Menceritakan kisah perjalanan mc kita bernama shim wol untuk menjadi orang terkuat di murim dan mendapatkan julukan kaisar api
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasih sayang dan perhatian
Provinsi Sichuan – Pelataran Kastil Sekte Emei
Di Provinsi Sichuan, yang terkenal dengan pegunungannya yang tinggi dan keindahannya, berdiri tiga kekuatan besar: Klan Dang, Sekte Emei, dan Sekte Qingcheng. Meskipun ada gesekan kecil antara murid-murid mereka, ketiga sekte ini telah hidup rukun dalam harmoni, tanpa ada perang besar di antara mereka.
Pagi itu, di pelataran kastil milik Sekte Emei, dua wanita muda, Yeonhwa dan Jihye, sedang berlatih tanding untuk meningkatkan kemampuan mereka. Mereka adalah dua murid unggulan Sekte Emei yang saling bersaing dalam teknik pedang.
"Kemampuan pedangmu memang cukup baik, Jihye, tapi pergerakanmu lambat," ujar Yeonhwa, yang dengan tenang menahan serangan pedang Jihye.
"Aku memang lemah dalam kecepatan, tapi aku bisa menutup kelemahan itu dengan teknik yang presisi dalam setiap serangan pedangku," jawab Jihye, sambil terus mengayunkan pedangnya meskipun keringat membasahi tubuhnya.
Tiba-tiba, Jihye mengeluarkan teknik pedang yang membuat ilusi—Icebound Mirage, yang membuat Yeonhwa bingung dan kehilangan fokus. Seiring dengan kebingungannya, Jihye memanfaatkan celah itu dan berhasil menyingkirkan pedang Yeonhwa.
"Aku kalah," kata Yeonhwa, mengangkat kedua tangannya dengan wajah yang sedikit kesal.
"Sepertinya kau tidak serius yah," jawab Jihye datar tanpa ekspresi.
"Moo, jangan salah sangka! Aku sudah cukup serius tadi, tapi aku lengah karena aku lemah terhadap serangan ilusi," balas Yeonhwa, wajahnya cemberut.
"Baiklah, kita istirahat dulu," kata Jihye, sambil melangkah pergi menuju bangunan kastil.
"Hey, tunggu aku dong, Jihye!" seru Yeonhwa, berlari mengejar sahabatnya.
Wilayah Guangdong – Pasukan Fraksi Unortodoks
Sementara itu, di sebuah wilayah di Guangdong, lebih dari 2.000 prajurit fraksi unortodoks berkumpul, bersiap untuk melancarkan serangan ke wilayah Provinsi Hebei. Pasukan ini terdiri dari sekte-sekte besar dalam fraksi unortodoks, dan mereka berencana menyerang wilayah yang menjadi salah satu benteng terakhir aliansi.
Kabar tentang pasukan besar ini segera terdengar di kalangan masyarakat Hebei, dan pemerintah aliansi segera memerintahkan mereka untuk mengungsi ke tempat aman. Kepanikan melanda setiap sudut provinsi Hebei, dan persiapan perang pun dimulai.
Untuk menghadapi ancaman tersebut, aliansi mengumpulkan prajurit-prajuritnya, meminta bantuan dari Sekte Wudang dan Sekte Gondong yang berada di provinsi Hebei. Kabar mengenai potensi peperangan ini membuat Shim Wol, yang mendengar berita tersebut, sangat khawatir. Karena desa tempat dia dilahirkan dan dibesarkan berada di provinsi Hebei, Shim Wol merasa harus turun tangan.
Setelah berpikir sejenak, Shim Wol memutuskan untuk pergi membantu aliansi dalam perang yang akan datang. Saat makan malam tiba, keluarga Shim Wol berkumpul, dan dia menyampaikan tekadnya.
"Ibu, Ayah, aku berniat untuk membantu aliansi di Hebei yang sebentar lagi akan terjadi peperangan," kata Shim Wol, dengan suara berat namun penuh keyakinan.
"Aku janji akan kembali dengan selamat, apa pun yang terjadi," tambahnya, menatap kedua orang tuanya dengan penuh keyakinan.
Ibunya menatapnya dalam-dalam, air mata mulai menetes di matanya, dan dengan suara lirih berkata,
"Kenapa kamu harus membahayakan dirimu, Shim Wol? Bukankah aliansi sudah memiliki prajurit yang banyak dan kuat? Untuk apa kamu membahayakan dirimu sendiri?"
Ayahnya, dengan ekspresi yang penuh kekhawatiran, ikut menyuarakan pendapatnya.
"Ibumu benar, Shim Wol. Kamu tidak perlu pergi ke sana. Ayah yakin aliansi tidak akan kalah dari mereka."
Shim Wol menggenggam tangannya dengan erat, mencoba meyakinkan mereka.
"Aku tahu aliansi itu kuat, tapi aku tidak yakin mereka akan menang sepenuhnya. Kalian tahu sendiri, Kultus Demon sudah aktif kembali, dan mereka bisa jadi akan membantu fraksi unortodoks untuk melawan kita."
"Di tambah lagi, di sana ada desa tempat aku dulu tinggal. Itu adalah desa kelahiranku. Bukan hanya itu, di sana ada tempat yang menjadi tempat favorit guruku. Aku tidak mungkin membiarkan mereka mengambilnya," tambah Shim Wol, dengan mata yang penuh tekad.
Ibu Shim Wol akhirnya mengerti dan merelakan.
"Ibu mengerti! Jika memang keputusanmu sudah bulat, berjanji lah padaku kamu akan pulang dengan selamat."
Ayah Shim Wol pun memberikan dukungan.
"Jika ibumu berkata begitu, ayah hanya bisa mendoakan dan mendukungmu dari sini."
Dengan perasaan berat, kedua orang tuanya mendekat dan memeluknya erat.
"Tenang saja, ibu, ayah. Aku pasti akan pulang dengan selamat," jawab Shim Wol dengan penuh keyakinan, dalam pelukan kedua orang tuanya.
Pagi Hari – Perpisahan
Keesokan harinya, pagi itu, saat matahari terbit, Shim Wol berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Aku pergi dulu," kata Shim Wol di depan pintu rumah.
Ibunya memeluknya sekali lagi dan berkata,
"Ya, hati-hati di sana dan pastikan kamu selamat."
"Kau harus menjadi pahlawan perang, Shim Wol, dan jangan biarkan orang-orang unortodoks itu mengambil alih kampung halaman kita," tambah ayahnya dengan semangat, senyum terpancar di wajahnya.
"Tentu saja," jawab Shim Wol singkat namun penuh tekad, matanya memancarkan semangat baja.
Dengan langkah pasti, Shim Wol meninggalkan rumahnya dan melangkah menuju pasukan aliansi yang juga bersiap untuk berangkat pagi itu.
oh iya tolong bantu karya ku ya bg
terima kasih