Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tujuh
Setelah kejadian penolakan itu,Kalista kembali berubah menjadi sosok yang dingin.Hubungannya dengan Alvaro juga merenggang,ia dan laki-laki itu seolah menjadi orang asing.
Tasya yang menyadari itu jadi kebingungan sendiri dengan sikap kedua temannya yang menjauh."Kalian berantem?",tanya Tasya.
"Tanya aja sendiri sama orangnya,"ujar Kalista.
Tasya menggaruk kepalanya,ia tak pernah menghadapi teman yang berperang dingin seperti ini,apalagi ia tidak tau akar permasalahan yang membuat kedua temannya jadi seperti ini.
Tasya lalu beranjak,ia menghampiri Alvaro yang bertukar tempat duduk sehingga agak sedikit jauh dengan tempat duduknya dan Kalista.
"Al,"panggil Tasya.
Alvaro yang sedang bermain ponsel pun menoleh,ia tersenyum pada Tasnya."Kenapa?"
"Lo sama Kalista kenapa si?",tanya Tasya.
Mendengar nama Kalista, laki-laki itu seketika mengubah ekspresinya menjadi datar."Gak udah bahas dia,"ujarnya dengan ketus.
"Tadi gue tanya dia,gak mau jawab katanya suruh tanya Lo, sekarang Lo malah gak mau jawab juga.Kalau kalian begini,nanti gue ke kantin sama siapa?",tanya Tasya.
Alvaro menghela napasnya."Terserah Lo,Lo mau bareng gue gak apa-apa,kalau mau bareng dia juga gak apa-apa."
Wajah Tasya seketika cemberut."Gak seneng gue kalau ada yang berantem gini.Coba deh kalau ada masalah diomongin baik-baik jangan begini, gue maunya kayak dulu kita bertiga ke kantin bareng."
"Maaf Sya,gue gak bisa." Laki-laki itu kembali fokus pada ponselnya,ia tak mau berbicara lebih banyak mengenai Kalista.
Tasya menghela napasnya,ia lalu kembali ke bangkunya.
.…
Waktu istirahat telah tiba,seluruh murid berhamburan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong,begitu juga dengan teman-teman kelas Kalista yang satu persatu mulai pergi dari kelas.
"Sya,mau ke kantin bareng gak?",tanya Alvaro yang berada di ambang pintu menuju keluar, laki-laki itu enggan menghampiri Tasya karena ada Kalista di sana.
"Bentar,Al,"ujar Tasya.Ia lalu melirik Kalista yang tengah mengeluarkan kotak makan nya dari dalam tas.
"Kal,Lo gak ikut ke kantin?",tanya Tasya.
Kalista menggelengkan kepalanya."Gak,Lo kalau mau ke kantin,ke kantin aja,"ujarnya.
"Tapi Lo makan sendiri nanti kalau gue ke kantin,"ujar Tasya merasa tak enak.
"Ya kalaupun Lo di sini,mau makan apa? Udah sana ke kantin aja,gue udah biasa sendiri,"ucap Kalista.
"Yaudah deh,gue ke kantin ya,Kal."
Kalista mengangguk."Iya,udah sana tuh temen Lo nungguin."
Tasya beranjak lalu menghampiri Alvaro yang tengah menunggunya di depan pintu kelas.
"Lama banget,"keluh Alvaro.
"Maaf,"ucap Tasya, keduanya lalu berjalan bersama menuju ke kantin.
Jadi demi hari berlalu ,tak terasa satu bulan menjelang ujian kelulusan.Selama itu Tasya dan Alvaro lebih sering menghabiskan waktu istirahat berdua tanpa Kalista.Kalista sendiri menjadi lebih sering sendiri,ia hanya berbicara dengan Tasya ketika mereka membahas pelajaran saja.
Hari ini di sekolahnya sedang ada acara pertandingan olahraga antar kelas,kegiatan ini biasa dilakukan setiap tahun menjelang ujian kelulusan siswa yang berada di tahun terakhir sekolah.Hampir semua siswa antusias dengan acara ini,mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk bersenang-senang dan menunjukkan kemampuan mereka dalam olahraga.Selain itu,acara ini selalu menjadi kesempatan para murid perempuan untuk melihat para siswa yang tampan.
"Ayolah,Kal.Lo ikut gabung ya gantiin Siska,"ujar Tasya memohon pada Kalista.
"Gak,dia yang gak hadir kenapa gue yang ribet? Lo cari aja yang lain,cewek di kelas ini kan bukan cuma gue,"ujar Kalista menolak.
Sedari tadi Tasya memaksanya untuk ikut dalam pertandingan basket putri antar kelas,karena kebetulan salah satu teman mereka yang seharusnya bertanding berhalangan hadir.
