” Arin mendorong tubuh Ana ke arah kamar.

“Ribet banget, sih! Emang siapa tamunya?” Ana cemberut sambil menggerutu. Walau begitu ia tetap melakukan perintah Arin.

Setelah berganti pakaian dan menyisir rambut, Ana turun ke bawah. Ia berjalan santai menuruni anak tangga satu per satu. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat sosok yang duduk bersama ayahnya di ruang keluarga.

“Nah, itu Ana. An, sini! Angga udah nunggu dari tadi, lho!” ucap ayah Ana.

Angga menoleh pada Ana. Tatapan mereka bertemu. Mereka berdua diam terpaku, waktu seolah berhenti. Bayangan-bayangan memori masa lalu terputar bagai potongan film.

“Eh, malah pada bengong!” Ayah membuyarkan lamunan mereka.

Suasana menjadi canggung. Ana salah tingkah bingung harus bagaimana? Ia sama sekali tidak menduga Angga akan datang setelah sekian tahun tidak bertemu. Senang, tetapi juga merasa gugup. Padahal mereka dulu sangat dekat.

Angga pun merasa gugup. Rangkaian kalimat yang sudah ia siapkan sebelum datang, buyar semuanya. Tak ada satu pun yang bisa ia pikirkan. Ia lalu cepat tersenyum kemudian menyapa.

“Hai, An.” Hanya itu saja yang terpikir di kepalanya. Seperti orang bodoh, sekian lama tidak bertemu sahabatnya, ia hanya mampu mengeluarkan dua kata yang tidak berguna.

“Eh, Angga. Hai juga.” Ternyata Ana juga bingung harus berkata apa? Alih-alih menjawab panjang lebar, ia justru menjawab sambil tersenyum canggung.

“Kalian ini seperti orang lain saja! Kamu nggak kangen Angga, An? Kalian dulu kan dekat banget ke mana-mana berdua, sekarang kok kayak teman biasa aja?” celetuk ayah Ana.

“Ayah tinggal, deh! Biar kalian lebih leluasa. Ga, Ayah ke atas dulu, ya. Kalian ngobrol aja berdua.” Ayah Ana pun beranjak pergi.

“Iya, Yah.”’Angga tersenyum lalu menatap Ana.

Tidak banyak yang berubah pada gadis itu, wajahnya masih cantik seperti dalam ingatannya atau mungkin bertambah cantik.

Ana dengan canggung berjalan pelan menghampiri Angga lalu duduk di sofa yang berseberangan dengan Angga. Ia selalu membayangkan Angga dan pertemuan ini. Dalam bayangannya ia sangat bahagia begitu juga Angga, mereka lalu akan berpelukan melepas rindu.

Namun, kenyataannya setelah mereka bertemu, tidak ada pelukan atau senyum sumringah semangat bertemu dengan sahabat lama. Yang ada hanya rasa canggung dan kaku seperti orang asing yang baru bertemu.

“Lo ....”

“Lo ....”

Mereka mengucapkannya bersamaan lalu berhenti bicara. Setelah beberapa detik dalam hening, Ana mulai mengeluarkan suara. “Apa kabar, Ga?” tanyanya seraya tersenyum pada Angga.

“Alhamdulillah, baik. Lo, apa kabar?” Angga bertanya balik setelah menjawab.

“Baik, gimana kuliah di sana?” tanya Ana lagi.

“Baik,” jawab Angga. Sangat singkat sehingga Ana bingung akan bertanya apa lagi.

Untuk beberapa saat mereka saling diam. “An, udah lama gue nggak makan makanan Indonesia. Gue kangen makanan indo. Bisa temenin gue kulineran?” tanya Angga memecahkan kesunyian di antara mereka.

“Bisa, kapan?” tanya Ana.

“Sekarang aja,” jawab Angga.

“Oh, ayo. Sebentar, gue izin dulu sama

bokap.”

***

Setelah izin mereka pergi menaiki motor. Ana tidak berpegangan pada Angga. Tidak seperti dulu di mana ia tidak canggung untuk memeluk Angga jika naik motor. Kini ia merasa malu untuk memeluk Angga.

Angga tersenyum getir.

“Kenapa walau dekat, kita terasa jauh, An?” tanya Angga dalam hati.

Ia ingin Ana yang dulu, ceria, manja dan bergantung padanya. Ia juga tak mengerti kenapa hubungan mereka menjadi seperti ini? Tidak bisakah mereka kembali seperti dulu?

Motor Angga berhenti di depan penjual es kelapa muda. Di luar negeri tempatnya kuliah tidak ada yang menjual kelapa muda. Ana membuka kaca helm, begitu juga Angga.

