Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
**
Nada sedang berada di kamarnya, dia menatap kotak berukuran besar di sana yang diberikan Sintya padanya.
Untung saja keluarganya tidak ada di rumah dan itu membuat Nada lega karena dia tidak akan dimarahi.
"Tante Sintya ngasih Nada apa ya?" Nada mengira-ngira isi di dalamnya, namun penasarannya semakin menjadi lalu dia buka perlahan, dan betapa terkejutnya dia mendapatkan hadiah tersebut.
"Hah gaun?" Nada memegangi gaun berwarna putih dia lihat dengan seksama apa dia salah lihat.
"Bentar deh, kenapa tante Sintya ngasih gue gaun ya? Tapi lucu banget gaunnya."
Nada berputar-putar sambil memegangi gaun tersebut, lalu dia lihat di cermin sambil bergaya layaknya princes.
"Apa salah kali ya, ah ini mah bukan buat Nada deh kayanya. Duh mana nomor Kenzo enggak ada lagi, takutnya emang ketuker kadonya," lanjut Nada sambil melihat gaun tersebut.
Terdengar suara klakson mobil dari luar, Nada langsung segera memasukan gaun tersebut kembali ke kotak dan dia simpan di tempat yang tidak akan ada orang yang mengetahui gaun tersebut.
"Jangan sampai Naomi lihat ini, bisa-bisa dia melakukan hal aneh lagi," gumamnya.
Suara tertawa terdengar nyaring, Nada keluar dari kamar dan melihat kedua orang tua dan Naomi baru saja tiba dan duduk di ruang TV.
"Aduh capek," keluh Naomi.
"Tapi kamu senang kan, Sayang?" tanya Nadia.
Naomi mengangguk. "Iya Mah, Naomi senang banget. Makasih ya, Mama udah beliin Naomi baju ini."
"Sama-sama, itu gaun yang akan dipakai kamu saat pentas nanti."
Naomi tersenyum. "Iya Mah, semoga aja dengan gaun ini Naomi terlihat cantik dan keluarga Kenzo suka."
Nadia mengusap kepala Naomi dengan lembut. "Harus dong, mereka pasti suka sama kamu nanti. Maka dari itu kamu harus giat latihan berikan kesan yang baik untuk keluarga mereka saat kamu pentas nanti."
"Siap Mah, dengan begitu Kenzo pasti jadi suka sama Naomi, aaa Naomi enggak sabar."
Nadia dan Abimanyu tertawa sambil menggelengkan kepala, melihat anak gadisnya sudah remaja dan menyukai lawan jenis.
Dia atas sana Nada tersenyum getir melihat keluarganya begitu perhatian pada Naomi. Rasanya Nada bukan anak kandung dari keluarga Jhonson.
Nada kembali masuk ke dalam kamar, waktu pun sudah menunjukkan jam 21:00 malam, dan Nada memutuskan untuk tidur.
**
Kelas Nada hari ini memiliki jadwal pelajaran olahraga pertama. Satu kelas sudah berjajar dengan rapi di lapangan, termasuk Nada.
"Oke anak-anak, kita hari ini akan belajar bermain basket. Bapak akan memberikan tehnik cara bermain dengan benar, dari melempar dan mendrible bola."
"Baik, Pak." Serentak mereka menjawab dengan penuh semangat.
"Lihat dan perhatikan baik- baik ya. Nanti satu persatu bapak akan panggil untuk bermain basket."
Semua siswa dan siswi kelas Nada, memperhatikan dengan baik dan benar cara bermain basket. Nada mengangguk-angguk sambil memeragakan tangan saat menerima bola dan melempar bola.
"Ish susah banget sih," keluh Nada.
Jeno yang mendengar itu langsung menyentil bahu Nada. "Kalau dibayangin ya susah, coba nanti langsung praktek pasti bisa."
Nada menoleh. "Nyamber aja Lo."
"Ye dikasih tahu juga malah sewot."
"Shutt! Nanti Pak Bemo marah."
Jeno geleng-geleng kepala, sambil sesekali terkekeh melihat praktek gaya Nada.
Selesai mempraktekan bolanya, kini Pak Bemo langsung menunjuk satu persatu siswa dan siswi untuk maju ke depan.
"Sekarang giliran Nada ayo maju," ucap Pak Bemo.
Nada mengangguk lalu maju ke depan sambil menghela napas, supaya tidak grogi.
"Coba mainkan bola ini, dan masukkan ke dalam ring."
Nada mengangguk, dia ambil bola tersebut dan mencoba mendrible sambil menatap ring di atasnya. Percobaan pertama dilakukan Nada, dia lempar bola tersebut dengan sedikit melompat dan yah bola tersebut langsung masuk dengan sempurna.
Semua bersorak bertepuk tangan, Nada pun ikut berteriak melihat dirinya bisa memasukan bola tersebut.
"Woah! Yee... masuk!"
Bemo tertawa. "Nada hebat. "
"Hehe terima kasih Pak."
Nada pun berjalan dengan bangganya kembali ke barisan belakang. Nada dan Jeno saling tos melihat kehebatan gadis itu.