"Gue rasa lebih cocok Lo Kay,yang lain gak ada yang bisa main basket,"ujar Tasya memberi alasan.
"Lo pikir gue bisa? Gue sama aja kayak mereka,"ujarnya.
Tasya mengerucutkan bibirnya."Kal,gue tau Lo bisa.Buktinya waktu praktik olahraga materi Basket sebulan yang lalu,Lo jago tuh.Bahkan nilai praktek Lo lebih tinggi dari gue dan yang lain."
"Itu cuma praktek,kalau tanding kayak gini gue gak bisa."
"Kal,please ya sekali ini aja."Tasya menggoyangkan tangan Kalista,berharap gadis itu mau menerima permintaannya.
Kalista menghela napas berat."Yaudah,tapi gue gak bawa baju ganti,"ucap Kalista.
Mata Tasya berbinar."Tenang aja,gue bawa baju dua,sengaja gue bawa karena Siska udah hubungi gue kalau dia gak akan masuk hari ini,"
Kalista menatap Tasya,jadi gadis ini sudah tau Siska tak akan masuk?
Gadis itu mengeluarkan satu set pakaian dari dalam paper bag dan memberikannya pada Kalista."Nih,kalau Lo mudah gerah kaos nya gak usah di pakai,"ujar Tasya.
Kalista menerimanya,ia menatap satu set Jersey basket dan satu kaos lengan pendek di tangannya."Gue pake sekarang nih?"
"Taun depan,Kal.Iyalah sekarang."
"Yaudah,gue ke kamar mandi dulu,mau ganti baju.Lo gak ganti baju?"
Tasya mengangguk."Oke,gue tunggu di sini ya.Gue pake baju double jadi tinggal buka seragam aja,"ujar Tasya.
Kalista mengangguk,ia lalu beranjak menuju ke toilet untuk mengganti pakaian.
Ia menatap cermin, mencoba memakai jersey yang diberikan Tasya tanpa mengenakan kaos. Memang terasa nyaman, dan dia tak akan merasa panas, tetapi lengan, ketiak, dan sedikit bahu pasti akan terbuka jika demikian. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk mengenakan kaos dulu, lalu mengenakan jersey tersebut sebagai luaran. Cukup nyaman, namun di lapangan nanti dia pasti akan kepanasan.
Dengan hati-hati, ia melipat seragam putih-birunya, lalu mengikat rambutnya yang telah memanjang hingga menyentuh bahu. Setelah puas dengan penampilannya, ia keluar dari ruangan.
Ketika melangkah di koridor menuju ke kelas, tak sengaja ia berpapasan dengan Alvaro. Sejenak, kedua mata mereka bertemu dan perasaan tegang memenuhi ruang di antara mereka. Secara refleks, Kalista memalingkan wajahnya dan mempercepat langkahnya menuju kelas. Sementara itu, Alvaro sempat membalikkan tubuhnya untuk menoleh Kalista sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.
"Wih,keren banget,Kal,"puji Tasya ketika dirinya baru saja masuk ke dalam kelas.
"Iya,Lo juga,Sya.Kalau pakai Jersey begini keliatan keren."
"Ah,masa si?",ujar Tasya tersipu malu.
Setelah saling memuji keduanya segera menuju ke lapangan dan bergabung dengan teman-temannya yang lain di sana.Beberapa menit kemudian tiba giliran kelasnya yang bertanding.
Di tengah lapangan basket, Kalista dan Tasya serta beberapa temannya bersiap untuk bertanding melawan kelas lain di sekolah mereka. Dengan mengenakan seragam tim basket yang menawan, Kalista tampil percaya diri dengan Jersey berwarna hitam berpadu dengan oranye di beberapa area,kaos oblong putih dan celana pendek hitam.
Saat pertandingan dimulai, Kalista segera mencuri perhatian para penonton. Ia bergerak lincah, menggiring bola dengan cepat dan akurat, serta melakukan tembakan yang sulit ditebak lawan. Penonton pun bersorak kagum melihat kepiawaiannya bermain basket, bahkan Tasya yang menjadi rekan satu timnya juga terpesona oleh keahliannya.
Pada suatu momen, Kalista berhasil mencetak poin dengan lay-up yang begitu cepat dan mulus, membuat penonton dan lawan takjub. Sorak sorai dan tepuk tangan menggema di seluruh lapangan, semua orang terpukau oleh penampilan Kalista yang luar biasa.
Sementara itu, di sisi lapangan, para siswa dari kelas lain saling berbisik, mengagumi keberanian dan bakat Kalista. Beberapa bahkan mengakui bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk menang melawan pemain sehebat Kalista. Di saat itulah, Kalista tanpa di duga menjadi pusat perhatian,karena kepiawaiannya dalam bermain basket.
Setelah pertandingan selesai,kelas Kalista dinyatakan menang.Ia dan teman-teman lainnya saling memeluk atas kemenangan ini.
