Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.
"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.
Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"
Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."
Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Bayang-Bayang yang Kembali
Pagi hari itu, udara terasa lebih berat daripada biasanya. Cahaya matahari yang memancar dari balik awan tidak mampu mengusir rasa cemas yang menyelimuti hati Elarya dan Kael. Meskipun kebahagiaan telah datang dengan kelahiran anak mereka, di balik itu, bayang-bayang ancaman yang belum selesai terus mengintai, menunggu untuk menghancurkan kedamaian yang baru mereka rasakan.
Elarya memandang putra mereka yang tertidur nyenyak di pelukannya, wajah kecilnya tampak tenang, tetapi Elarya tahu, ketenangan ini hanya sementara. Kekuatan besar yang terlahir bersamanya membawa ancaman yang tak dapat dihindari. Segel yang ada pada tubuh bayi mereka bersinar samar, sebagai pertanda bahwa dunia ini belum aman.
“Ada sesuatu yang tidak beres, Kael,” bisik Elarya dengan nada khawatir. “Aku bisa merasakannya dalam diri anak kita. Kekuatan yang begitu besar, seolah ada sesuatu yang bersembunyi dalam diri mereka.”
Kael yang duduk di sampingnya, mengusap rambut Elarya dengan lembut. Meskipun senyumnya tetap ada, tatapannya serius. “Aku tahu. Kekuatan itu bukan hanya milikmu lagi, tetapi juga milik anak kita. Kita harus melindunginya, lebih dari apapun.”
Namun, meski kata-kata Kael memberikan ketenangan, Elarya tahu bahwa mereka berdua tidak sepenuhnya siap untuk menghadapi apa yang akan datang. Setiap kali ia menatap putra mereka, ia merasa ada energi yang tidak hanya berasal dari dunia ini, tetapi sesuatu yang lebih jauh, lebih kuno.
---
Perubahan Tak Terhindarkan
Hari demi hari, keadaan semakin mencekam. Segel yang ada pada tubuh bayi mereka semakin kuat. Di setiap malam, cahaya segel itu bersinar terang, menyebar ke sekeliling ruangan, seperti menandakan bahwa dunia sedang menyaksikan sesuatu yang luar biasa.
Namun, semakin lama, Elarya merasakan beban berat di dalam dirinya. Ada sesuatu yang menggerakkan segel di dalam tubuhnya, lebih kuat daripada sebelumnya. Setiap kali ia memusatkan pikirannya, bayangan kabut hitam yang mengerikan melintas di depannya. Ia tahu, bayang-bayang itu bukan hanya khayalan. Mereka nyata, dan mereka datang untuk menghancurkan segalanya.
“Kael,” Elarya memanggil dengan suara serak. “Aku rasa ada yang mengendalikan segel ini. Sesuatu yang lebih kuat dari kita.”
Kael menatap Elarya dengan penuh kekhawatiran. “Apa maksudmu? Apa yang terjadi?”
Elarya menggigit bibirnya. “Ada kekuatan lain yang bersembunyi dalam diri anak kita, sesuatu yang lebih gelap. Aku bisa merasakannya. Sesuatu yang ingin menguasai segel itu, dan akhirnya mengendalikan dunia ini.”
---
Ancaman yang Tak Terlihat
Saat itu, suara gemuruh datang dari kejauhan, seperti peringatan dari alam bahwa sesuatu yang besar sedang mendekat. Kael, yang terlatih dalam merasakan ancaman, langsung berdiri dan menggenggam pedangnya. “Kita harus siap. Ada sesuatu yang tidak beres, Elarya.”
Elarya berdiri, meskipun tubuhnya lemah setelah melahirkan, ia tahu tak ada waktu untuk beristirahat. Kekuatan segel yang ada dalam dirinya kini meluap, semakin kuat, namun tak terkendali. “Kael, aku takut. Jika ini benar-benar datang, aku tak tahu apakah aku bisa mengendalikan kekuatan ini.”
Kael menatapnya dengan tekad yang bulat. “Kau bukan sendiri. Kita akan melawan bersama. Segel ini bukan hanya milikmu. Ini milik kita semua.”
Namun, di luar sana, di tengah kegelapan yang semakin mendalam, sosok gelap mulai muncul, bayangan yang hampir tak terlihat. Setiap langkahnya meninggalkan bekas yang membekap, sebuah kekuatan yang begitu besar, seolah siap untuk merobek dunia mereka.
“Ada yang datang,” Elarya berkata dengan suara yang hampir tidak terdengar. “Makhluk itu… dia terlahir dari bayang-bayang segel ini.”
Kael menggenggam tangan Elarya dengan erat. “Kita akan bertarung, tidak peduli siapa yang datang. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita.”
