“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 34
Daniel kembali ke rumah tanpa sepengetahuan Alika, lalu dia meminta Zicko untuk memanggilnya Alika malam itu. Dia akan mulai memainkan perannya sebagai Daniel suami yang cacat.
Setelah mengetuk pintu kamar Alika beberapa kali, barulah Alika membuka pintu.
“Zicko? Ada apa? Kapan kamu datang?” tanya Alika menyembunyikan kepanikan di wajahnya.
Dia terlambat membuka pintu karena dia harus memakai riasannya kembali, tadi dia mengira jika dia tidak akan keluar kamar lagi, namun ternyata Zicko mengetuk pintu kamarnya.
“Tuan muda memanggil nyonya ke kamarnya.” Beritahu Zicko.
Alika mengerutkan alisnya, ada apa Daniel memanggilnya malam-malam seperti ini? Apakah dia membuat kesalahan yang tidak dia sadari?
“Kata Zicko kamu memanggilku, ada apa?” tanya Alika ketika sudah berada di dalam kamar Daniel.
“Apa kau benar-benar menganggap ku sebagai suamimu?” tanya Daniel yang berdiri membelakangi Alika.
“Tentu saja, kamu adalah suamiku jadi tentu aku menganggap mu suamiku.” Jawab Alika tanpa ragu.
“Bagaimana jika aku tidak seperti suami yang di idamkan para wanita?” Nada bicara Daniel terdengar serius.
“Apa pun itu karena kamu sudah menjadi suamiku dan aku sebagai istri, aku pasti akan menerima semuanya.” Alika pun menjawab dengan serius.
Walaupun dalam hati Alika bertanya-tanya ada apa dengan Daniel malam ini? Kenapa dia mempertanyakan hal semacam itu?
“Benarkah? Tapi aku khawatir kamu tidak akan berpegang pada perkataanmu saat kamu melihat wajahku nanti.”
Alika hanya diam, dia tidak mungkin bisa meyakinkan Daniel dengan ucapannya.
“Kenapa kamu tidak menjawab ku?”
“Apa kamu akan percaya jika aku katakan, aku bukanlah perempuan yang akan meninggalkanmu meskipun dan bagaimana pun dirimu, meskipun kita menikah tanpa di dasari perasaan cinta, tapi pernikahan bagiku adalah suatu ikatan seumur hidup. Dan aku akan setia pada ikatan itu.” Ucap Alika jujur dan penuh ketulusan.
Mendengar ucapan Alika membuat Daniel menyunggingkan senyum, ada rasa senang di hatinya. Semoga saja Alika memegang ucapannya. Harap Daniel.
“Bagaimana jika wajahku seperti ini?” Daniel memutar badannya menatap Alika.
Alika tertegun menatap wajah Daniel yang berdiri di sana, sebelah wajahnya, tepatnya, wajah kiri Daniel di penuhi bekas bakar yang menimbulkan keloid. Mata Alika membulat sempurna karena kaget.
Ah, inilah alasan Helen menolak menikah dengan Daniel. Ternyata kabar angin itu benar, jika Daniel cucu Admanegara, orang terkaya dulu dan pebisnis sukses yang di segani adalah pria yang cacat.
“Kenapa? Kamu berubah pikiran setelah melihat wajah jelekku hah?”
Daniel sudah pasrah jika Alika tidak menerimanya. Lagi pula mana ada perempuan yang menginginkan suami yang wajahnya seperti itu.
Tanpa sadar Alika berjalan mendekat, menganggap tangannya dengan wajah mendongak dia menyentuh pelan wajah Daniel.
“Apa ini terasa sakit?” tanya Alika dengan mata yang berkaca-kaca.
Dengan cepat Daniel menyambut tangan Alika, dia takut jika hiasan di wajahnya akan copot dan dia ketahuan.
“Tidak.” Jawab Daniel masih memegang tangan Alika.
“Kamu tidak takut?” tanya Daniel.
Alika menggeleng.
“Tidak, untuk apa aku takut.”
Sungguh di luar ekspektasi Daniel, dia tidak menyangka jika Alika justru yang datang mendekat dan menyentuh wajahnya.
“Kamu masih ingin menjadi istriku dengan wajahku yang seperti ini?” tanya Daniel.
