Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
Anak kecil berusia 5 tahun itu merasa tidak asing saat melihat wajah orang tua itu. Otaknya terus berusaha keras untuk mengingatnya.
"Di mana ya aku pernah melihatnya?" Putra memutar memorinya, hingga akhirnya ia ingat akan foto yang terpasang di dompet sang mama.
"Papa ...," teriak anak kecil itu.
Seketika, Farhan pun menoleh. Lalu melihat seseorang yang berjalan menuju pos security. Ia mengira anak kecil itu memanggil papa pada lelaki yang sedang berjalan itu, lalu kembali melihat anak kecil itu. "Jadi Sarah kerja di sini?" Ia ingat bahwa anak kecil itu tengah menunggu kepulangan mamanya.
Farhan pun malas melihat ke arah mereka, ia kembali melanjutkan tujuannya. Namun, detik itu juga ia berhenti. Jantungnya terasa mau copot dengan apa yang telah didengarnya.
"Dasar anak bandel, Om sudah katakan jangan ke sini tanpa orang tua. Mau Om adukan pada mama-mu, hah?!" sungut Pandi memarahi Putra.
Farhan langsung menoleh kembali. Tapi sayangnya, mereka sudah pergi naik angkutan umum. Tubuh Farhan bergetar, tidak percaya anak kecil itu memanggil anak bi Ami dengan sebutan 'om'. Perlahan tubuhnya merosot, tak ada tenaga sama sekali. Ingatannya teralih pada Sarah yang bekerja di perusahaannya.
***
Sarah nampak sumringah, ia terpilih sebagai karyawan paling rajin dan memiliki skil yang cukup baik, usahanya tidak sia-sia. Lima tahun terlewati begitu saja, pahit manis ia lalui bersama anak semata wayangnya. Bahkan, Putra pernah dirawat di rumah sakit saat usianya tiga tahun. Ia sendiri berjuang mencari uang untuk biaya berobat anaknya.
Kartu kredit yang masih ia simpan tak dapat ia gunakan karena mantan suaminya pernah memintanya kembali dan berkata bahwa tugasnya sudah selesai. Di situ, Sarah enggan untuk menggunakannya walau pun mendesak. Sampai ia memiliki hutang cukup besar untuk biaya rumah sakit.
Akhirnya perjuangannya berbuah manis, hidup tegar sendirian dan berjuang dari nol.
"Selamat ya," ucap rekannya yang lain yang sama-sama naik jabatan.
Semua orang penting di kantor hadir, terkecuali pemilik perusahaan itu yang tak lain adalah Farhan. Tidak ada seorang pun yang tahu kedatangannya. Bahkan, Bayu sendiri belum datang untuk mewakilkan atasannya itu. Direktur memang mengundang pemilik perusahaan, tapi yang bisa hadir hanya tangan kanannya.
"Pak, sepertinya Pak Bayu juga tidak bisa hadir. Ini sudah sore, sebentar lagi jam kerja karyawan selesai," kata asisten direktur.
Sarah masih nampak berbincang dengan rekan-rekannya yang lain. Lalu mereka semua teralih pada pak direktur, beliau meminta maaf atas tidak bisanya hadir pimpinan perusahaan. Direktur itu mewakilkan Farhan atau Bayu pada karyawan yang naik jabatan.
"Saya minta maaf atas ketidakhadirannya pimpinan perusahaan," ucap direktur.
Justru Sarah malah senang dengan tidak adanya mantan suaminya itu, drama di antara mereka tidak seharusnya terjadi.
"Iya, Pak tidak apa-apa," sahut rekan Sarah.
Namun, detik itu juga pintu terbuka lebar. Seorang pria baru saja tiba dengan napas tersengal. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling ruangan, mencari sosok wanita yang selama beberapa tahun ini mampu memporakporandakan hidupnya. Empat tahun seperti mayat hidup, makan dan minum tidak berselera. Bahkan Nadia yang dulu mengejarnya pun entah kemana, karena melihat Farhan seperti orang gila.
Satu tahun ini ia kembali bangkit dari keterpurukkan, di balik itu ada seseorang yang menyemangati hidupnya.
Sarah melihat ke arah pintu yang terbuka itu, saat melihat siapa yang datang, Sarah menyembunyikan diri di belakang tubuh temannya. Ia masih hafal bagaimana aroma parfum laki-laki yang sudah mengisi hari-harinya selama dua tahun dulu. Pria yang membuatnya bahagia walau hanya sekejap, rasa cinta yang begitu besar mampu membuatnya menjadi orang yang lebih baik lagi karena ingin menunjukkan bahwa ia layak menjadi seorang istri. Sarah berharap mantan suaminya itu tidak melihatnya. Tapi sayangnya usahanya sia-sia. Farhan tahu keberadaan mantan istrinya di ruangan itu karena ia tahu siapa saja yang naik jabatan. Ia kira nama Sarah Amalia itu adalah gadis waktu itu, tapi nyatanya memang mantan istrinya. Dan Wita sendiri kini telah menikah tiga tahun lalu, hidupnya sudah bahagia dan memiliki sebuah butik besar.
Tanpa ada yang tahu bahwa Farhan menggantikan Bayu yang katanya tidak bisa datang karena istrinya melahirkan anak keduanya. Pada akhirnya Farhan sendiri yang datang ke sana untuk mengucapkan pada orang-orang yang berjasa di perusahaan barunya, dan ternyata orang yang telah berjasa itu adalah mantan istrinya sendiri. Ibu dari anak yang telah melahirkan anaknya.
Farhan yakin tidak salah dengar dengan penuturan anak kecil tadi di pos satpam. Sejenak, Farhan membetulkan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Sebisa mungkin ia profesional, karena ia berada di kantor dengan para staff-nya. Ia tidak mungkin membongkar jati diri Sarah begitu saja di depan karyawannya.
Sarah nampak tercengang saat pandangan mereka saling beradu. Namun, sikap mantan suaminya itu seakan tidak mengenalinya. Ia bicara dengan santai sambil meminta maaf atas keterlambatannya.
Tapi, dalam hatinya sudah berkecambuk. Rasanya sudah tidak sabar mengintrogasi mantan istrinya. Sarah pikir, mantan suaminya memang sudah menganggapnya bukan siapa-siapa lagi. Ia pun bersikap biasa, tidak lagi menyembunyikan diri di balik tubuh temannya itu.
Tepuk tangan terdengar saat pimpinannya menyudahi perbincangan mereka. Satu persatu, Farhan menjabat tangan karyawan yang naik jabatan itu. Dan yang terakhir, ia menjabat tangan mantan istrinya. Lama Farhan mencekal tangan Sarah, sampai wanita itu sendiri yang melepaskannya.
Direktur dan para karyawan mulai undur diri, dan yang terakhir adalah Sarah, wanita itu akan keluar. Namun, Farhan tidak begitu saja melepaskan Sarah. Pria itu langsung menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Mengurung Sarah bersamanya di ruangan tertutup itu.