Namun, meski kata-kata Kael penuh keyakinan, ada sesuatu dalam diri Elarya yang merasa lebih dari sekadar takut. Ada ketakutan mendalam bahwa kekuatan yang mereka miliki, baik dalam dirinya maupun anak mereka, bisa menjadi senjata yang berbahaya, yang tidak hanya bisa melindungi mereka, tetapi juga menghancurkan semuanya.
---
Pertempuran Baru Dimulai
Saat cahaya mulai memudar dan kegelapan menyelimuti, mereka tahu, ancaman besar yang selama ini mereka rasakan sudah berada di ambang pintu. Elarya merasakan segel itu memanggilnya, meminta kekuatan yang lebih besar untuk dikendalikan, dan dengan itu, dunia akan berubah.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, Elarya menyentuh tubuh bayinya, yang kini terjaga dan menatapnya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Segel yang ada pada tubuh anak mereka bersinar lebih terang, dan dalam sekejap, energi itu mengalir ke dalam tubuh Elarya, memberikan kekuatan yang sangat besar.
Namun, sebelum Elarya bisa mengendalikan kekuatan itu, sebuah ledakan besar mengguncang tanah di sekitar mereka, menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Tanah terbelah, dan dari dalam kegelapan, makhluk raksasa yang terlihat seperti kabut hitam dengan mata merah menyala muncul, menatap mereka dengan keinginan untuk menghancurkan segalanya.
“Mereka datang…” Elarya berbisik, menyadari bahwa pertempuran kali ini bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi untuk mengendalikan kekuatan yang ada dalam diri mereka dan anak mereka.
Kael menatap Elarya, lalu mengarahkan pandangannya pada makhluk itu. “Kita akan menang. Bersama, kita tidak akan kalah.”
Namun, dalam hati Elarya, ada satu pertanyaan yang tak bisa terjawab: Apakah mereka benar-benar siap untuk menghadapi kekuatan besar yang telah lahir bersama anak mereka?
Kekuatan yang Tak Terlihat
Gelombang energi yang menghantam sekeliling mereka membuat tanah di sekitar Elarya dan Kael bergetar hebat. Makhluk kabut hitam itu semakin mendekat, matanya bersinar merah seperti api yang mengamuk, sementara tubuhnya terus mengeluarkan suara gemuruh yang menggetarkan udara.
Elarya merasa tubuhnya semakin lemah, meskipun energi segel itu mengalir begitu deras di dalam dirinya. Ia menggenggam tangan Kael, yang berdiri kokoh di sampingnya. "Kael... ini bukan hanya tentang kita lagi. Ini tentang anak kita... tentang segel yang terlahir bersama dia."
Kael menatapnya dengan mata penuh keyakinan, meskipun kekhawatiran jelas terlihat di wajahnya. "Aku tahu, Elarya. Tapi kita akan melawan. Tidak ada yang bisa menghancurkan keluarga kita."
Namun, meskipun Kael berbicara dengan penuh tekad, Elarya merasakan ada sesuatu yang lebih gelap mengintai di dalam dirinya, sesuatu yang berbahaya dan sulit untuk dikendalikan. Kekuatan segel itu begitu kuat, dan semakin lama, semakin sulit baginya untuk mengontrolnya.
“Kael… aku merasa ada sesuatu yang sedang menguasai tubuhku. Aku… aku tak tahu apakah aku bisa bertahan,” suara Elarya bergetar, namun ada sebuah tekad yang mulai menyala dalam dirinya.
“Tenang, sayang. Aku ada di sini,” Kael berkata dengan suara lembut namun penuh kekuatan. Ia menarik Elarya lebih dekat, mencoba menenangkannya di tengah kekacauan yang sedang terjadi. “Kita harus menghadapi ini bersama. Kau lebih kuat dari yang kau kira.”
Namun, saat Elarya menatap anak mereka, yang tertidur di dalam pelukannya, segel yang terpasang di tubuh sang bayi mulai bersinar lebih terang. Cahaya itu menembus kegelapan, membentuk pola cahaya yang aneh di udara.
"Tidak… tidak bisa!" Elarya merasakan gelombang energi dari segel itu mendorong tubuhnya ke ambang batas. Setiap kali ia mencoba untuk menenangkan diri, kekuatan itu hanya semakin menguasai dirinya, dan lebih jauh lagi, ia bisa merasakan bayangan hitam yang menjalar dari segel itu, berusaha untuk mengambil alih dirinya.
Kael merasakan perubahan dalam diri Elarya, dan rasa takut mulai menggerogoti hatinya. "Elarya... kau harus melawan. Ingat siapa dirimu! Ini adalah segel yang kau kendalikan, bukan sebaliknya. Kau bisa mengendalikannya!"
Elarya menatap Kael, dan untuk sesaat, ada kedamaian yang tampak dalam matanya. Namun itu hanyalah ilusi, karena dalam sekejap, bayangan kabut hitam itu merangsek lebih dalam, memaksa segel itu untuk mengalirkan lebih banyak energi—energi yang sangat berbahaya.