"Tuh,kan gue bilang juga apa,Lo pasti jago main basket.Terbukti kan kalau kelas kita menang karena ada Lo,"puji Tasya.
"Iya,gue gak nyangka kalau Lo jago juga main basket.Kenapa dulu Lo gak masuk ekskul basket,gue yakin Lo pasti kan terus kepilih buat wakilin sekolah kita,"ujar salah satu temannya.
Kalista hanya tersenyum tipis."Gue gak minat sama olahraga,ya ini kebetulan gue lagi beruntung aja,"ujarnya merendah.
"Sya,gue mau ke kantin beli minum,Lo mau titip gak?",tanya Kalista.
"Boleh deh,gue titip minuman isotonik aja.Gue duluan ke kelas,gak apa-apa kan? Mau langsung ganti baju gerah,"ujar Tasya.
"Iya,"setelah itu Kalista pergi menuju kantin untuk membeli minuman.
Setelah membeli minuman di kantin, Kalista buru-buru kembali ke kelas untuk mengganti pakaiannya. Namun, sepanjang lorong ia merasa diperhatikan oleh beberapa siswa. Seolah mengulang adegan beberapa bulan silam saat ia menghadapi laki-laki bernama Bara itu, Kalista merasa menjadi pusat perhatian sekali lagi.
Kalista berusaha mengesampingkan perasaan tidak nyaman itu, dengan tekad ia melanjutkan langkah menuju kelasnya. Begitu masuk ke kelas, ia tak menemukan Tasya di mejanya. Mungkin saja teman sekolahnya tersebut masih berada di toilet untuk mengganti pakaian. Kalista pun membuka minumannya, meneguk separuhnya untuk menghilangkan rasa haus, sebelum mengambil seragam putih-birunya dan menuju ke toilet untuk berganti.
Namun, saat ia hanya berjarak beberapa meter dari toilet, ia melihat Tasya yang ditarik oleh Alvaro menuju ke arah taman belakang sekolah. Tak bisa menahan rasa penasaran, hatinya bergolak. Entah apa yang ada di pikirannya, ia merasa perlu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Tasya dan Alvaro.Kalista menoleh ke sekitarnya,dirasa tidak ada yang memperhatikan,ia melangkah perlahan mengikuti dua orang itu.
Setelah berada di taman belakang,ia mengintip Tasya dan Alvaro di balik tembok.Ia melihat keduanya tengah berbicara.Samar-samar ia masih bisa mendengar percakapan kedua orang itu.
"Sya,gue mau bicara sesuatu sama Lo,"ujar Alvaro sambil menatap Tasya.
Tasya sedang merapihkan dasi seragamnya,mendongak ia lalu menatap temannya itu."Mau bicara apa?"
"Emmh,sebenarnya...gue suka sama Lo,Sya,"ujar Alvaro dengan lantang.
Tasya menatap Alvaro lalu sedetik kemudian ia tertawa."Jangan bercanda deh,Al.Sejak kapan Lo suka sama gue?"
Alvaro menghela napasnya."Gue serius,Sya.Gue suka sama Lo sejak kita pertama kali berteman,gue simpan rapat-rapat perasaan gue supaya pertemanan kita gak hancur dan gue bisa selalu deket sama Lo."
Tasya kini mulai menatap serius ke arah Alvaro."Al,gu-gue..",belum sempat Tasya menyelesaikan pembicaraannya,Alvaro sudah terlebih dahulu memotong.
"Gue tahu, pasti pengakuan ini bakal membuat lo terkejut, tapi gue nggak bisa sembunyiin perasaan ini lagi. Gue nggak maksa lo menerima perasaan ini, gue cuma mau menyampaikan betapa gue sayang sama lo," laki-laki itu menatap Tasya lalu tersenyum pahit. "Sya, kalau lo nggak punya perasaan yang sama kayak gue, nggak apa-apa. Tapi gue harap setelah ini, kita tetap jadi teman ya. Gue nggak mau kita jadi asing cuma karena ini."
Tasya menghela napas berat, lalu mengangguk. "Iya, maaf Al, gue nggak bisa nerima perasaan lo, tapi tenang aja, kita masih bisa jadi teman, kok."
Dibalik tembok, Kalista mendengar segalanya, tangannya terkepal erat, dan rasa sakit di hatinya kembali memuncak. Jadi Alvaro menolaknya saat itu karena menyukai Tasya? Wanita anggun dan yang bisa menjaga penampilan yang dimaksud Alvaro itu adalah Tasya? Jadi saat itu ia membandingkan dirinya dengan Tasya? Dasar laki-laki sialan! Kalista menangis dalam hati, kecewa dan marah, sementara kenangan masa lalu terasa menusuk perasaannya seperti pisau yang tajam.!