Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7.
*****
Austin berlari dan berlari terus, ia tidak perduli betapa sudah letihnya dia berlari, menghindari pengejaran beberapa anak berandalan, yang baru saja membully nya.
Luka pada wajah dan tubuhnya, terlihat begitu mengenaskan, dengan baju yang terlihat sudah compang-camping.
Akibat pengaduan pria yang pernah di beri Erick pelajaran, karena telah menindasnya, ia pun mengalami hal seperti ini.
Beberapa teman pria itu menculik Austin, saat ia pergi berbelanja ke pasar tradisional. Mereka menutup kepalanya dengan karung, dan membawanya ke sebuah rumah tua.
Ia di pukul dan diinjak, dengan karung masih menutup kepalanya, dan sebagian tubuhnya. Dengan sekuat tenaga ia berupaya berontak dan melepaskan karung yang menutupi kepalanya.
Austin sempat memberi perlawanan kepada mereka, dan akhirnya dapat meloloskan diri dari penganiayaan beberapa pria berandalan tersebut.
Austin tidak tahu saat ini dia sebenarnya berada di mana, karena ia tidak mengenal lokasi tempat ia di bawa oleh para berandalan tersebut.
Ia terus berlari dan masuk ke dalam hutan, untuk menghilangkan jejaknya, agar tidak di temukan berandalan yang mengejarnya.
"Haah.. haahh.. hahhh...!" nafasnya tersengal-sengal, dengan tubuh yang sudah sangat letih sekali.
Darah terus saja mengalir dari luka, yang ada pada tubuh dan wajahnya. Kakinya yang sudah tidak memakai sandal lagi, juga mengalami luka, dan tidak ia perdulikan betapa perihnya setiap ia berlari.
Ia ingin hidup! ia seseorang yang layak untuk hidup. Bukan seseorang yang tidak berhak merasakan kehidupan, karena dia seorang anak yatim piatu.
Austin tidak tahu, entah sudah sejauh mana dia sudah berlari ke dalam hutan itu, yang ada dalam pikirannya menghindari sekumpulan berandalan itu.
Bruk!!
Tiba-tiba kaki Austin tersandung, dan membuat ia pun tersungkur jatuh ke tanah. Tubuhnya ia rasakan berguling-guling di tanah, ternyata ia terjatuh dari tebing.
Austin merasakan tubuhnya sepertinya mau remuk, sangat sakit sekali menghantam bebatuan tebing, dan ia pun merasakan kepalanya seperti akan pecah.
Bruk!!!
Kepala Austin membentur pohon di dasar tebing, dan ia pun seketika langsung pingsan begitu kepalanya menghantam pohon tersebut.
*****
"Haah.. haahh... haahh...!"
Austin bergerak dengan gelisah, dengan keringat mengalir dari kepala membasahi keningnya. Ia sangat kesulitan bernafas.
"Tuan! Tuan!!"
Ia merasakan tubuhnya di guncang seseorang, yang sepertinya ingin memberikan pertolongan padanya. Ia merasakan dadanya terasa sangat sesak sekali.
"Haahh... haahhh...!!"
Ia pun memaksa matanya terbuka, lalu dengan reflek mengangkat tubuhnya, dan duduk dengan tegak.
"Tuan! anda akhirnya bangun! kami sangat panik sekali, melihat anda mengalami mimpi buruk itu lagi!"
Dua orang pria berpakaian formal, berdiri di dekat tempat ia berbaring, dengan raut wajah yang terlihat tersenyum senang.
Austin mencoba mengingat di mana ia sekarang saat ini. Ruangan yang sangat luas, dengan dekorasi mewah dan modern.
Ia pun akhirnya ingat! ini kamarnya di lantai tiga puluh, pada sebuah gedung di lokasi proyek terbengkalai di dekat pinggiran kota.
"Ini Tuan, anda minum dulu!" salah satu pria berpakaian formal itu memberikan gelas air minum kepada Austin.
Austin dalam diam menerima gelas tersebut, dan meminumnya sampai habis. Lau ia memberikan gelas yang sudah kosong tersebut kepada pria tadi.
"Keluar lah!" kata Austin, dengan suara yang terdengar berat.
"Baik, Tuan!" jawab mereka, lalu bergegas keluar dari dalam kamar.
Austin memegang kepalanya yang terasa pusing. Ia sering mengalami mimpi buruk tentang masa remajanya dulu. Karena para berandalan itu menculiknya, ia jadi tidak pernah lagi bertemu dengan keluarga angkatnya.
Untung ia di selamatkan anak buah Rudolf, kalau tidak! mungkin ia sudah tidak berada di sini merasakan kesuksesan nya sebagai tangan kanan Rudolf.
Perlahan Austin menurunkan kakinya dari atas tempat tidur, lalu kakinya meraih sandal rumah. Ia kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Dalam cermin wastafel, ia melihat wajahnya yang pucat, dan tubuh bertatonya basah oleh keringat. Mimpi buruknya membuat ia seperti berlari berpuluh-puluh kilometer, seakan tanpa ada ujungnya.
Setiap waktu ia selalu mengingat keluarga angkatnya, yang tidak pernah ia temukan lagi, sejak ia siuman setelah hampir setengah tahun berbaring di ruang ICU.
Austin menghela nafas, ia sudah menyebarkan anak buahnya, untuk mencari informasi tentang keluarga angkatnya.
Ia berharap walau pun itu berita tentang kemungkinan, keluarga angkatnya sudah meninggal, tapi sampai saat ini, ia belum mendapat kabar sedikit pun tentang keberadaan mereka.
Bersambung......
upnya tiap hari kalau bisa 2 bab