Tanpa peringatan, tubuh Elarya mulai bersinar terang, dan seluruh dunia terasa menghilang sejenak. Kael berdiri tegak, menghadap makhluk yang semakin mendekat, namun tak tahu harus berbuat apa. Ia tahu, untuk mengalahkan ancaman ini, mereka harus bekerja bersama. Elarya harus mengendalikan segel itu—atau mereka akan kehilangan segalanya.
Makhluk kabut itu mengangkat tangannya, menghantarkan energi gelap yang menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Kael melangkah maju, bersiap untuk bertarung, namun ia tahu bahwa kali ini, bukan hanya pedangnya yang akan dibutuhkan. Mereka berdua harus berjuang bersama untuk mengalahkan ancaman ini.
Namun, saat itulah Elarya mengangkat tangan, segel pada tubuhnya bersinar begitu terang, menyinari kabut hitam yang melingkupi mereka. "Aku... aku bisa melakukannya," katanya, dan suara itu begitu tegas, seolah menantang kegelapan yang ada di depannya.
Dengan satu tarikan napas dalam-dalam, Elarya merasakan energi dalam dirinya bersatu, membentuk sebuah kekuatan yang lebih kuat daripada apa pun yang pernah ia rasakan sebelumnya. Ia menatap Kael, yang berdiri di sampingnya, dan memberi isyarat bahwa ia siap untuk melawan.
“Sekarang, Kael!” serunya.
Kael mengangguk dan melompat maju, menyerang makhluk kabut itu dengan pedangnya. Namun, kali ini serangannya bukanlah serangan biasa. Pedangnya bersinar, dipenuhi dengan energi dari segel Elarya. Kedua kekuatan itu menyatu—keberanian Kael dan kekuatan Elarya yang kini stabil—menjadi satu serangan yang luar biasa kuat.
Tombak cahaya yang muncul dari tubuh Elarya melesat seperti kilat, menusuk inti tubuh makhluk itu. Terbukalah kegelapan yang menyelimuti dunia, dan dalam sekejap, makhluk kabut itu hancur menjadi partikel-partikel cahaya yang menyebar di udara.
Keheningan kembali menguasai dunia mereka, dan hanya suara angin yang terdengar menggema di sekitar mereka. Elarya terjatuh ke tanah, kelelahan setelah menggunakan kekuatan segel yang begitu besar. Kael bergegas mendekat, meraih tubuhnya, dan membawanya dalam pelukan.
“Kau berhasil, Elarya… kita berhasil,” Kael berbisik, matanya penuh dengan kebanggaan dan kekhawatiran.
Elarya menatapnya lemah, namun senyum kecil muncul di wajahnya. "Itu... berkat kita semua. Kita telah melewati banyak hal, Kael. Aku tidak akan menyerah."
Dengan itu, Elarya menyandarkan kepala ke dada Kael, merasakan kekuatan segel di dalam dirinya mereda. Namun, di kedalaman hatinya, ia tahu bahwa ini hanya awal dari perjalanan yang lebih panjang.
Dan di samping mereka, sang bayi yang lahir dengan segel yang terhubung, masih tertidur, seakan tahu bahwa dunia ini—dan masa depan mereka—adalah sebuah perjalanan yang tak terduga.
Kekuatan yang Mengalir
Keheningan yang mengikuti kehancuran makhluk kabut itu terasa menyesakkan. Elarya terkulai dalam pelukan Kael, tubuhnya lemas setelah mengeluarkan hampir seluruh kekuatan yang ia miliki. Namun, meski kelelahan, ada sebuah rasa kedamaian yang mulai mengisi dadanya—sesuatu yang jarang dirasakannya sejak segel itu pertama kali membebaninya.
Kael memegangnya erat, tak ingin melepaskan. "Kau hebat, Elarya. Kau mengendalikannya."
Elarya memejamkan matanya, merasakan detak jantung Kael yang stabil. "Aku takut, Kael. Ketika segel itu menguasai diriku, aku tidak tahu lagi siapa aku. Aku... aku merasa terperangkap di dalam diriku sendiri."
Kael menyentuh pipinya dengan lembut, mengangkat wajah Elarya agar menatapnya. "Elarya, kau bukan hanya segel. Kau adalah segalanya bagiku. Kau punya kendali atas segalanya. Kita akan melalui ini bersama, apapun yang terjadi."
Elarya mengangguk lemah, namun hatinya dipenuhi rasa syukur. Meski dunia mereka penuh dengan ancaman, ia tahu bahwa dengan Kael di sisinya, ia bisa menghadapi apapun. Ia bisa merasakan kekuatan segel itu kembali mengalir dengan lebih tenang—sebuah perasaan yang dulu tak pernah ia kenal.