Dari ujung kelas, Kenzo melihat pergerakan Nada dan juga Jeno. Rasa tidak suka menyelimuti Kenzo, entah dia tidak merasakan apapun namun saat melihat Nada nersama Jeno dia merasakan kesal yang luar biasa.
"Lo suka sama Nada?" tanya Kiki sambil menyenderkan punggungnya di tembok deoan kelas.
Kenzo tidak terkejut dengan kehadiran Kiki, dia hanya menoleh sekilas dan kembali menatap Nada.
"Enggak," jawab Kenzo singkat.
"Mata Lo enggak bisa bohong. Ini kali pertamanya gue liat Lo kesal."
"Gue enggak kesal dan gue enggak suka sama dia."
Kenzo mengelak dan memang adanya seperti itu yang dia rasakan. Dibilang jatuh cinta belum terasa, dibilang cemburu hati memanas, entahlah kita lihat saja seberapa kuat Kenzo menahan rasa jatuh cintanya pada Nada.
Kiki menepuk bahu Kenzo. "Kalau suka kejar, bukan dilihat aja." lalu masuk kembali ke dalam kelas meninggalkan Kenzo sendiri.
**
Jeno pulang lebih dulu dan tersisa Nada kini berjalan melewati parkiran, semua siswa berbondong-bondong mengeluarkan mobil dan motor besar mereka, hanya Nada yang pulang menggunakan angkutan umum.
Berdiri di dekat pos satpam sambil menunggu isi sekolah terlihat kosong. Baru Nada akan pulang mencari angkutan umum.
"Hy Nada."
Nada yang sedang memainkan kaki menoleh kala seseorang memanggilnya.
"Eh Alex? Ngapain di sini?" tanya Nada sedikit terkejut dengan kehadiran Alex.
"Gue lagi nungguin Lo balik sekolah."
Nada menaikkan sebelah alisnya. "Nungguin gue? Mau ngapain emang?"
Alex menggaruk tengkuknya, dia merasa kikuk saat Nada menatapnya.
"Gue mau ngajak Lo pulang bareng."
"Enggak usah, Alex pulang aja. Lagian Nada sama rumah Alex kan jauh."
"Enggak masalah, lagian gue ang beneran mau jemput Lo. Enggak keberatan kan?"
"Hah? Emm... gimana ya."
"Ayolah gue udah nungguin Lo di sini selama setengah jam."
Nada membulatkan mata. "Hah, serius? Emang Alex udah pulang sekolah?"
Alex mengangguk. "Udah dong, pulang lebih dulu. Ayok naik."
"Tapi.... " jeda Nada.
"Ayolah please, oke?"
Nada tersenyum canggung yang akhirnya dia mengangguk singkat. Alex pun bersorak karena Nada mengiyakan ajakannya untuk pulang bersama.
Saat Nada akan menaiki motor Alex, tiba-tiba Kenzo datang dan menari tas Nada hingga gadis terbawa ke belakang.
"Eh, eh, apa ini?" tanya Nada. Nada berbalik dan melihat Kenzo sedang menatapnya tajam. "Ken, lepasin tangan Lo."
Kenzo menarik Nada dan membawanya ke belakang tubuh Kenzo. Alex pun gurun dari motor sambil menatap Kenzo dengan tatapan tajam.
"Ngapain Lo di sini?" tanya Alex.
"Pergi dari sini sekarang!" jawab Kenzo dengan tegas.
"Gue bakal balik, dan gue balik sama Nada."
Kenzo mengeratkan genggaman tangannya pada Nada. Seakan Kenzo tidak mau melepas Nada.
"Pulang sendiri buruan!"
Alex mengerutkan kening. "Dia bukan cewek Lo, jadi jangan so keras buat nahan dia."
"Dia milik gue!"
Alex mengepalan lengannya, sambil memberikan ancangan untuk menunju Kenzo.
"Eh, eh kalian jangan berantem. Gue mau balik," balas Nada.
"Balik bareng gue!" jawab Kenzo dan Alex secara bersamaan.
"Enggak, gue bisa balik sendiri."
Nada melepaskan lengan Kenzo dari tangannya, lepas secara paksa karena gengaman Kenzo begitu kuat.
"Udah kalian mending pergi deh, jangan berantem di sini."
Kenzo menarik kembali lengan Nada dan begitu juga Alex yang ikut menarik lengan Nada. Posisim mereka saling menarik lengan Nada.
"Lepas woy! Gue bukan barang yang seenaknya kalian tarik," jelas Nada.
Kenzo dan Alex saling menatap tajam satu sama lain. Kenzo mendorong Alex dan Alex tidak mau kalah, hingga pria itu mencoba melayangkan pukulannya ke arah Kenzo.
Namun siapa sangka, kepalan lengan Alex mengenai Nada yang hendak melindungi tubuh Kenzo. Dan pukulan ke arah kepala Nada pun diterima.
Kenzo dan Alex terkejut bukan main, melihat Nada terjatuh ke lantai. Alex benar-benar merasa bersalah, yang dia tuju Kenzo bukan Nada.
"Bangsat Lo! Jangan harap Lo bisa kabur dari gue!" hardik Kenzo pada Alex.
Alex terdiam di tempat, dan Kenzo langsung mencari taksi dan membawa Nada ke rumah sakit terdekat, karena Nada langsung tidak sadarkan diri.