“An, kita beli es kelapa, mau?” tanya Angga.

“Boleh,” jawab Ana.

Mereka berdua turun dari motor lalu melepaskan helm. Angga berjalan lebih dulu kemudian memesan dua es kelapa muda untuk makan di tempat. Ana duduk di dalam tenda kecil. Angga duduk di samping Ana setelah memesan.

“Di sana nggak ada kelapa muda. Gue kangen banget,” ucap Angga.

“Oh, kangennya ama kelapa muda doang.” Ana menyindir Angga. Entah yang disindir merasa atau tidak?

“Nggak kelapa muda aja, banyak kok, martabak, ketoprak, soto, nasi goreng, masakan Bunda, masakan Mama, kangen orang-orangnya juga semua, terutama kangen lo!” Angga menoleh pada Ana, ingin tahu reaksi sahabatnya itu.

Ana langsung menoleh, tatapan mereka bertemu. Ia terkejut karena Angga bilang kangen. Ia tidak berekspektasi Angga akan mengucapkan itu. Kini ia bingung bagaimana menanggapinya?

Apalagi setelah melihat mata Angga yang tatapannya masih seperti dulu. Ia rindu tatapan itu. Ana berdeham menghilangkan rasa sedih yang tiba-tiba hadir.

“Ortu gue juga kangen banget ama lo, kenapa nggak pernah nelepon?” Ana menyesali pertanyaannya. Jawabannya pasti mahal dan juga perbedaan waktu menjadi masalah.

“Kalau lo kangen nggak?” tanya Angga.

“Gue, kangen lah! Tapi lo kan pasti sibuk kuliah, udah gitu nelepon dari sana pasti mahal belum lagi perbedaan waktu. Gue nggak mau ganggu.” Ana menjawab sambil terkekeh.

“Maaf, gue nggak pernah telepon lo. Padahal kalau lo telepon gue, nggak apa-apa kok, gue pasti angkat kalau nggak lagi ada kelas.”

“Ya gue mana tahu, lo ada kelas atau nggak? Lagian emang lo nggak ganti nomor?” tanya Ana.

“Nggak, gue pakai dua kartu, kartu lokal juga kartu yang lama.”

“Oh.”

“Nanti gue kasih tahu jadwal kelas gue, biar lo tahu.”

Es kelapa muda mereka datang. Angga segera menikmati es kelapa muda itu. “Hm, enak banget, seger. Alhamdulillah,” ucap Angga.

Ana tersenyum melihat Angga. Perlahan rasa canggung di antara mereka kini hilang.

Setelah menikmati es kelapa, Angga kembali mencari kuliner lain bersama Ana. Hari sudah sore, Angga merasa sudah cukup untuk hari ini. Ia pun mengajak Ana pulang.

Namun, di tengah jalan hujan turun. Angga mencari tempat untuk berteduh. Ia berhenti di depan sebuah ruko yang sudah tutup. Ruko tersebut memakai kanopi.

“Sorry, gue nggak bawa jas hujan,” ucap Angga.

“Nggak apa-apa.”

Tiba-tiba terdengar suara ponsel. Ana langsung mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia melihat ada panggilan dari Galang. Ana melirik Angga lalu menolak panggilan dari Galang kemudian menon aktifkan ponsel tersebut. Ia tidak ingin ada yang mengganggu waktunya dengan Angga.

1
Realrf
Jangan denial dong angga. lu tuh emang suka ama Anna. pun sebaliknya. duh gemes /Hey//Hey/
Realrf
usaha Angga, coba kontak lagi. Terkadang semua tidak seperti yang kita pikirkan, ce ilah bijak amat gue kwkkwkw
Realrf: /Determined//Determined//Determined//Determined/
EuRo: terima kasih kak. ❤️
total 2 replies
AFat
saya suka, alurnya ringan tapi saya menikmatinya. Kata-katanya simple dan jelas saya bisa membayangkan seolah-olah sedang menonton drama remaja. Keren, semangat terus thor!
EuRo: terima kasih, kak. ikuti terus sampai tamat ya. 🥰🥰❤️
total 1 replies
AFat
jadi ingat masa SMA dulu. Ah emang masa SMA penuh warna.
EuRo: Ya, masa yang tak bisa terulang dan penuh kenangan, terima kasih banyak, kak. baca terus sampai tamat ya, kak. terima kasih juga like nya.
total 1 replies
Realrf
next thor
EuRo: Terima kasih banyak kak, sudah like. berarti banget buat aku. jadi penambah semangat!,🥰🥰❤️❤️
total 1 replies
Haryanti Rayyan
lanjut akak
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
Nazwatalita
Lanjut Thorr
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!