Namun, saat mereka berdua berdiri dalam keheningan itu, sebuah cahaya terang yang datang dari arah desa menarik perhatian mereka. Cahaya itu tampaknya berasal dari tempat yang jauh lebih dalam ke dalam hutan, tempat mereka belum pernah jelajahi. Sesuatu yang lebih besar tampaknya sedang bergerak.
"Kael... ada sesuatu yang lain lagi," Elarya berkata, suara yang dipenuhi kehawatiran. "Aku bisa merasakan sesuatu yang lebih kuat—lebih gelap."
Kael mengerutkan kening, memandang ke arah sumber cahaya yang semakin terang. "Kita harus pergi ke sana. Ini belum selesai."
Mereka berdua segera bergerak, berjalan cepat namun hati-hati, menyusuri jalan setapak yang menuju ke tempat sumber cahaya itu. Setiap langkah yang mereka ambil semakin mendekatkan mereka pada ancaman yang lebih besar, namun Elarya merasakan keteguhan dalam dirinya. Ia tahu bahwa kekuatan segel itu bisa menjadi kunci untuk menghadapi apa pun yang menunggu mereka.
Saat mereka tiba di tempat itu, apa yang mereka temukan membuat mereka terkejut. Di tengah lingkaran cahaya, ada sebuah altar kuno yang sepertinya telah lama terlupakan, dikelilingi oleh batu-batu yang tertutup lumut dan tanaman liar. Di atas altar itu terletak sebuah pedang yang bersinar terang, lebih terang daripada segel Elarya, lebih menyilaukan.
"Pedang itu..." Elarya berkata, suaranya bergema di dalam hutan yang sunyi.
Kael menatap pedang itu dengan waspada. "Ini bukan pedang biasa. Ada sesuatu yang tidak beres dengan ini."
Elarya merasa sebuah getaran dalam dadanya, dan tanpa ia sadari, tangannya bergerak menuju pedang itu. Segel pada tubuhnya mulai bersinar lagi, namun kali ini, cahaya itu terasa lebih hangat—lebih mengundang. Ketika jarinya menyentuh gagang pedang, sesuatu yang sangat kuat dan menggetarkan dunia mereka terjadi. Seluruh alam sepertinya berhenti sejenak, dan kedalaman segel dalam dirinya melepaskan energi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Elarya... hati-hati!" Kael berteriak, berusaha menariknya mundur.
Namun sudah terlambat. Energi dari pedang itu menyatu dengan segel Elarya, dan dalam sekejap, mereka berdua terperangkap dalam aura cahaya yang sangat kuat. Di tengah cahaya itu, Elarya bisa melihat gambaran masa depan yang kabur, bayangan yang menunjukkan pertempuran yang lebih besar, lebih mengerikan.
"Kael..." suara Elarya hampir tidak terdengar, namun Kael bisa merasakannya. "Apa yang terjadi? Apa ini semua?"
Kael berdiri di sampingnya, memegangi tangannya erat, berusaha menenangkannya. "Kita akan melawan ini bersama. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh."
Cahaya itu semakin terang, dan perlahan-lahan, pedang itu mulai terangkat dari altar. Tiba-tiba, sebuah suara yang berat dan menggema memenuhi udara mereka.
"Anak dari Cahaya... saatnya bagi kalian untuk memutuskan nasib dunia ini."
Suara itu datang dari bayangan yang terbentuk di tengah cahaya, dan makhluk besar yang terlahir dari kegelapan muncul perlahan di hadapan mereka. Sosok itu tidak sepenuhnya tampak, hanya bayangan hitam yang menari-nari, namun cukup nyata untuk membuat bulu kuduk mereka merinding.
"Siapa... siapa kamu?" Elarya berkata, suaranya gemetar.
"Saya adalah warisan dari segel yang kamu bawa, Elarya. Aku adalah ujian terakhir yang harus kamu hadapi." Suara itu bergema, makin memperjelas ancaman yang kini ada di depan mereka.
Kael menatap Elarya dengan penuh perhatian, mencoba merasakan keteguhan dalam dirinya. "Apa pun yang datang, kita akan menghadapinya, Elarya. Kau tidak sendiri."
Elarya merasakan keberanian Kael mengalir ke dalam dirinya. Cahaya segel di tubuhnya mulai menguat, dan dalam dadanya, tekad yang lebih besar pun terbentuk. “Tidak akan ada lagi yang menghancurkan dunia kita.”
Namun, ancaman yang mereka hadapi ini jelas bukan hal mudah. Pedang yang kini mereka pegang adalah kunci untuk menghadapi pertempuran terakhir, tetapi apakah Elarya dan Kael mampu mengalahkan kekuatan yang lebih besar dari segalanya ini? Keputusan akan segera datang, dan nasib dunia bergantung pada mereka.