“Tentu saja, aku tidak akan meninggalkan suamiku hanya karena hal sepele seperti ini.” Ujar Alika masih menatap bekas luka di wajah Daniel.
Dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang harus Daniel tanggung saat dulu dia mendapatkan luka bakar itu. Pasti rasanya sangat perih dan sakit. Pasti Daniel melalui masa paling sulit saat itu.
“Aku tidak ingin kamu memilih tetap bersamaku hanya karena kamu merasa kasihan denganku.” Ucap Daniel.
“Aku...”
Alika tidak lanjutkan ucapannya, dia memang merasa kasihan pada Daniel. Tapi, jauh dari itu, sebagai istri dia ingin menemani Daniel. Dia tidak peduli dengan wajah Daniel yang seperti itu.
“Jadi benar kamu hanya kasihan padaku.” Daniel menggenggam erat tangan Alika hingga membuat Alika meringis sakit.
Daniel tersulut amarah, padahal baru saja tadi dia merasa senang mengira jika Alika benar-benar menerima dia tanpa di sadari oleh rasa kasihan.
“Aku memang merasa kasihan padamu, aku bisa membayangkan rasa sakitnya, jika aku di posisimu. Jika itu aku, mungkin aku sudah menyerah.” Ujar Alika.
“Aku memutuskan untuk tidak pergi bukan karena rasa kasihan ku. Tapi, aku memutuskan untuk terus menjadi istrimu karena aku ingin menemani mulai saat ini.” Sambung Alika menatap Daniel dengan sendu.
Genggaman tangan Daniel pada tangan Alika melemah, dia tersentuh dengan ucapan itu. Karena ternyata, masih ada perempuan seperti Alika yang mau menerima seseorang dengan apa adanya.
Yang tidak peduli dengan penampilan ataupun kecatatan yang dia miliki. Ya, meskipun itu hanyalah tipuan untuk menipu Alika.
“Tapi bagaimana jika aku impoten?” tatap Daniel, kali ini dia ingin tahu apalagi yang akan Alika katakan.
“Aku tidak akan bisa memberikan anak untukmu.” Tambahnya lagi.
“kita bisa mengadopsi anak, atau mungkin kita bisa hidup hanya berdua saja.” Jawab Alika.
“Benarkah?” tanya Daniel yang langsung di anggukkan oleh Alika.
Ternyata Alika benar-benar perempuan luar biasa berbeda.
“Lalu bagaimana dengan aku yang tidak punya apa-apa? Kamu tahu sendiri, seperti kabar yang terdengar jika sekarang keluargaku tidak punya apa-apa lagi, yang aku miliki hanya rumah ini dan Zicko yang setia padaku.” Ujar Daniel memberitahu kebohongan yang lainnya.
“Kalau begitu akan bertambah satu lagi, selain rumah ini dan Zicko, sekarang kamu memiliki aku.” Kata Alika.
Ah, layaknya seperti dalam drama atmosfir yang begitu indah. Dan entah kenapa Alika merasa seperti sudah mengenal dan akrab dengan Daniel.
Atau mungkin karena Daniel begitu mirip dengan Brian, adik ipar yang selalu mengajaknya ribut dan selalu usil padanya.
“Kamu sudah melihat wajahku, dan aku sudah memberitahumu tentang semua kekurangan yang kumiliki, sekarang kamu boleh kembali ke kamarmu.”
Daniel terpaksa menyuruh Alika segera pergi, karena jika Alika tinggal lebih lama dia takut, jika dia tidak bisa menahan diri lagi. Bibir Alika sedari tadi sudah begitu sangat menggoda dirinya. Apalagi dia dan Alika berdiri dengan begitu dekat sekali.
“Baiklah, sampai ketemu besok pagi.” Alika mundur sebelum membalik badan.
Daniel hanya mengangguk.
“Besok kita bisa sarapan bersama kan?” tanya Alika.
“Tentu.” Jawab Daniel.
Alika memutar badan, membuka pintu dan keluar. Ada rasa lega karena dia sudah melihat wajah suaminya. Itu artinya saat ini dia bisa secara perlahan bisa mendekatkan diri dengan Daniel. Lalu, melalui hari sebagai pasangan suami dan istri.
...****************...
Support author dengan like, komen dan vote. terima kasih.
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel